Singkat saja. Saya tidak mau banyak omong untuk bab ini. Selamat membaca. Resapi. Dan pahami baik-baik premisnya sejak bab pertama.
Jangan lupa kasih bintang dan jangan sungkan kalau mau berkomentar.
Bab ini belum saya edit penuh. Mungkin banyak saltik. Bantu temukan, ya. Nanti saya edit. Saya sedang buru-buru mau main bulu tangkis. Kawan-kawan sudah menunggu di depan asrama. Hehe. #LiveCurcol
Oh iya di grup Nuraga sedang ada Giveaway sorban sultan. Yang mau ikutan masuk saja ke grup, link di bio, nanti saya post ulang rulesnya.
***
Sultan El Firdausy
...
Hasil try out SBMPTN sudah di pasang seminggu setelahnya di papan pengumuman tempat bimbel. Aku mendapat skor 52,3% yang jika disimulasikan itu sudah pasti lolos. Sementara itu Astrid kulihat juga lolos, tetapi hanya melampaui tiga persen di atas passing grade rerata yang harus dilampaui. Tapi aku tidak bisa melihat kepuasan di wajahnya.
Aku mengikuti dia sampai ke halte ketika hendak pulang.
"Kamu hebat," kataku setelah melepas helm dan duduk. Aku ingin mengangkat semangatnya lagi. Tapi mengherankan ketika dia malah murung. Padahal faktanya dari sekian peserta try out untuk jurusan dengan passing grade setingkat, Astrid termasuk yang paling tinggi skornya.
"Aku cuma bisa melampaui tiga persen," mukanya cemberut. "Nggak kayak kamu yang bisa melampaui jauh padahal IPC," lalu dia menghela napas. "Selamat. Kamu juga hebat."
Harusnya kamu bersyukur, Astrid sayang.
Itu tidak boleh dilisankan atau Astrid bisa kehilangan sadarnya lagi. Siapa yang tahu? Dan apapun yang ingin kulakukan tetapi masih di luar batas keharusanku, maka akan tetap kusembunyikan, kutahan saja. Termasuk betapa terkadang aku ingin mengatakan sesuatu yang manis untuk Astrid. Aku malu menyebut diriku sebagai penulis, tetapi tak bisa kutampik juga bahwa aku punya banyak perbendaharaan kata manis yang sudah kutabung begitu lama untuk siapa saja yang akan bersandar dengan diriku kelak. Cukup hatiku saja yang mendengarnya. Astrid sudah menjadi milikku dalam artian lain. Dimiliki tapi belum benar-benar bisa kugenggam. Satu wujud di depan mata yang malah aku rindukan. Dekat namun dalam arti lain dia masih terasa jauh. Di dalam hati aku sudah sering berteriak. Meneriakan sesuatu tentang rindu hingga begitu pekak.
Hati-hati kamu, Trid. Hati-hati dengan caraku yang bisa melakukan apa saja untukmu bilamana Rabb-ku sudah membolehkanmu lelap di lengan-lenganku.
Tetapi, demi Tuhan aku sering dilanda dilema ketika teringat nasihat Khalid bin Shafwan pada anaknya; Tinggalkanlah olehmu perbuatan rahasia yang tidak pantas kaukerjakan dengan terang-terangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
NURAGA [Sudah Dibukukan]
Spiritual[SELESAI] Definisi cinta dari sudut pandang yang tak terwakili. Kata siapa remaja tidak bisa berprinsip? #RemajaIslam