19

846 171 66
                                    

Hidup.

Tidak pernah mudah.

Dan akan selalu menjadi sesuatu yang harus diperjuangkan.

Apapun itu.

Seperti apapun bentuk kehidupanmu.

Berapapun usiamu.

***

Hanseo menggaruk-garuk kepala bermahkotakan rambut hitam tipis yang hanya sepanjang bawah telinganya. Tampak seperti Dora The Explorer, salah satu animasi kesayangannya. Ia bahkan memaksakan Daddy Namjoon untuk mencarikan boneka monyet, si Boots.

Jangan tanyakan sudah berapa banyak koleksinya.

Infinity.

Hanseo sudah mencoba berbagai cara untuk bisa berkumpul bertiga kembali. Tetapi, membuat kedua Ayahnya bertemu, bukan hal yang mudah. Mungkin sama sulitnya saat ia belajar menalikan sepatu ketsnya sendiri. Ia menggelengkan kepala kecilnya, membuat ujung rambut menampar-nampar pipi chubbynya. Eh, salah, sepertinya lebih sulit lagi.

Malam itu, Hanseo menyuruh Namjoon mengenakan kaos vertikal berwarna merah putih di atas kemeja putihnya tepat sepulang sang Daddy dari kantornya.

Namjoon mengernyit dan melayangkan pandangan bertanya, tetapi memilih menuruti permintaan peri kecilnya.

"Sudah," ucapnya. Baru saja akan bertanya mau apa dengan kaos ini, Hanseo sudah menariknya sampai posisi wajah mereka sejajar. Berusaha mati-matian untuk menekan tombol capture di handphone yang dipegangi tangan kecilnya.

Namjoon terkekeh melihat tingkahnya. "Bilang saja kalau mau selca sama Daddy. Sini, Daddy yang ambil fotonya."

Saat selesai, Namjoon menyerahkan handphone itu pada Hanseo untuk diamati si putri kecil. Ia baru saja akan melepaskan kaosnya saat mendengar suara Hanseo.

"Kapan kita akan berkumpul bersama lagi, Daddy Joonie?" Hanseo memandangi selcanya lalu menatap tepat di mata Namjoon.

Sempat tertegun, Namjoon menurunkan kaosnya lagi, kembali berjongkok dan memegangi pundak Hanseo. Setelahnya, ia menepuk pelan kepala Hanseo dan berkata, "Suatu saat nanti, Honey. Saat waktunya tepat."

Hanseo hanya mengedipkan bola matanya bingung.

Memangnya, kapan itu waktu yang tepat?

Tidak bisa sekarang saja, ya?

***

Liburan kali ini, ia mendapat kesempatan untuk bersama putri kecilnya selama tiga hari. Seokjin memanfaatkannya dengan baik. Ia mengajak Hanseo mengunjungi taman bermain, makan ke restoran bento yang jadi favorit si gadis cilik, dan terakhir pergi ke kedai es krim yang tak terlalu terkenal di pinggiran kota. Strawberry flavor di kedai itu paling enak menurut Hanseo.

Di malam terakhir, Seokjin dan putrinya menginap di hotel yang tak jauh dari kantor tempat Namjoon bekerja. Meskipun enggan, Seokjin tidak sanggup menolak keinginan Hanseo. Dan kini, mereka tengah menunggu Namjoon menjemput Hanseo.

Sama seperti yang dilakukan pada Namjoon, Hanseo pun menyuruh Seokjin mengenakan kaos vertikal merah putih itu. "Papa, ayo selca!"

Seokjin tersenyum manis dan mengeluarkan handphonenya. "Sini, duduk di pangkuan Papa. Mana peace signnya?"

Hanseo menurut dan tersenyum ke arah kamera.

Sesudah mengamati foto mereka, suaranya terdengar, "Papa Jinnie, kenapa Papa tidak mau foto bertiga sama Daddy?" ia bertanya polos setelah teringat terakhir kali Daddy Namjoon mengantarnya menemui Papa Seokjin dan ia meminta selca bertiga, tetapi ditolak oleh kedua Ayahnya.

Seokjin tersentak. Ia pun memaksakan senyum, meski yang keluar adalah senyuman pahit. "Papa tidak mau ada yang marah. Foto bersama Seo sayang saja, Papa sudah puas, kok."

Mendapati wajah cemberut Hanseo, Seokjin pun berusaha menghiburnya, "Senyum, donk, Anak Papa," dicubitnya pelan pipi putrinya.


Tepat setelahnya, bel berbunyi, pertanda Namjoon sudah tiba untuk membawa kembali Hanseo. Tiga hari memang terlalu cepat, sama sekali tidak terasa. Seokjin berusaha terlihat tegar meskipun hatinya selalu pedih terlebih saat melihat wajah pria itu lagi—mantan suaminya.

"Aku datang menjemputnya," suara berat Namjoon yang dulu selalu jadi favoritnya langsung membangunkan Seokjin dari nostalgia kilatnya.

"Ah, ya," Seokjin yang sempat kikuk pun menghadap ke arah Hanseo dan menunduk, "Seo sayang jangan nakal,ya."


Hanseo mengembangkan senyumnya dan mengangguk patuh, sejurus kemudian bertanya sembari berkacak pinggang lucu dan menunjuk ke arah mereka berdua bergantian, "Oh, iya, memangnya siapa yang akan marah sama Papa kalau kita selca bertiga? Daddy saja masih sering mengigau, menyebut-nyebut nama Papa Jinnie, bahkan foto-foto Papa Jinnie masih ada di kamar Daddy. Belum lagi kalau Daddy mencoba memasak, ia sering sekali bergumam, 'andaikan masih ada Papa Jinnie'. Masih ada lagi—" belum habis ia berbicara, Namjoon sudah lebih dulu membekap lembut bibir putri mereka.




Hening.




Namjoon terciduk.





Baiklah, kalau malu, malu saja sekalian.

Mungkin sekarang waktu yang tepat.






"Seokjinie."

Yang dipanggil berbalik, mengedipkan mata dengan semburat merah muda mulai mengambil alih fitur wajahnya. "Ya?"



"Maukah kau kembali bersama kami?"

Inspirasi:

Anak ini mungkin akan menggoncangkan dunia pernamjinan sebagai aegi baru saingan Jungkook atau maknae line sebagai putri Namjin 😂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anak ini mungkin akan menggoncangkan dunia pernamjinan sebagai aegi baru saingan Jungkook atau maknae line sebagai putri Namjin 😂

Happy July fellas~

Fallinbunny, 3-7-2019

Cloudy Illusion (BTS Drabble)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang