11

1.3K 208 74
                                    

Janji.

Lima alphabet.

Namun mengandung beban berat seumur hidup.

Bagi seorang pria bernama Kim Seokjin.

***

"Bisakah kita akhiri saja?" suaranya terdengar begitu stabil kali ini, seolah ingin meyakinkan diri sendiri, memang inilah saatnya, ia tidak boleh mengulurnya lebih lama lagi.

Mata yang tadinya terpejam rapat itu terbuka perlahan, tanpa perlu tenaga ekstra, ia melirik ke sumber suara.

Lirikan itu cukup membuat si pembuka percakapan terdiam kaku.

Menyamankan dirinya kembali, pria itu kembali menutup matanya, mengabaikan perkataan pasangan yang telah bersamanya lebih dari enam tahun.

"Aku sudah tidak mencintaimu."

***

Pernikahan ini, boleh dikatakan penuh perjuangan.

Pembangkangan terhadap kedua pasang orang tua mereka.

Tatapan serta cibiran manusia munafik menjijikkan bertopengkan adat serta norma.

Bullshit!

***

Seokjin menyodorkan map dengan logo kantor catatan sipil ke hadapan Namjoon.

"Ceraikan aku."

Suara Seokjin terdengar tenang layaknya danau tak beriak, dalam dan menghanyutkan, terlampau tenang hingga pada batasan tak wajar bagi seseorang yang tengah meminta diceraikan.

Namjoon membuka matanya lagi, kali ini mendudukkan dirinya tegak dengan kedua tangan disatukan di atas meja, menatap Seokjin dan surat perceraian sialan itu bergantian.

Senyum remeh menjadi jawaban dari permintaan Seokjin.

"Kau sudah tahu jawabannya," Namjoon mengambil map coklat itu, bangkit dari duduknya, berjalan tanpa tergesa menuju kediaman api yang sedang menari lincah, menghangatkan ruang kerjanya di musim dingin ini.

Namjoon menoleh, dengan tarikan bibir seadanya, mencemooh Seokjin dan permintaannya.

Dilemparkan surat perceraian itu ke dalam api.


***

Suara kertas terbakar, aroma gosong yang perlahan tapi pasti memenuhi ruangan, kini ditambah Seokjin yang telah bersimpuh di ubin marmer itu, lunglai.

Seokjin sungguh tak mengerti lagi bagiamana caranya mendorong Namjoon keluar dari lingkaran kehidupannya.

Tak peduli seberapa banyak Seokjin sengaja mengecewakan Namjoon.

Pria itu, suaminya, tidak pernah melepaskannya.

Sebenarnya terbuat dari apa hati Namjoon?

Bagaimana bisa ia selalu mentolerir semua kesalahan Seokjin?

Tidakkah pria itu melabuhkan kebencian pada dirinya? Tidak setitikpun?

Seokjin tidak percaya.


***



"Kenapa?"
Sepatah kata yang selalu memenuhi benak Seokjin akhirnya terucap.

"Tidakkah kau membenciku setelah semua yang kulakukan? Kenapa kau masih tidak mau berpisah dari orang brengsek sepertiku?"

Namjoon memutar tubuhnya, melangkahkan kaki jenjangnya konstan, tak terburu, terasa begitu tepat, dengan tangan terkepal menyatu di belakang pinggangnya.

Namjoon berjongkok mensejajarkan pandangannya dengan mata bulat memerah diselingi kedipan-kedipan refleks.

Terlihat jelas di mata bulat itu, hal yang selalu membuat Namjoon bertahan hingga saat ini.

Bodoh sekali Seokjin, kau sendiri malah tidak menyadarinya.

Tangan Namjoon mengelus pinggir pipi Seokjin, dari dekat telinga, turun ke rahang, hinggap di dagu Seokjin.

Mata Namjoon menatapnya lekat, tatapan yang sama yang diberikan Namjoon untuknya ketika mempersunting dirinya.

"Bagimu, kau brengsek, karena sebenarnya kau tidak serius melakukan hal itu dan menyesalinya, bukan?"

Bulu mata Seokjin sedikit bergetar, tetapi tak terucap apapun dari bibir tebalnya yang terkatup rapat.

"Meski kau hanya menuruti permintaan konyol orang tua kita untuk membuatku menceraikanmu ... aku tetap merasa sakit hati, kau tahu?"

Gigitan bibir menjadi respon Seokjin, terdiam, kamus katanya seolah tengah crash.

Digenggamnya kedua tangan Seokjin, "Di saat kau ingin menyerah, ingatlah saat ketika kau menerima lamaranku, maka kau akan ingat, seberapa dalam cinta kita."

Senyum tenang dihadiahkan Namjoon untuk pasangan hidupnya,

"Janjiku padamu, di depan altar, adalah anugerah bagiku dan akan kutepati hingga kematian datang menjemputku, Kim Seokjin."


***

Terhenyak.

Bagi Seokjin janji pernikahannya merupakan beban berat.

Sementara bagi Namjoon itu adalah anugerah.

Kim Seokjin pun menyerah.

Menyerah untuk mengenyahkan cintanya.

Menyerah sepenuhnya pada perasaan.

Persetan semua orang yang memaksanya meninggalkan Namjoon!

Namjoon adalah miliknya, suaminya.

Hari ini, Namjoon berhasil kembali membuat Seokjin jatuh cinta, untuk yang kesekian kalinya.

Dan Seokjin yakin, bukan untuk yang terakhir kalinya.




Inspirasi : jadi ada dua cosplayer asal Indonesia yang akhirnya menikah, salah satunya menjadi transgender man.
So awalnya mereka girlxgirl tapi sekarang udah jadi manxwoman o(〃^▽^〃)o
Orochi x Pinky.
Mungkin kalian juga ada yang tahu hehe.

Cerita merekalah yang membuat gue kepikiran flashfic kali ini.
Tentu saja berbeda banget dari kisah mereka, hanya aja tertriggered gitu waktu tahu. Huehehe.

Happy Wednesday fellas ╰(*´︶'*)╯

Fallinbunny, 19-12-2018

Cloudy Illusion (BTS Drabble)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang