02. Terpegang

6.6K 961 152
                                    

~ UNFRIEND ~

Ini adalah hari kedua aku berteman dengan Doyoung. Sungguh dan entah kenapa, aku benar-benar antusias berteman dengan manusia pendiam seperti dia.

Namun, mengingat Doyoung tak kalah cerdas dariku, selalu saja terpikir jika kami akan menjadi saingan di tes akhir semester kelak.

Tiga bulan mengenalnya, aku tak pernah tahu ia secerdas itu karena kami tak pernah mendapat satu kelompok yang sama. Ia pun jarang mau mengerjakan soal di papan tulis.

Ku harap, peringkat satu ialah aku, dan peringkat dua ialah Doyoung. Sungguh, aku tak suka jika penempat peringkat dua adalah si 'bacot' Byounggon.

Dia tidak begitu cerdas, hanya saja dia sangat aktif. Sekolah yang sedang menerapkan kurikulum tiga belas membuat Byounggon menjadi salah satu siswa berpredikat cerdas di kelas. Karena keaktifannya.

Aku tersenyum sendiri ketika mengingat bagaimana aku bisa berteman dengan manusia semacam Doyoung. Dia tampan dan lucu dengan pagar giginya.

"Kamu kok? Kesetanan?"

Suara seseorang melunturkan senyumku dan kenangan-kenangan bersama Doyoung. Ya, walau tak seberapa.

"Kak Yunhyeong kali yang kesetanan! Sembarangan banget!" Aku mulai sewot dengan perkataan Kak Yunhyeong.

Kesetanan katanya.

Kak Yunhyeong adalah kakak sepupuku. Ibunya adalah kakak dari ayahku. Dan ternyata, ayahnya adalah mantan kekasih ibuku.

Waw, dunia sangat sempit.

Ia memang sengaja menginap di rumahku. Bukan menginap, lebih tepatnya 'tinggal'. Karena kebetulan ia memilih Universitas Molaritas yang tak jauh dari rumahku.

Dia bilang, awalnya ia ingin mendaftar di Universitas Aksen namun mayoritas 'penduduk'nya adalah kaum hawa. Dan dengan percaya dirinya dia bilang kalau dia takut disukai banyak wanita.

Iya, Anda tampan.

"Emang lagi mikirin apa sih, dek?" Tanya Kak Yunhyeong padaku.

Ayah dan Ibu sedang berada di luar kota untuk dinas. Jadi aku hanya tinggal berdua dengan Kak Yunhyeong.

Aku sedari tadi mengenang masa 'kemarin' sambil menunggu sarapan yang dibuat oleh Kak Yunhyeong.

Kalian tahu? Kak Yunhyeong dulunya sekolah di SMK khusus Tata Boga. Dan dia telah menciptakan ratusan resep karya tangannya sendiri.

Dan ketika berkuliah, dia malah memilih fakultas kedokteran jurusan psikologi. Dia bilang, 'Ingin mencoba berkomunikasi dengan manusia tidak normal'.

Baiklah, tidak perlu lagi bercerita panjang lebar tentang kak Yunhyeong. Nanti banyak dari kalian yang jatuh cinta.

"Dek, ditanya tuh jawab!" Kak Yunhyeong memarahiku dengan nasi goreng yang beterbangan(?) dari mulutnya.

"Kakak jorok!" Aku hanya bisa bergidik ngeri tanpa melanjutkan sarapanku yang sudah terkontaminasi dengan 'hujan tropis' kepunyaan Kak Yunhyeong.

Aku berdiri dari dudukku. Dan mengambil tas ranselku yang berada di atas meja nakas tak jauh dari meja makan.

"Nanti aja ceritanya, Kak! Aku mau pergi sekolah dulu. Assalamualaikum"

Ku dengar, Kak Yunhyeong hanya mendecak pelan menanggapi sikapku. Ku pikir wajar saja aku bersikap labil ketika usiaku baru menginjak lima belas tahun.

Aku bersekolah di SMA Matriks. Tepat di sebelah Universitas Molaritas. Jadi tak perlu bagiku untuk diantar oleh Kak Yunhyeong. Aku memang sudah terbiasa berjalan kaki.

Pagi ini, perumahan komplekku cukup sepi. Padahal jam menunjukkan pukul tujuh lewat lima menit.

Tiba-tiba, mataku tertutup. Lebih tepatnya, ada tangan seseorang yang menutup mataku.

"Tebak siapa?"

Dia bersuara. Dan suaranya memang sangat familiar. Ya, aku benar-benar mengenali suara ini.

"Seunghun!"

Tangan yang menutupi mataku beralih. Dan betapa kagetnya aku ketika ternyata Seunghun berada di depanku. Aku pun segera berbalik untuk melihat siapa manusia yang menutup mataku.

"Yedam?"

"Hai!" Sapa Yedam padaku.

Sungguh, kenapa Yedam bisa seperti ini? Maksudku, bukankah Yedam sangat menyebalkan? Bahkan aku sempat berpikir kalau dia tidak menyukaiku karena aku sering sekali mengkritiknya.

Hari apa ini? Kenapa dia terlihat sangat ceria?

Aku menepuk-nepuk pipinya pelan. Kemudian menempelkan punggung tanganku pada dahinya.

"Tidak panas. Kamu kesetanan?" Aku bertanya sewajarnya saja karena aku cukup bingung dengan apa yang terjadi pada Yedam.

"Kesetanan?! Heh sembarangan ya kalo ngomong!" Ku lihat Yedam tampak menahan amarahnya dan kemudian tertawa bersamaan dengan Seunghun.

"Yedam lagi baik. Dia—" Belum sempat Seunghun melanjutkan pembicaraannya, mulutnya langsung saja dibekap oleh Yedam.

"Yedam! Itu kesian si Seunghun! Lepasin gak!" Aku memarahi Yedam karena ku pikir Yedam membekap Seunghun dengan tenaga penuh.

Yedam pun melepaskan bekapannya dan melap tangannya di seragam milik Seunghun. Sedangkan Seunghun hanya menatapnya kesal.

"Banjir nih tangan gue!" Ucap Yedam sambil masih melap tangannya di seragam Seunghun. Aku hanya bisa tertawa melihat tingkah konyol dua sahabat itu.

"Eh mau bareng gak?" Tawarku.

"Gak usah deh, kalian duluan aja. Gue mau ngambil buku fisika dulu di rumah. Bye!" Seunghun berlari setelah sesaat sebelumnya ia memberikan kode pada Yedam.

"Ayo!" Ajak Yedam. Kami pun mulai berjalan. Berdua.

Sebentar, bukannya hari ini hari Jumat? Jam pelajaran pertama sampai ketiga adalah olahraga. Dan jam pelajaran keempat sampai kelima adalah kimia.

Jadi untuk apa Seunghun mengambil buku fisika?!

"Hari ini kita kan gak ada fisika?" Aku bertanya pada Yedam untuk memastikan.

"Emang" Jawab Yedam sambil masih tetap menatap lurus ke depan. Aku mengangguk perlahan.

Sesampainya di sekolah, ku lihat Doyoung yang berdiri di depan gerbang sambil membawa tupperware berwarna ungu.

Ketika ia melihatku, ia pun menghampiriku. Ku lihat wajah Yedam yang tak suka dan kesal?

"Hai, Ra! Sarapan yuk! Aku bikin sandwich nih" Ajak Doyoung dan ku balas dengan anggukan dan senyuman.

Ya, aku tak sempat sarapan mengingat sarapanku telah terkontaminasi hujan asam ciptaan Kak Yunhyeong.

"Ehm, kalian pacaran?" Tanya Doyoung yang membuatku kaget setengah mati.

"Pacaran?" Aku menatap bingung Doyoung. Ia menatap sesuatu dan ku ikuti saja apa yang dia tatap.

Ternyata oh ternyata, dia menatap tanganku yang sedang bergandengan dengan tangan Yedam.

TUNGGU! BERGANDENGAN?!

Aku pun langsung melepas paksa pegangan tangan Yedam. Aku malu. Sungguh. Bagaimana mungkin aku tidak sadar kalau sedari tadi Yedam menggandeng tanganku?!

~UNFRIEND~
To Be Continued.

Unfriendly ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang