06. Tentang Rasa III

3.8K 734 104
                                    

~UNFRIEND~

Malam itu, aku sedang menonton sebuah drama komedi di salah satu stasiun televisi. Sesekali aku tertawa melihat tingkah konyol pemeran utamanya.

Sebenarnya, bagiku cukup menyeramkan berada di ruang tamu sendirian sembari tertawa-tawa. Jam baru menunjukkan pukul delapan dan Kak Yunhyeong sudah terlelap dalam mimpinya.

'Kita tidak pernah bisa mengubah masa lalu, tetapi banyak pengalaman dan pelajaran yang bisa kita petik dari situ. Oleh sebab kita tidak pernah tahu, bagaimana caranya untuk bangkit jika tidak pernah terjatuh'

Kata-kata itu sungguh tersirat. Entahlah, sepertinya Yedam menaruh rasa padaku?

Jika bicara tentang Yedam, selalu saja berkaitan dengan masa lalu kami yang kelam. Sangat kelam.

Yedam itu labil, bahkan hingga kini. Sikapnya itu tak pernah berubah sejak zaman SMP. Bahkan, aku sempat berpikir kalau kini Yedam melebihi kelabilannya dulu.

Yedam itu manusia puitis. Tak pernah berubah. Selalu saja bicara tentang hujan. Dan selalu saja membuatku menangis.

Yedam itu— Ah sudahlah.

Tiba-tiba ponsel ku berdering. Ku ambil benda berbentuk persegi panjang yang tipis itu di atas meja kaca di depanku.

Junkyu

Segera ku angkat panggilan itu. Mungkin saja penting, batinku.

"Halo, Jun?"

Tidak ada sahutan di luar sana. Yang ku dengar hanyalah suara guyuran hujan yang semakin melebat.

"Dari tempatmu duduk, bisa lihat ke arah jarum jam delapan?"

Ku lihat jam yang menggantung di atas televisi dan berputar ke arah jarum jam delapan. Betapa kagetnya aku menemukan sosok Junkyu dari balik kaca jendela rumahku. Ia berdiri di depan kaca jendela setinggi tubuhku yang berada di samping pintu utama.

Sesegera mungkin aku berlari, membuka kunci pintu dan menghadapi Junkyu dengan tubuh yang basah kuyup. Bahkan ujung poninya menitikkan air. Dan bibir yang bergemetar?

"Masuklah!" Suruhku dengan cepat.

Ia melepas sepatunya yang sudah basah dan masuk dengan kaki yang berjingkit. Kemudian ia duduk di sofa di ruang tamu.

"Kamu harus ganti baju, pake baju Kak Yunhyeong dulu ya. Bentar aku ambilkan" Ku lihat sekilas Junkyu mengangguk pelan sambil mengacak-acak rambutnya yang basah.

Aku segera berlari ke kamar Kak Yunhyeong yang berada tepat di sebelah kamarku di lantai dua. Ku buka tanpa permisi dan ku lihat Kak Yunhyeong yang kaget karena aku membuka pintu kamarnya dengan membabi buta.

Maaf, aku terburu-buru.

Aku langsung membuka lemari pakaian Kak Yunyhyeong, mencari-cari baju yang sekiranya cocok untuk digunakan Junkyu. Dan tanganku terhenti untuk selembar baju kaos berlengan panjang berwarna hitam.

"Kak, selimut mana?" Tanyaku pada Kak Yunhyeong yang duduk di pinggiran kasurnya sambil mengucek matanya.

"Di lemari. Buat siapa sih?"

Aku tak menggubris pertanyaan Kak Yunhyeong. Lagi, aku mengobrak-abrik lemarinya dan pada akhirnya aku menemukan selimut bergambar mobilan itu.

Ah bodo amat lah.

Setelah mendapat barang yang diperlukan, aku berlari menyusul Junkyu yang masih setia duduk di sofa.

Aku pun memberikan baju itu dan menaruh selimut di atas sofa di samping Junkyu.

"Kamu ganti di kamar mandi aja ya" Ku tuntun Junkyu ke arah kamar mandi. Bajunya sangat basah.

Sesampainya di depan pintu kamar mandi, ku suruh dia masuk dan aku pun berniat untuk membuatkan teh panas untuknya.

•••

"Tadi aku ke rumah tante aku, masih satu blok sama rumah kamu. Terus tadi hujannya cuman rintik jadi aku niat pulang. Eh tiba-tiba hujannya lebat, ada petirnya lagi. Jadi aku kesini niatnya mau neduh"

Aku sedikit tertawa ketika mengingat kalau Junkyu sangat takut dengan petir. Ya, dia phobia petir ketika melihat seseorang tersambar petir tepat di depan matanya.

GLEDEK!

JLEP!

Kilat petir dan gunturnya membuat daerahku terpaksa mematikan listrik agar tidak terjadi konsleting listrik atau bahaya lainnya. Itu memang sudah lumrah.

Tapi yang tidak lumrah adalah...

Junkyu yang memeluk lenganku erat.

"Jun, aku mau nyalain genset dulu" Aku mencoba melepas pelukan Junkyu yang menempel erat di lenganku.

"Disini aja. Aku takut"

Aku terkekeh pelan. Sungguh rumahku sangat gelap sekarang dan kini aku tahu bagaimana rasanya buta.

Aku merogoh kantong celanaku. Barangkali ponselku tadinya ku simpan di sana. Dan ya, aku menemukannya.

Ku buka sandi nomor yang mengunci ponselku dan menyalakan flashlight bawaan.

Flashlight ponselku untuk pertama kalinya tertuju pada sebuah sofa di samping kiri dan ada seseorang yang duduk di sana.

Ku arahkan flashlight itu ke wajahnya dan ternyata Kak Yunhyeong.

"Kak?"

"Apaan sih?! Kakak takut nih!"

Aku menghela napas kesal. Kenapa laki-laki ini takut sekali dengan gelap? Menyebalkan sekali.

"Jun, aku mau nyalain genset dulu. Biar rumahnya terang" Aku mencoba membujuk Junkyu dan akhirnya dia mau melepaskanku.

"Jangan lama-lama" lirihnya.

Dengan penerangan seadanya, aku berjalan ke arah garasi dan menemukan genset. Ku nyalakan genset itu dan sepersekian detiknya semua lampu di rumahku menyala. Aku pun kembali ke ruang tamu dan menemukan sosok Kak Yunhyeong yang tertidur pulas di sofa.

Aku pun duduk seperti tadi, di samping Junkyu.

"Apa kamu tahu ajaibnya perasaan?"

Bisikan Junkyu memecah keheningan malam yang diguyur hujan. Aku pun menatap ke arahnya dan ia balik menatap mataku.

"Yakni, tetap ada meskipun tahu yang dicinta tidak punya rasa yang sama"

Aku tersenyum. Merasa benar-benar bahagia disukai oleh Junkyu. Bohong jika aku tak menyukai Junkyu. Laki-laki rupawan, tinggi menjulang, baik dan tegas, puitis pula.

Tapi, Yuqi...

"Kelak, sebuah ucapan selamat tinggal dariku akan mengajarimu bahwa yang hilang baru akan dicari, yang tak lagi terlihat akan selalu terbayang, yang tak lagi memerhatikanmu akan menjadi candu, dan yang tak lagi mengkhawatirkanmu akan menjadi kekhawatiranmu. Bahwa aku yang tak pernah berharap kamu balas sebaik itu, ternyata mampu membuatmu merasa disayangi sehebat itu. Setelah kepergianku" Junkyu mengulum bibirnya. Menampakkan senyum palsu seakan-akan dia sangat bahagia.

"Atau mungkin, kita hanyalah kemungkinan-kemungkinan yang tidak mungkin?" Junkyu membuatku benar-benar merasa bersalah sekarang.

~UNFRIEND~
To Be Continued

Unfriendly ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang