4. Teman Bang Arsan!!

11.5K 544 18
                                    

Nada sampai dikelas dengan sedikit ngos-ngosan karena dia membawa semua kertas tebal itu sendiri. Dia sengaja tidak membawa setengah nya dulu karena dia tak ingin balik lagi ke ruangan itu dan melihat wajah Dosen sadis itu lagi.

"Lo diapain Dogan sampe ngos-ngosan gini?" tanya Lala khawatir.

"Dogan apaan?"

"Dosen Ganteng elah lu kemana aja Nada." Nada memutar bola malas. Mendengar ocehan sahabatnya itu membuat Nada pusing sendiri.

"Tuh liat." Nada mununjuk tumpukkan kertas tadi yang ia bawa "Gila tuh Dosen masa nyuruh gue bawa buku sebanyak itu!!! Arrghh."

"OMG! Lo ada hubungan apa sama Pak Dogan? Kok bisa elu yang disuruh? Kenapa engga gue aja? Gue mah rela lahir batin."

"Yaudah lo sono suruh dia gantiin gue yang jadi asisten nya dia."

"Wait.. Lo disuruh jadi Asisten Dosen maksudnya?" Nada mengangguk lemah.

"Engga deh gue kaga bakal konsentrasi kalo tiap hari berduaan bareng Pak Dogan."

"Eh tapi ini salah gue juga sih.. Gue yang bikin dia nyusahin gue kayak gini." ucapan Nada terdengar lesu.

"Hah? Gimana maksudnya Nad?"

Nada menceritakan peristiwa itu dari awal dia ke Toko Buku sampai menabrak Pak Dosen.

"Yaiyalah Pak Dogan balas dendam, orang lu nya aja ngerjain dia." Lala bukannya membela Nada, malah membela Dosen itu.

"Yaudahlah pusing gue! Mending sekarang kita ke kantin."

"Kuylah tapi lo yang traktir ya."

***

08586421xxx
Besok jam 7 keruangan saya!

Siapa nih main perintah aja

Nada: siapa?

08586421xxx
Dosen kamu yang paling ganteng

Idih siapa lagi ini! Jangan-jangan Pak Alex lagi? Ahh mana mungkin dia punya nomer gue.

Nada: Dosen saya gaada yang ganteng, jelek semua!

Alex menggeram dengan jawaban Nada barusan.

08586421xxx
Alex! Bsk jgn lupa keruangan saya jam 7. Tdk menerima penolakan!

Sudah diduga pasti ini Pak Alex, batin Nada

Nada mengumpat dan melempar ponsel nya ke kasur.

Padahal dia tak ada jadwal dipagi hari. Ah menyusahkan saja Dosen itu!

Nada turun kebawah untuk mengambil minum dengan wajah ditekuk dan bibir maju kedepan.

"Abaaang, Mama Papa udah pulang belum." teriak Nada pada Arsan yang sepertinya ada di ruang tamu. Nada berjalan ke ruang tamu.

"Berisik dek jangan teriak-teriak." Arsan menyahut

"Abang anter--- PAK ALEX?" Nada kaget dengan siapa yang ada diruang tamu. Alex ada di rumahnya! Bagaimana bisa Alex meneror Nada sampe ke rumahnya!!

"Lo kenal sama Alex dek?" tanya Arsan pada Nada.

"Emm.. Dia Dosen gue di kampus Bang."

"Oh gitu, kenalan dulu dong."

"Kan udah kenal Bang."

"Bukan sebagai Mahasiswa dan Dosen tetapi sebagai laki-laki dan perempuan." Arsan mengedipkan matanya kearah Nada.

"Ih apaan sih Abang! Maaf ya Pak Abang saya emang koslet otak nya."

"Alex itu temen gue dari SMA kali dek, dia juga sering kesini." hah? Dari SMA?

"Kok gue gak pernah liat Bang?"

"Gimana mau liat kerjaan lo cuma ngerem di kamar." Arsan mendelik.

"Iya juga sih hehe." Nada menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Kirain saya Bapak nerror saya sampe ke rumah."

"Nerror apaan?" tanya Arsan ingin tahu.

"Geer kamu saya kesini cuma mau ketemu sama Arsan." Alex angkat bicara.

"Kayaknya kalian udah akrab banget." Arsan dengan pandangan menyelidik.

"Eh? Engga kok Bang gue mana pernah akrab sama cowo kecuali Abang."

"Akrab juga gapapa ko dek, gak ada yang larang ini." Arsan tersenyum misterius ke arah Alex.

"Ih.. Apaan sih udah ah gue mau ke atas dulu. Duluan Pak." Nada tersenyum kepada Alex dengan senyum yang dipaksakan.

"Si curut mana sih lama banget perasaan, katanya mau maen ps!" tanya Arsan saat Nada sudah berlalu ke kamarnya. Curut yang dimaksud Arsan adalah Deva, sahabat mereka yang paling tak bisa diam.

"Paling kejebak macet." Alex menjawab santai.

"Hai bro sorry telat, Bandung sekarang udah sama kaya Jakarta. Macet."

"Lama lo, si Alex udah dari tadi disini."

"Ya maaf San, kan tadi gue juga nganter dulu doi pulang."

"Pacaran mulu lo."

"Sirik aja lo mentang-mentang gak laku." Wah Deva mancing jomblo ngamuk.

"Idih cewe mah tinggal ngambil kali."

"Udah-udah apaan sih katanya mau main ps tapi malah debat." Alex memutar bola matanya malas.

Mereka bertiga sudah bersahabat dari jaman SMA. Tak salah jika ketemu pasti debat. Karea itu sudah menjadi hal yang biasa. Apalagi Deva yang playboy dan selalu mengoleksi foto mantan-mantan nya.

***



See you next part:)

Snfahira

Dosen & MahasiswaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang