Untuk medeskripsikan mu tak hanya cukup dengan kata, kau seperti kopi. Pahit, gelap, misterius membuat ku enggan untuk mendekat tapi entah mengapa sesuatu yang ada pada mu membuat ku candu.
Seandainya kau mau menengok sedikit ke belakang kau akan menemukan ku,
Tertutup bayang-bayang semu..Aku berusaha memahaminya dengan otak ku, terus mencari penjelasan yang logis mengenai hal yang ku alami setiap menatap mu. Tapi, semakin aku mencari semakin aku tak menemukannya.
Sampai suatu hari..
Aku menyadari, aku tak harus memahaminya dengan otak ku, cukup merasakannya dengan hati. Maka semuanya menjadi masuk akal.
Aku hanya jatuh cinta.
Dan ya..sesederhana itu.
Aku tak membutuhkan sesuatu yang disebut teori.
Karena untuk hal ini cukup hati yang memebawa ku.
Anna Duber
***
Aku menatap secangkir kopi di hadapan ku, sejenak aku kembali mengingat kalimat-kalimat yang ku torehkan di buku harian ku. Salah satunya terdapat benda di depan ku yang aku gunakan untuk mendeskripsikan seorang Sam.
Dan entah kapan aku jadi sangat menyukai kopi, dan tanpa sadar aku mulai terpengaruh pada sesuatu yang mengingatkan aku pada Sam termasuk kopi. Padahal dulu aku tak begitu berminat pada kopi, dan lihat aku sekarang. Kopi malah membuat ku candu, sama seperti Sam.
Aku membenci fakta ini, tapi sangat sulit untuk berhenti.
Aku menghela napas, sebelum menyadari ada pengujung yang baru saja masuk ke dalam kafe, dan sepertinya sudah saatnya aku bergegas melayani pengunjung sebelum Mila mengamuk karena mendapati aku tak bekerja karena sibuk melamun.
Hari ini hari sabtu, aku memutuskan membantu Mila di Kafenya, katanya dia membutuhkan bantuan karena biasanya di akhir pekan seperti ini pengunjung yang datang bertambah dua kali lipat. Jadi ia membutuhkan tenaga bantuan.
Sejujurnya aku sudah sangat lelah karena bekerja dari pagi melayani pengunjung yang tidak ada habisnya. Sepertinya Mila memang tidak berbohong saat mengatakan Kafenya memberikan penghasilan besar untuknya.
Dan karena aku belum memutuskan untuk melanjutkan profesi ku sebagai seorang jurnalis dan tidak tahu harus melamar di perusahaan mana dan ditambah opa Rafael yang harus dijinaki terlebih dahulu, aku memutuskan untuk jadi pengaguran sampai waktu yang tidak ditentukan, tapi tidak benar-benar tak bekerja karena sejujurnya aku masih aktif menulis artikel, karena sejujurnya aku masih berhubungan dengan bos lama ku di Newyork. Dia masih cukup sering meminta ku menulis artikel, atau hanya sekedar opini.
Sekarang saja aku masih mengerjakan sebuah artikel untuknya. Ini karena mereka belum menemukan seseorang untuk menggantikan ku apalagi kepergian ku yang mendadak membuat mereka tak punya cukup persiapan untuk menggantikan ku.
Ditambah perusahaan lama ku cukup selektif mencari pegawai, jadi hal itu membuat mereka kesulitan karena tak bisa asal menerima pegawai.
Aku berjalan membelah keramaian menujuh dua orang pengunjung yang baru saja tiba. Dan ketika aku sampai di tempat duduk mereka, aku memasang wajah ramah dan tersenyum profesional ke arah mereka.
"Selamat malam mas dan mba. Mau pesan apa?" mereka serentak mendongak dan menatap ku dan bisa ku lihat mata mereka yang sedikit membulat saat mengamati ku.
"ehh.. Mba pelayan baru ya?" bukannya menjawab pertanyaan ku, si pria yang ku tebak pasangan wanita yang datang bersamanya ini malah berbalik bertanya pada ku dengan pandangan penuh minat. Hampir saja aku memutar bola mata ku saat mendengar pertayaannya. Tapi ku tahan demi menjaga kesopanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
13 Reason Why I Love You
RomanceJangan lupa follow akunnya sebelum dibaca 🤗😉🤓 WARNING: Adults Only! Bagi pembaca yang belum cukup umur saya mohon dengan sangat jangan melirik apalagi mendekat, carilah bacaan yang sesuai dengan umur anda! ** Anna Kathleen Duber mencintai Samuel...