Kejutan di hari Minggu!
Jangan lupa budayakan kasih bintang sebelum membaca. ☺
Dan silakan bebas berkomentar.***
BAB 5
***
Aku tidak bisa berkutik sama sekali. Entah, yang jelas mau ganti halaman buku pun rasanya enggan. Tak bisa membuat gerakan secuil pun atau aku akan merasa aneh. Malu. Dan posisi Sultan duduk itu persis berhadapan sama aku. Kalian tahulah angkot seperti apa tempat duduknya.
Kukira ibu-ibu di sebelahku akan ke pasar yang dekat tempat bimbelku, ternyata beliau turun hanya sampai pasar Minggu yang masih dekat dengan lokasi pesantren. Setelah itu penumpang yang tersisa hanya aku dan Sultan. Sempat terpikir aku mau turun saja di sana dan ganti angkot. Aku nggak betah sama sekali. Nggak bisa gerak rasanya. Udah gitu angkotnya malah ngetem lagi di pasar itu.
Dadaku beradu saat Sultan membuat gerakan. Dia mengubah posisi tasnya ke depan. Lalu aku terkejut saat dia tiba-tiba keluar dari angkot. Aku sempat bergeser ke pojok belakang yang kacanya terbuka. Aku butuh angin biar suhu tubuhku ternetralisir. Tapi apa? Sultan tidak pergi menjauh dari angkot. Ternyata dia cuma mau pindah ke kursi penumpang di samping sopir.
Ha? Maksudnya?
Jadi dia bete di dekat aku? Iya? Gitu?Perasaan aku udah mandi deh. Udah pakai parfum juga. Wangi. Dan napasku nggak bau. Bukannya aku belum ngomong juga? Ih.
Tapi bagus deng. Aku jadi bisa bernapas lega.
"Santai saja ngetemnya, Mang. Nunggu penumpang banyak," Sultan bilang ke sopir angkotnya.
He! Kenapa dia malah nyuruh sopirnya buat santai? Ini bimbel sepuluh menit lagi dimulai! Dan sepuluh menit itu bukan waktu yang bisa dibuat santai, ya!
"Rajin amat Gus hari libur masih belajar," jawab sopir itu. Ternyata orang-orang pada tahu Sultan. Yaiyalah, bungsunya Kiai Adam, gitu loh! Yang bebas ngelakuin apa aja seenak udelnya!
"Dari pada nggak ada aktivitas, mending saya main sambil cari ilmu," katanya lagi, "Nih, Mang," kulihat dari singgasana kenyamananku yang sejuk diterpa udara pasar dia menyodorkan bungkusan rokok yang sudah terbuka. Gila gila gila! Ini anak ngerokok juga?
"Rokok dari mana, Gus? Udah ngerokok sekarang?"
"Semalam Mas Mahfuz main ke wisma, rokoknya ketinggalan. Saya hubungi katanya suruh dikasih ke siapa saja. Kalau sampean mau, ambil aja."
"Oh siap."
"Kirain Gus Sultan ngerokok juga."
Sultan terkekeh lirih, "Tidak."
Anehnya aku menghela napas lega mendengar Sultan nggak merokok. Coba saja Marvin kayak gitu. Kapan ya dia bisa berhenti merokok. Pasti ditinggal aku Marvin makin ngebul mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NURAGA [Sudah Dibukukan]
Spiritual[SELESAI] Definisi cinta dari sudut pandang yang tak terwakili. Kata siapa remaja tidak bisa berprinsip? #RemajaIslam