18

5.9K 490 36
                                    

Hari ini aku bangun agak pagi, setelah sarapan aku memutuskan untuk segera bersiap-siap karena nanti pukul 11.00 Bram datang menjemput ku, dia ingin mengajak ku jalan seharian penuh, katanya ini penting untuk bisa saling mengenal, walau sebenarnya kami tidak punya ide mau kemana, katanya berkeliling tanpa rencana akan lebih bagus, kami bisa mikirkan akan kemana selama diperjalanan. Bagi ku ini sedikit aneh tapi aku tetap menyetujuinya, bahkan jika kami hanya berkeliling tanpa turun dari mobil pun aku akan tetap setujuh.

Setelah malam itu, kami memutuskan untuk lebih mendekatkan diri dan menurut Bram ini salah satunya, jadi aku menetujui tanpa memprotes.

Aku menghabiskan waktu bersiap-siap satu jam, lima belas menit yang lalu aku mendengar bunyi kendaraan yang diparkir di halaman depan, mungkin Bram sudah sampai.

Aku menatap penampilan ku dicermin, celana jins hitam membukus ketat kaki ku dipadukan T-shirt hitam pas badan dengan tulisan Mean girl di depannya, ku rasa aku siap.

Aku menuruni tangga dengan perlahan, saat sampai di bawah mata ku terpaku pada tiga pria yang tengah berdiri sejajar di ruangan tengah. Aku menatap bergantian kedua diantaranya, Samuel dan Bram berdiri bersebelahan sementara di samping mereka kak Dennis berdiri sembari memainkan ponselnya.

Kedua pria itu sama-sama menatap ku. Apa yang dilakukan Samuel di sini. Aku balas menatapnya, pria itu terlihat datar, tidak ada ekspresi di wajahnya.

"Kamu udah siap Anna." suara Bram memutuskan kontak mata antara aku dan Samuel, Bram tersenyum ramah seperti biasa, aku membalasnya dengan senyum semanis mungkin untuk menutupi kegugupan ku.

"Iya, mau berangkat sekarang?" lebih cepat lebih baik, aku tidak ingin terjebak pada situasi tidak mengenakan ini.

"Boleh, tapi aku pamit sama om dan tante dulu." ucap Bram, aku hanya mengangguk, saat ingin megikuti Bram suara kak Dennis menghentikan ku.

"Mau kemana dek? Wangi bener." Kak Denis berbicara dengan kerlingan jail. Aku tidak jadi melangkah dan membalas tatapan kak Dennis.

"Mau jalan." Jawab ku singkat.

"Jalan kemana?"

"Ada deh, nggak usah kepo." jawab ku cuek.

"Oh sekarang gitu ya, mentang-mentang udah punya pacar, mendadak cuek sama kakak." aku semakin gugup saat merasakan pergerakan pria itu di samping kak Dennis, dia tidak bicara apa pun hanya mundur dan berganti duduk di sofa dengan masih menatap datar pada ku.

"Dia bukan pacar ku kak." Aku menjawab kesal, mendengar kalimat ku kak Dennis semakin tersenyum mengejek, ada apa dengan kakak ku yang biasanya pendiam ini. Hari ini dia terlalu banyak berekspresi.

"Oh iya bukan pacar, kakak salah. Calon suami ya lebih tepatnya." Aku melongo mendendengar ucapan kak Dennis, mungkin lebih baik aku tidak meladeninya.

"Yuk An, aku udah pamit." Bram datang dari arah belakang, tersenyum pada ku sebelum mengalihkan tatapannya pada Kak Dennis dan Samuel.

"Kami permisi ya bang." Bram berujar singkat sebelum menggenggam dan menarik tangan ku berjalan keluar rumah.

"Kamu nggak pamit sama kita dek." suara kak Dennis terdengar lagi. Aku mendengus dan memilih untuk tidak menjawabnya, aku tau dia hanya meledek ku.

Setelah masuk ke dalam mobil dan memasang seatbelt, Bram kembali bersuara.

"Punya ide mau kemana?" dia bertanya sembari menyalahkan mesin mobil.

Aku yang sedikit tak konsen karena masih mengingat tatapan datar Sam di dalam rumah tadi sedikit terlambat menjawab.

13 Reason Why I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang