08. Jujur Atau Tantangan

3.2K 644 109
                                    

~UNFRIEND~

Hari Senin, aku dan beberapa teman kelas ku sedang berkumpul di aula sekolah. Entahlah karena apa, Hyunsuk yang mengajak.

Di kelas, sedang ada jam pelajaran kosong. Dan di aula ini, kami hanya bercakap-cakap perihal ulangan akhir semester yang akan diadakan minggu depan.

"Eh, main truth or dare yuk" ajak Lami dan mendekati ku. Kami pun mulai mencari kursi plastik untuk duduk. Ada Doyoung, aku, Yedam, Junkyu, Yuqi, Hyunsuk dan Lami.

Lami pun mengeluarkan tipe-ex dan memutar benda berwarna merah itu di atas meja. Dan tak ku sangka, akulah sasaran pertamanya.

"Truth or dare?" Sarkas Lami sambil menunjuk-nunjuk ku.

"Jujur" jawabku pelan.

"Kalo lo disuruh milih antara Doyoung, Yedam atau Junkyu?"

Aku terkekeh pelan dan setelahnya berpikir keras. Harus menjawab apa aku?

Sebelumnya, ku lihat wajah Junkyu yang terlihat tampak mengharap?

"Doyoung"

Ah, sial kenapa aku harus berbohong!

"Cie tertikung!!" Sindir Hyunsuk. Mereka pun tertawa gelak untuk Yedam.

Lami pun memutar lagi tipe-ex itu dan kini benda itu mengarah pada Junkyu. Oh ayolah, jangan sampai ada pernyataan yang merujuk tentang ku.

Dan sialnya, yang ku kira Junkyu akan memilih tantangan, ia malah memilih jujur.

"Ngaku gak lo kalo sebenarnya lo suka sama Rara?!" Lagi, Lami menanya penuh sarkas.

Kenapa mereka suka sekali memanggil ku Rara? Namaku bukan Rara, padahal. Namaku Shareefa Rachel.

Ya, mungkin mereka tahu kalau 'Rara' itu dulunya adalah panggilan sayang Yedam padaku. Dulu!

Ku lihat ekspresi wajah Junkyu dengan pipi yang terlihat bersemu sembari menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, mungkin. Karena setahu ku, orang yang terlihat kebingungan akan selalu menggaruk kepala atau tengkuknya yang pada dasarnya tidak gatal.

 Karena setahu ku, orang yang terlihat kebingungan akan selalu menggaruk kepala atau tengkuknya yang pada dasarnya tidak gatal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ah, kenapa bisa tampan?!

"Umm, aku memang suka sama Rachel" jawab Junkyu terkesan malu-malu.

Ku lihat ekspresi Yuqi yang terkesan sebal. "Eh, gue ke toilet dulu ya!" Pamit Yuqi dan segera pergi meninggalkan kami.

"Eh, Yuqi tunggu!" Hyunsuk mengikutinya.

Aku berdiri, berniat untuk menghampiri Yuqi. Namun, Yedam menahan tangan ku. "Lanjutin permainannya" ucapnya.

Tipe-ex itu kembali berputar dan kini menunjukkan ke arah Yedam. Ku lihat sekilas Yedam yang tampak mengumpat.

"Truth or dare?" Tanya Lami.

"Dare"

Aku menghela napas lega. Setidaknya Lami tidak akan membuat mereka ribut hanya dengan pertanyaan yang merujuk padaku.

Mungkin, Lami akan bertanya, 'Lo masih sayang gak sih sama Rachel'? Huh, beruntung.

Baru saja Lami membuka mulutnya hendak bertanya, Doyoung menyanggah dengan cepat.

"Jauhin Rachel" ucapnya dan memutar roda kursinya untuk menjauh dari kami.

Aku menganga mendengar pernyataan Doyoung. Ia meminta Yedam untuk menjauhi ku? Heol!

Mereka semua menganga, tak terkecuali aku. Bahkan, Yedam tak bergerak sedikit pun, termasuk untuk mengerjapkan mata. Junkyu tampak menelan salivanya dan Lami menggigit bibir bawahnya.

Aku berdiri. "Doyoung!" Panggil ku padanya yang mulai menjauh dengan kursi rodanya.

Aku menatap sebentar tiga manusia — Junkyu, Yedam dan Lami — itu dan berlari mengejar Doyoung, meninggalkan mereka.

Aku mencegat Doyoung dengan kecepatan rata-rata lari ku yang menghabiskan banyak gaya dan usaha. Kini, aku berada di depannya.

Koridor cukup sepi, karena aula memang berada di bagian belakang sekolah. Dan kami sekarang berada di depan tempat wudhu, dimana terdapat tandon besar yang cukup mengerikan bagiku.

"Doyoung, maksud kamu apa minta Yedam untuk menjauhi ku?" Tanya ku lembut.

Aku berjongkok di depan Doyoung, menatap nanar laki-laki itu. Wajahnya tampak menahan tangis— Entahlah.

"Kamu gak mau diganggu Yedam, kan? Kamu gak mau terjebak nostalgia sama dia, kan?" Tanya Doyoung.

Aku tercekat sebentar. Sungguh, otak ku belum merespon apapun tentang perkataannya barusan.

"Kamu gak suka lagi kan sama Yedam?" Tanya Doyoung dengan menekankan kata 'lagi'.

Aku membuang napas kasar dan melempar senyum padanya kemudian terkekeh pelan sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Kamu kok posesif?"

"Bilang ke aku, kalo kamu cuman suka sama aku" ucap Doyoung.

Memang nadanya lembut, pasrah dan seakan-akan meminta. Tapi dari kalimatnya, ku yakin ini sebuah perintah.

"Kamu mau aku bohong?" Tentu saja aku akan berbohong kalau aku bilang aku hanya suka pada Doyoung.

Yang pada nyatanya, aku menyukai Junkyu.

Tapi perasaan ku seakan memihak pada Doyoung.

Apa-apaan?!

Doyoung mengusap wajahnya kasar. Telunjuknya mengusap-usap matanya. Ia menggigit bibir bawahnya.

"Maaf, maafkan aku. Aku gak seharusnya bersikap seperti itu"

Oh, Doyoung yang malang. Maafkan aku:(

"Kamu gak papa?" Tanyaku padanya. Ia hanya menjawab dengan menggelengkan kuat kepalanya.

"Aku mau ke toilet cowok" pamitnya. Aku hanya merotasikan bola mata ku.

Ingin ku bilang padanya, 'Ya iyalah, masa ke toilet cewek'. Menyebalkan juga ternyata. Aku hanya bisa merotasikan bola mata ku, huh jika saja aku bisa merevolusikan bola mata ku ini.

"Biar ku antar sampai depan lorong toilet" ucapku mulai membelakanginya dan memegang gagang(?) kursi rodanya.

"Ra, jangan buat aku merasa kalau aku ini cacat. Jangan buat aku merasa kalau aku ini gak berguna, justru menjadi beban bagi kamu. Aku bisa sendiri, walau tanpa kaki, aku masih punya kedua tanganku. Pun walau tanpa kursi roda aku bisa saja mengesot. Aku bisa!"

Napas ku tercekat seketika. Doyoung itu pantang menyerah. Ia... hebat.

~UNFRIEND~
To Be Continued?













Unfriendly ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang