23. Seberkas Tragedi

2.2K 423 59
                                    

u n f r i e n d

"Maaf ya. Kamu jadi pulang jam segini"

Aku melirik arloji di pergelangan kiriku, ternyata telah menunjuk pukul enam sore tepat. Pantas saja langit mulai menggelap.

"Iya, gak papa" ucapku diiringi dengan senyuman seraya memberikan helm yang kukenakan kepada Doyoung.

"Aku gak paksa kamu jawab pertanyaanku cepat-cepat. Selama apapun itu, aku akan tetap menunggu kok" ucap Doyoung kemudian tersenyum tipis.

Ah, miris sekali melihat Doyoung yang harapannya tengah kugantung begitu.

"Oh, ya. Bentar lagi malam, selamat malam, ya. Jangan begadang dan mimpi yang indah!" Ucap Doyoung seraya menaruh helmnya di bagasi depan motor.

"Oh, ya satu lagi" Ia menatapku dalam kemudian mencubit pipiku pelan. "Kamu gak usah mimpiin aku, biar aku aja yang mimpiin kamu" ucapnya masih dengan tangan yang mencubit pipiku.

Aku memanyunkan bibirku kemudian tersenyum manis padanya. "Iya, hati-hati ya"

•••

Pagi ini, aku datang ke sekolah terlalu pagi. Jarum jam bahkan baru menunjukkan pukul setengah tujuh. Jika saja Kak Yunhyeong tidak menghadapi masa sidang hari ini, tentulah ia tidak akan mendesakku untuk pergi pagi-pagi.

Aku melangkahkan kakiku menuju luar kelas. Setidaknya, agar aku tidak merasa cukup ketakutan berada di dalam kelas seorang diri.

"Eh, cari siapa mbaknya?" Celetukku mengagetkan seorang siswi berseragam sama denganku. Ia berdiri kemudian membungkuk padaku.

"Enggak cari sia—"

"Terus?" Potongku cepat. Ia sedikit terkesiap kemudian terkekeh pelan seraya menyisipkan poni panjangnya ke belakang telinga.

"Aku murid baru di kelas ini"

Wah, ternyata setelah kepindahan Yedam, kelas ini justru mendapat siswi baru yang cantik.

"Oh, begitu. Kenalin, namaku Rachel" ucapku seraya mengulurkan tangan untuk bersalaman dengannya. Ia pun membalas jabatan tanganku seraya menundukkan kepalanya.

"Namaku Hanna"

"Terus kenapa gak mas—"

"Et, bentar-bentar" Aku menahan pundak Hanna dari belakang, membiarkannya membelakangiku.

"Astaga, kamu kedapetan!" Jeritku. Dengan cepat, Hanna mendempetkan tubuhnya ke dinding. Wajahnya seketika memerah karena malu.

Kepalanya menclingak-clinguk ke kanan dan kiri. Beruntung, koridor masih sepi. "Ini hari pertamaku, astaga!" Jeritnya.

"Ya udah kamu ke toilet dulu, biar aku beliin pembalut sama cariin rok ganti" Aku pun menuntun Hanna menuju toilet yang beruntungnya berada di sebelah kanan kelasku.

Setelah memastikan Hanna berada di salah satu bilik toilet, aku bergegas berlari menuju warung depan sekolah.

"Bu, buruan atuhlah, Bu!" Kakiku tidak henti-hentinya berjalan di tempat. Aku benar-benar khawatir sekarang.

"Netes ya, mbak?"

"Ih, jorok, njir" cibirku setelah mengambil kembalian dari penjual warung itu. Sekarang, aku harus mencari rok ganti untuk Hanna. Tapi, dimana aku bisa mendapatkannya?!

"Haruto!!!" Teriakku tatkala melihat Haruto yang mengayuh pelan sepedanya di depan gerbang sekolahnya. Aku menghampirinya, menyeberangi jalanan yang cukup sepi. Haruto melambaikan tangannya padaku dan melempar senyum.

Unfriendly ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang