Aku bernegosiasi dengan rindu.
Sebab, ia terlalu sering datang di jendelaku yang angan.
Dengan sedikit kesal, ku suruh ia tuk menjaga jarak.
Sebab aku telah letih mempersilahkannya bermain di otakku.
Namun tentu kita tau, rindu tetaplah rindu.
Ia tak berminat untuk pergi secepat itu.
Mungkin ia betah, atau mungkin sedang tak ada kerjaan hingga begitu riang menggangguku.
Sesekali aku menyuruhnya hinggap di jendela rumah si dia.
Tapi kata rindu, jendelanya telah di kunci rapat, hatinya juga tak lagi kosong, tidak sepertiku.
Rindu begitu menyebalkan, obat penenang juga bukan jawaban tentunya.
Tapi, dari rindu aku belajar, setidaknya dengan merindu kita masih bisa bersamanya, walau fiksi.
KAMU SEDANG MEMBACA
phenophase
PoetryIni hanya kumpulan huruf-kata-kalimat-paragraf yang mengandung sekelumit makna. Jika kau suka maka bawalah pergi bersamamu, namun ingat setiap pergi punya pulangnya masing-masing. Maka jangan pernah lupa untuk pulang. Karena aku tak akan kemana-mana.