u n f r i e n d
🍑Setelah dengan susah payah, akhirnya Hanbin dapat membawa Hanna pulang. Tanpa diikuti Haruto, tentunya. Sesampainya di rumah, kepulangan Hanna sudah disambut dengan tatapan tajam oleh kedua orang tuanya.
Hanna diseret menuju sebuah ruangan, tepatnya kamar Hanna sendiri. Kemudian, ia didudukkan secara paksa di kursi riasnya.
"Coba tulis, dek!" Ucap Hanbin seraya menyodorkan selembar kertas dan sebuah pulpen pada Hanna. Tentu saja dirinya kebingungan, dengan tiba-tiba dirinya disuruh untuk menulis? Memangnya untuk apa?
"Coba nurut aja, Num" ucap ayahnya. Hanna sedikit terbelalak ketika ayahnya memanggilnya dengan panggilan 'Num'.
Tidak berniat melawan, Hanna justru hanya pasrah. Dipegangnya pulpen itu dengan gemetar, lantas mulai menulis. Namun, pergerakan Hanna seketika terhenti. Ia menolehkan pandangannya ke arah Hanbin, kakaknya.
"Mau nulis apa, kak?" Tanya Hanna lirih.
"Terserah. Hanna, Hanni, Hanum, mungkin?" Enteng Hanbin. Hanna menelan salivanya dengan susah payah. Ini benar-benar kondisi yang menyulitkan, terlebih Hanna sungguh tidak mengerti dengan situasi yang terjadi.
Dengan perlahan, Hanna mulai menulis. Baru satu huruf yakni huruf H yang ia tulis, dirinya dikejutkan dengan pukulan keras yang dihasilkan Hanbin ketika memukul meja rias kepunyaan Hanna.
"Ketahuan kamu!"
Hanna memancarkan wajah terkejut sekaligus kebingungannya. Matanya mulai berhambur air mata. Ingin menangis saja rasanya dibentak oleh kakak sendiri dan kedua orang tua.
"Seharusnya kamu paham kalo Hanna itu dari dulu kidal, Num"
Sialnya, beberapa menit lalu, Hanna---atau mungkin Hanum menulis dengan menggunakan tangan kanan sebagaimana manusia normal pada umumnya.
"Hanum, kamu kenapa ngelakuin ini semua?" Tanya Bunda Jessica berderai air mata. Cukup, Hanum sudah muak dengan semua sandiwara yang ia ciptakan sendiri.
"Iya, ini Hanum bukan Hanna!" Tegas Hanum seraya berdiri.
"Malam itu Hanum emang sengaja bikin rem mobil blong biar kami kecelakaan. Iya, yang meninggal itu Hanna bukan Hanum!"
"Tapi untuk apa kamu—" Ucapan Bunda Jessica terpotong oleh selaan sarkas Hanum.
"Karena Hanum iri sama Hanna. Ayah sama bunda selalu aja ngebanggain Hanna. Hanna paling cantik, Hanna paling pinter, dan Hanna juga yang dijodohin sama Haruto. Sedangkan Hanum? Hanum ini juga anak kalian! Dimana letak keadilan yang sebenarnya?! Selain itu, Hanum suka Haruto. Dan Hanum gak suka kalo Hanna yang tunangan sama Haruto!!"
"Hanna, Hanna, Hanna. Banggain terus anak kalian yang satu itu!"
Plak!
"Hanum, kamu keterlaluan!" Ucap ayahnya sesaat setelah menampar pipi kiri Hanna.
"AYAH, BUNDA, SAMA KAK HANBIN ITU PILIH KASIH!"
•••
Sebulan sudah aku dan Doyoung menjalani hubungan tanpa status. Syukurnya, hubungan kami masih baik-baik saja dan bertahan hingga kini. Dan beruntung tidak ada kendala atau semacam ombak yang bersiap menghancurkan kapal kami.
Seperti sekarang, Doyoung tengah sibuk menyuapiku semangkuk es krim, sampai-sampai ia lupa untuk menyuapi dirinya sendiri.
Hari ini adalah hari kamis. Kebetulan kami sama-sama sedang libur karena kakak kelas dua belasnya sedang sibuk melaksanakan ujian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfriendly ✔
Fanfiction❝Perlukah diskriminasi di tiap sekolah?❞ nonabinar ©2018 #1 - Haruto [120619] #1 - Raesung [231019] #5 - Treasure [160220] #1 - Junkyu [301020] #1 - Yunhyeong [081120] #1 - Yedam [081120] #1 - Seunghun [081120] #4 - Treasure13 [221220] #2 - Treasure...