20. Harus Tegas

7K 346 8
                                    

"Nad, tunggu dulu." Lala mengejar Nada yang sedang menuju ke gerbang, yang pasti Nada akan pulang. Padahal dia masih ada kelas. "Masa cuma gara-gara gini doang lo bolos kuliah, sih."

Nada menghentikan langkahnya dan membalikan badannya mengahadap Lala "Cuma gara-gara gini doang menurut lo? Dia tadi pelukan, La!" suara Nada sedikit bergetar.

Lala mendekat lalu memegang bahu sahabatnya "Nad, lo harus bisa bedain mana yang pelukan mana yang dipeluk,"

Nada menggeleng "Nggak. Itu adegan kedua kalinya yang gue lihat."

"Gue percaya, pak Alex gak mungkin khianatin lo." Lala mengusap bahu Nada, sesekali menepuk nya.

"Sekarang gue mau bolos." ujar Nada sedikit merengek.

"Iya, gue ngerti," Lala mengusap bahu Nada.

"Gue masih males liat mukanya,"

"Nanti juga suka lagi." Lala terbahak.

Nada menabok kepala Lala "Nggak akan." ucap Nada memberengut.

"Haha. Ayo gue anter ke depan,"

Nada membalikan badannya lalu berjalan dengan wajahnya yang ditekuk. Lala menyusul nya lalu merangkul bahu Nada.

Lala memesankam gojek untuk Nada. Nada menurut saja karena ia ingin cepat-cepat sampai rumah.

Sekarang dia sedang dalam perjalanan, tak lupa dengan helm dikepalanya. Ingatan Nada langsung mengingat kejadian tadi, dimana Stefi kembali lagi memeluk Alex. Dan bodohnya dia tak bisa berbuat apa-apa. Padahal Alex itu hak-nya. Miliknya.

Dia tidak seperti Lala yang langsung melontarkan amarahnya pada orang yang menurut dia salah. Untungnya tadi ada Lala yang membalas perkataan wanita itu.

Nada turun dari gojek lalu membayarnya sesuai nominal. Ia dengan cepat masuk ke dalam rumahnya.

"Kenapa, de?" tanya Arsan yang sedang duduk di sofa menghadap tv saat adiknya lewat dengan muka ditekuk.

Nada tidak melihat ke arah Arsan, dan menjawab seadanya "Gak papa."

Arsan menatap curiga pada adiknya yang terlihat tak ingin diajak berbicara. Dia berdiri lalu menyusul adiknya yang berjalan menuju kamarnya. "Kok ditekuk gitu mukanya, de? Ada masalah sama doi nih pasti,"

"Doi apaan sih, minggir bang." Nada menyuruh Arsan untuk tidak menghalangi jalannya. Tetapi Arsan tetap tidak mau beranjak sebelum adiknya buka mulut.

"Kenapa? Ada masalah sama Alex?"

"Nggak ada."

"Terus kenapa matanya merah? Pasti abis nangis kan," ucapan Arsan membuat air mata Nada kembali tumpah. Arsan mengusapnya dan membawa Nada ke pelukannya.

"Tadi pak Alex dipeluk mantannya." ucap Nada dengan suara bergetar.

Arsan langsung melepas pelukannya dan memegang bahu adiknya. "Stefi?" Arsan langsung teringat dengan Stefi karena Alex cuma mempunyai satu mantan yaitu Stefi.

Nada mengangguk "Itu kedua kalinya aku liat pak Alex dipeluk mantannya."

"Dua kali?" ucap Arsan tak percaya.

"Iya."

"Kamu masuk kamar. Biar abang yang ngomong sama Alex."

"Tapi.. "

Nada tidak berusaha mencegah abangnya, dia membiarkannya. Nada juga tidak tahu apa yang harus dia lakukan.

Arsan segera ke kamar nya untuk berganti baju. Dia bertanya-tanya kenapa Stefi kembali muncul pada saat sahabatnya sudah melupakannya. Padahal Stefi sendiri yang meninggalkan Alex. Tetapi dia juga sedikit kecewa karena Alex tidak bisa tegas terhadap perempuan itu dan membuat adiknya kecewa.

Dosen & MahasiswaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang