01

1.3K 115 5
                                    

Joyana Tanvir mematut dirinya di depan cermin oval dengan perasaan kesal setengah mati. Matanya menajam melihat pergerakan di atas kasurnya, dengan cepat dia berbalik dan menyingkap selimut berwarna abu-abu dengan nafas memburu, “Cepat bangun idiot! Sudah kubilang untuk tidur di kamarmu sendiri, kenapa masih ke kamarku hah?”

Chandra Tanvir menutup telinganya mendengar teriakan Joyana di pagi hari. Joyana yang melihat kelakuan Chandra hanya mendengus. Dia tidak kehabisan akal untuk mengusir kakak tercintanya untuk segera beranjak dari kasurnya, dia memutar badannya sampai di ujung kasur-lebih tepatnya di bagian kaki Chandra.

Joyana segera menarik kaki Chandra membuat Chandra yang tidak siap harus merelakan tubuhnya kesakitan karena harus membentur lantai.

“Dimana hati nuranimu sebagai adik hah? Tega sekali padaku!”

Joyana memutar matanya kesal, “Berhenti mendramatisir keadaan Chandra, bersikaplah sesuai umurmu! Umurmu sudah 27 tahun, tapi kamu…” Joyana menatap Chandra dari atas ke bawah, kepalanya mendadak pening melihat keadaan Chandra sekarang, lebih tepatnya apa yang dipakai pria itu sekarang, celana pendek berwarna pink dan kaos bergambar sailor moon?

Ingatkan pada Joyana untuk membakar pakaian yang dipakai Chandra hari ini, “Berhenti memakai pakaian itu Chandra, aku sudah membelikanmu banyak baju bahkan sampai menumpuk di lemarimu itu.”

“Ini lebih nyaman Joyie dan berhentilah membelikanku baju! Aku bisa membeli sendiri!”

Membeli sendiri? Joyana ingin sekali tertawa. Dia masih ingat kakaknya ini bahkan harus beberapa kali ditertawakan oleh teman-temannya karena seleranya yang aneh.

Dan Joyana yang merasa jiwa persaudaraannya sangat kuat memiliki tekat untuk mengubah penampilan Chandra, itu berhasil selama tiga bulan, setelah itu Chandra kembali dengan keanehannya.

“Tidak, tidak, tidak akan pernah aku merelakanmu untuk membeli baju sendiri. Karena yang aku tau, seleramu dalam fashion itu sangat payah!”

Chandra mendelik kesal, dia berdiri dan menatap nyalang adik perempuannya, “Walaupun payah menurutmu, kamu harus tau satu hal adik kecil, wanita diluaran sana banyak yang antri untuk berkencan bersamaku. Sedangkan dirimu,” Chandra menatap penampilan Joyana dengan senyum menyeringai, “Tak ada satupun yang tertarik denganmu.”

Setelah mengucapkan hal itu, Chandra berbalik dan segera berlari menyelamatkan dirinya sendiri. Dia tertawa lebar mendengar teriakan Joyana, dia berhasil mengerjai adiknya lagi.

Di ujung tangga, wanita paruh baya yang sangat dicintai Chandra hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Chandra yang tak berubah.

“Berhentilah mengerjai adikmu Chandra, mama sakit kepala mendengar pertengkaran kalian setiap harinya.”

“Chandra tidak akan berhenti ma. Ayolah, mama pasti akan tertawa jika melihat wajah kesalnya, matanya akan memicing dan hidungnya akan mengkerut. Astaga mama, bagaimana mama bisa melahirkan manusia lucu seperti Joyana?”

“Dia adikmu Chandra!”

Chandra mengangguk dan melingkarkan tangannya pada bahu sang mama, “Chandra menyayanginya walaupun dia terlihat seperti ibu-ibu yang mendekati masa menopause.”

***

Joyana menuruni tangga dalam keadaan mood tidak baik, dia masih kesal pada Chandra, apalagi melihat Chandra yang sudah duduk manis di ruang makan, rasanya Joyana ingin menghajar kakaknya itu dengan sapu lidi yang dipegang bi’ Inah.

Mahendra dan Elina hanya menggeleng melihat raut wajah kedua anak mereka yang berbeda, dimana Chandra tengah tersenyum lebar sedangkan Joyana mempoutkan bibirnya sebal.

Yesss,You AreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang