8. Pengakuan

9.9K 509 3
                                    


Mulmed: Abinaya Alexi

***

"Kemaren dianterin siapa dek? Kok mobilnya kaya kenal." setelah pertemuan di mall bersama Alex memang Nada pulangnya diantarkan oleh Alex. Walau dia sudah menolak tetapi apalah daya, Alex selalu mengancam akan memberitahu Abangnya soal kejadian waktu itu. Sangat menyebalkan!

"Ha? Oh itu.. Kemarin gue naik grab Bang." Nada takut Arsan akan menuduhnya macam-macam kalau menyebut ia pulang bersama Alex.

"Ah masa? Gue kaya kenal banget tuh mobil." Arsan mengingat-ngingat mobil siapa itu.. "Ahaa itu mobilnya Alex. Yakan?" aduh mampuss.

"Pak Alex? Mana mungkin dianterin dia. Deket aja nggak." Nada mengambil majalah yang ada di meja untuk mengalihkan perhatiannya dari Arsan.

"Gitu ya? Oke deh."

"Abang adek, siap-siap yah nanti malem kita bakal makan diluar." ucap Neta, Mamanya. "Pokonya Abang harus keliatan ganteng." Mama Nada terlihat sangat antusias.

"Ada apa ma?" tanya Nada penasaran.
"Ada deh. Kejutan pokoknya. Kalian harus tampil ganteng dan cantik ya."

"Gak beres nih pasti." Arsan mulai curiga dengan Mamanya.

"Hushh jangan suudzon sama orang tua." Mama Neta memukul pelan kepala anak sulungnya dengan penggorengan yg ia bawa.

"Aww sakit Ma. Bilangin Papa nih kalo Mama KDRT."

"Dasar tukang ngadu." bela Nada pada Mamanya.

"Lo juga suka ngadu ke Papa kalo gue jailin."

"Wajar dong, gue kan anak cewe. Lah Abang cowo. Nggak pantes!"

"Udah! Kalian ini kebiasaan kalo ngomong suka pake bahasa gaul. Kalo Papa denger pasti marah dia."

Mereka memang suka pake 'lo-gue' kalau sedang tak ada orangtuanya. Tetapi barusan mungkin lupa karena fokus berdebat.

***

Saat mereka sampai disebuah restoran dan menuju ke meja yang sudah terisi "Maaf telat ya. Biasa macet." ujar Mama Nada sembari cipika-cipiki kepada wanita yang usianya tak jauh berbeda dengannya.

"Kami juga baru sampai kok, tenang aja."

"Ohh ini calonnya. Cantik banget." Mama Nada mengelus rambut wanita itu. Mungkin dia anak temannya Mama.

"Calon apa Ma?" Tanya Arsan. Dan sepertinya gadis diseberangnya juga sedang bertanya pada Mamanya.

"Oh iya Mama lupa. Jadi kita disini ini mau jodohin kamu sama Brilla."

"APA?!!" Arsan bikin malu aja sampe teriak gitu. Brilla juga sama terkejutnya kaya Arsan tetapi dia tak teriak, cuman menutupi mulutnya dengan tangan dan juga matanya yang membola.

"Sutt jangan teriak. Malu-maluin aja kamu." ujar Papa Nada.

"Ih Bunda kok gak bilang sih." rajuk Brilla pada orang tuanya. Dia juga sama menderitanya kaya Arsan.

"Ma Abang kan masih laku! Kok pake dijodoh-jodohin segala sih. Pa jangan kaya gini dong." Arsan terus merajuk, dan Mama Papanya tidak luluh sama sekali.

Sementara Nada malah enak-enakan makan karena sudah lapar.

"Belum juga dijalanin udah ngeluh duluan. Lagian Abang nggak punya pacar kan?" pertanyaan Mamanya membuat Arsan diam. Dia memang belum pernah memperkenalkan siapapun kepada Mamanya.

"Yaudah mending sekarang kita tinggal aja mereka berdua ya, Sal." Neta beranjak dari duduknya lalu beranjak pergi sambil menarik lengan Nada yang sedang memegang sendok. Padahal lagi enak-enaknya.

Orang tua Brilla juga ikutan beranjak dari kursi dan meninggal mereka berdua. Nada turut prihatin melihatnya, semoga nasib dia nggak sama kaya Abangnya.

Semoga Abang jodoh deh sama Kak Brilla.

***

Nada sedang membantu Alex memasukan nilai-nilai mahasiswa. Sudah dua jam dia di ruangan itu. Tapi pekerjaannya belum selesai-selesai. Suka greget pengen cepet-cepet buka hp.

"Arsan di jodohin ya sama Tante Neta." Alex bertanya seakan mencari kebenaran. "Iya. Kasian Abang, kaya frustasi gitu."

"Frustasi? Engga ah. Kemarin pas dia cerita kaya orang seneng gitu." seneng? Bisa aja sih soalnya mereka berdua sudah jalan beberapa kali.

"Oh ya? Mungkin mereka udah ngerasa cocok." Arsan belum sempat cerita tentang hubungan perjodohan itu padanya, karena sibuk kencan mungkin.

"Mungkin. Kalau kamu di jodohin kaya Arsan bisa nerima nggak?"

"Gak tau. Biasanya kalau ada cowo deketin saya suka mundur duluan."

"Kenapa?"

"Ya karena saya kerjaannya baca novel mulu, dan nggak balesin chatnya dia. Jadi merasa di abaikan mungkin."

"Bagus deh kalau pada mundur. Jadi saya bisa maju." ucapan Alex akhir-akhir ini seperti ingin mendekatinya. Ah mana mungkin!

"Kok ucapan Bapak akhir-akhir ini suka aneh ya? Atau saya yang nggak ngerti?"

Polos banget si. Jadi gemes.

"Ternyata kamu nggak peka ya." kekeh Alex. Nada mengerutkan Alisnya tak mengerti. Mungkin Alex harus mengungkapkan langsung, tidak usah pakai kode-kode. Karena percuma saja kalau ngode ke orang yang belum pernah pacaran.

"Saya tertarik sama kamu." Mulut Nada menganga mendengar pengakuan itu. Kata-kata itu persis seperti yang ada di novel yang ia baca. Dan yang berarti kalau Alex suka padanya!

"M.. Maksudnya Bapak suka sama saya?" Alex mengangguk mantap. "Sebelumnya belum ada gadis yang berani ngerjain saya. Sebenernya saya sudah tertarik sama kamu sejak di Toko Buku."

Pengakuan tersebut membuat mulut Nada semakin menganga dan langsung ditutupi dengan tangannya. Semua ini terlalu mendadak!

"Maaf Pak.. Em tapi—saya nggak suka sama Bapak." Alex hanya tersenyum mendengar jawaban Nada. Ia mengerti, karena mereka juga baru bertemu beberapa kali.

"Nggak papa nanti juga suka"

"Pede banget. Gimana kalo saya tetep gak suka? Lagian saya ini Mahasiswa dan Bapak Dosen." Suasana menjadi sangat canggung.

"Kenapa kalau saya Dosen dan kamu Mahasiswa?."

"Gak enak aja sama yang lain."

"Jadi cuma itu alasannya?" Alex mengangkat alisnya sebelah. "Nggak juga. Saya kan belum pernah pacaran, jadi takutnya Bapak bosen pacaran sama saya."

Alex tertawa mendengar itu "Emang siapa yang ngajak pacaran?" lah bukannya tadi itu dia ngajak pacaran? "Saya cuma bilang kalau saya tertarik sama kamu. Itu aja." aduh Nada pasti malu banget!

"Tapi kalo kamu mau pacaran ayok kita jadian sekarang."

****

Happy Reading!

Dosen & MahasiswaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang