16

988 181 32
                                    

"Papa."

Kedua tangan yang tadinya sibuk menggoncang-goncangkan bungkusan camilan kripik kentang bergelombang di dekat telinganya, dengan tujuan mencari mana yang sekiranya terisi lebih banyak pun terhenti.

Ditatapnya balita berusia hampir tiga tahun itu. "Ya, sayang?"

Lengan kecilnya terulur, berusaha menggapai bungkusan di tangan sang papa. "Mau ... aeng chips ...?" mata sipitnya berbinar terang dengan jurus puppy eyes no jutsu.

Sang papa-Namjoon, kini memegangi kedua bungkusan itu dengan satu tangannya, tangan lainnya yang bebas, langsung menjawil pipi bulat anaknya gemas. "Masih kecil sudah jago memelas, ya?"

Balita itu berusaha menepis jari panjang papanya, yang jelas tidak berhasil.

Tak lama, air mata mulai menggenang, dan suara tangisan kencang memekakkan telinga pun membahana, membuat sang papa kalang kabut sampai tanpa sadar melemparkan bungkusan camilan di tangannya itu ke belakang.

Di tengah usahanya untuk menenangkan anaknya, terdengar suara mengaduh dari belakang.

"Aduh!"

Namjoon menoleh dengan balita yang masih menangis keras dalam gendongannya. Sesekali ia bergerak ke kiri kanan guna menimang dan mendiamkan anaknya.

"Tuan, kepalaku bukan tong sampah," ujar pria berbibir gemuk dengan wajah kesal yang kini mengusap keningnya yang tampak bergaris merah.

Namjoon menduga kening pria itu terkena ujung bungkusan camilan yang dilemparnya tadi. Sial sekali, pikirnya.

"Maafkan aku, aku terlalu panik, anakku-" belum selesai Namjoon berbicara, balitanya menangis semakin menjadi.

"HUAAAA...HUWAAA..."

Decakan kesal si pria yang terkena bungkusan pun terdengar, "Sini, biarkan aku yang menggendongnya," tanpa menunggu persetujuan Namjoon, pria yang ternyata berwajah melankolis itu langsung merebut sang balita.

Gerakannya begitu luwes, ia memeluk anak itu, menepuk punggungnya beberapa kali, kemudian mengelus-elusnya sayang, bergumam kecil, "Tidak apa, tidak apa, anak pintar. Tenang, ada Hyung."

Entah keajaiban macam apa, tetapi anaknya langsung diam. Namjoon menganga. Pasalnya, anaknya kalau sudah menangis penuh rajukan seperti itu, pasti bisa sampai sepuluh menit atau lebih. Bagaimana bisa pria tak dikenal di hadapannya ini melakukannya?

"Kalau kau tidak bisa mengatasinya, lain kali bawa istrimu bersamamu. Bahaya kalau anak kecil menangis terlalu keras, mereka bisa tersedak ludah mereka sendiri," oceh pria itu segera setelah mengembalikan si balita ke pelukan Namjoon.

"Hellow?" pria itu melambaikan tangannya ke wajah bengong Namjoon.

"Ah, ya, siapa namamu tadi?" tanya Namjoon begitu tersadar.

Pria itu memiringkan kepalanya, "Aku tidak ingat pernah mengenalkan diri, tapi ya sudahlah. Aku Kim Seokjin."

Namjoon meneliti Seokjin dari atas ke bawah dengan seksama.

Cloudy Illusion (BTS Drabble)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang