21. Starbucks

6.4K 337 3
                                    

Kalo ada typo tinggal komen aja ya gaiss👌



Sudah dua hari ini Nada selalu menghindari Alex, saat bertemu di kampus pun dia tidak menyapa nya. Hanya Lala yang selalu menyapa Alex, sedangkan Nada hanya melihatnya sebentar laku pergi begitu saja. Alex sendiri belum menemui Nada selama dua hari ini karena dia ingin menyelesaikan kesalahpahaman ini.

Rencananya dia akan menemui Stefi besok sore di starbucks. Stefi senang tentu saja saat Alex mengajaknya bertemu. Tanpa basa-basi ia langsung mengiyakannya.

Alex mengambil ponsel di nakas kemudian merebahkan tubuhnya di kasur. Dia membuka galeri yang ada di ponselnya, di sana ada seorang perempuan memakai seragam SMP sedang memakan es krim pemberian nya. Tanpa sadar Alex tersenyum saat melihat perempuan itu bahagia karena es krim pemberiannya.

Itu Nada. Dia memang sudah tertarik dengan adik sahabatnya itu sejak masih sekolah. Tapi sepertinya Nada tidak mengenalinya saat mereka kembali bertemu, karena dia juga jarang datang ke rumah Arsan karena tugas kuliahnya. Jadi mungkin Nada lupa padanya, karena pada saat itu ia hanya bertemu beberapa kali dengan Nada.

Pada saat kuliah dia berpacaran dengan Stefi yang membuat Alex sedikit melupakan Nada.

Dan pada saat tabrakan di toko buku Alex memang tidak mengenali Nada begitupun sebaliknya, dan juga ia sedang terburu-buru.

Alex berpikir bahwa Tuhan kembali mempertemukannya dengan perempuan yang pernah di sukainya itu adalah sebuah kesempatan untuknya. Dia senang saat kampus tempat dia mengajar adalah tempat Nada kuliah juga, itu membuat semuanya lebih mudah.

Alex tersenyum memikirkannya. Dia ingin kesalahpahaman ini cepat selesai. Dan Alex mulai memejamkan matanya.

******

Hari ini sepulang kuliah Nada mengajak Lala ke gramedia yang ada di PVJ. Dia ingin menghilangkan segala pikiran negatifnya dengan cara shopping novel. Kebetulan sekarang banyak novel keluaran terbaru jadi Nada sangat exited.

Sebenarnya dia bukan menghindari Alex. Tetapi Nada tidak tahu cara menghadapinya, dia tidak tahu cara menyelesaikan masalah seperti ini. Nada senang saat Lala datang ke rumahnya dan menceritakan apa yang Alex bilang.

"Nad. Lo mau beli novel apa lagi, sih? Novel lo udah banyak banget ya ampun!" Lala memang juga suka membaca tetapi dia tidak segila Nada yang setiap ada terbitan baru langsung dibelinya.

"Banyak yang harus gue beli."

"Biar lo di rumah baca novel, kan? Karena kalo nggak lo kepikiran pak ganteng. Iya, kan?" tebakan Lala pasti benar, karena Nada selalu melampiaskan semuanya dengan membaca novel.

Karena menurut Nada, saat membaca novel dia akan melupakan masalahnya dan mengimajinasikan tokoh-tokoh yang ada di dalam novel.

"Enak aja. Sorry, Gue nggak pernah galau." sanggah Nada.

"Yang bener, nih?" Lala terus menggoda sahabatnya. Itu sudah menjadi kebiasaan baginya.

"Udah, ah, ayo. Gak sabar pengen beli novel."

Nada mengalihkan pembicaraan karena tidak ingin membahas masalah Alex dulu.

"Tapi anter dulu gue shopping yu, Nad. Abis itu kita ke gramed," Lala menggoyangkan tangan Nada memohon.

"Entar kebablasan lagi. Kalo duit lo abis nyalahin gue," sarkas Nada.

"Nggak deh, sumpah. Lo harus berhentiin gue kalo gue khilaf." Lala cengengesan membuat Nada berdecak.

"Iya, iya. Ayo." dengan cepat Nada menarik lengan Lala memasuki mall.

"Lo mau beli, nggak?" tanya Lala yang sedang melihat-lihat baju yang akan dia beli.

"Gue liat-liat dulu deh. Kalo ada yang suka baru beli,"

"Ohh, oke." Lala kembali mencocokan baju yang dia pilih untuk dirinya di depan cermin. "Btw, sebenernya gue di ajak dinner sama Alfin, Nad."

Nada menyimpan baju yang sedang dipegangnya. "Pantes lo lagi nyobain dress. Ternyata mau dinner." biasanya kalo Lala meminta Nada untuk mengantarnya shopping, Lala akan membeli kaos atau pakaian yang simple untuk di pakai ke kampus. Tapi hari ini Lala akan membeli dress.

"Iya, hehe."

"Eh. Lo juga beli dress aja, Nad. Siapa tau diajak dinner sama pak dogan," Lala sangat antusias saat mengatakannya.

"Dinner apaan, deh. Halu banget."

"Udah, lah, Nad. Harusnya tuh lo nggak marah sama pak dogan. Harusnya lo datengin tante girang yang gatel itu," tanpa sadar Lala meremas pakaian yang dipegangnya.

Nada menghela napas berat. "Gue nggak bisa kayak gitu, La. Gue nggak bisa kayak lo."

Lala memegang pundak Nada. "Lo nggak harus jadi gue buat ngelakuin itu. Cukup jadi diri lo sendiri,"

"Gue belum pernah ngelakuin hal kayak gitu." Nada bimbang karena selama dia hidup dia tidak pernah terlibat konflik dengan siapapun. Dia selalu menghindari hal-hal seperti ini. Nada bahkan heran ketika teman-temannya selalu sedikit-dikit marah akibat hal sepele.

Lala tersenyum "tenang nanti gue bantuin,"

"Nanti gue pikirin lagi deh."

"Jangan lama-lama mikirnya, masalah lo ga beres-beres lagi,"

"Iya, iya."

"Udah, yuk. Gue mau bayar ni baju."

Nada mengangguk lalu mengikuti Lala ke kasir.

"Ke starbucks dulu, yuk. Haus gue," ajak Nada saat Lala sudah selesai membayar.

"Ayo. Tenggorokan gue juga udah kering banget, nih."

Mereka berjalan beriringan dengan sesekali melihat-lihat pakaian yang di sukainya atau make up yang di cobanya.

"Tapi lo yang pesen ya, La." Nada menyengir.

"Biasanya juga sama gue," ledek Lala.

Nada tak terima dengan perkataan Lala. "Enak aja. Gue juga pernah, kali."

"Kalo pesen sama lo, entar namanya jadi nama tokoh yang ada di novel lagi." waktu itu Lala dan Nada pergi ke starbucks. Dan yang memesannya adalah Nada. Dia malah memakai nama cowok idaman yang ada di novelnya.

"Yee, biarin. Lucu tau,"

"Serah lo, deh."

"Udah buruan pesen. Gue nyari tempat duduk dulu,"

"Jangan jauh-jauh."

"Iya."

Nada mencari spot terbaik untuk tempat yang akan di dudukinya. Nada melihat sekeliling dan langsung terpaku ketika melihat Alex dengan perempuan yang waktu itu, Stefi.

Nada tidak bergerak sama sekali. Ia seakan terpaku dan malah memperhatikan mereka berdua.

Alex yang tersadar akan kehadiran Nada langsung berdiri.

Nada berbalik dan berjalan tergesa menuju Lala. Nada langsung menarik Lala yang sedang mengantri. "Eh-eh. Mau kemana, Nad. Pesen aja belom."
Ucap Lala dengan heran.

"Nggak jadi haus."

"Tapi gue haus," Lala berusaha memberhentikan Nada yang berjalan sangat cepat.

"Nanti kita beli chattime aja."

"Sebenernya, ada apa?" tanya Lala.

Alex mencari-cari kemana Nada pergi. Tapi dia tidak menemukannya.

Mata Lala melebar ketika melihat Alex sedang mencari seseorang. Yang dia yakini sedabg mencari sahabatnya. Sekarang dia paham penyebab Nada menariknya.

Sebenarnya Lala tahu bahwa Alex bertemu dengan Stefi di sini. Karena Alex memberitahunya. Alex juga memintanya memantau Nada. Dia sama sekali tidak tahu kalau Alex bertemu dengan Stefi di starbucks. Jadi Nada pasti akan salah paham kembali. Setelah ini dia akan menjelaskannya.

*****

Maaf gaisss akhir² ini susah dapet ide jadi lama up nya.

Enjoy it.




WITH LOVE, CACA.

Dosen & MahasiswaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang