11

563 86 3
                                    


“Mau kemana?”

Joyana menoleh dan mengerjapkan matanya beberapa kali. Sean berdiri menyandar di samping pintu kamarnya. Kapan pria ini kembali?

“Aku akan ke kampus.”

Sean mengangguk dan berjalan meninggalkan Joyana. Hanya itu saja? Lalu apa yang ingin kamu dengar Joyana? Menanyakan kabarmu?

Melihatmu yang sudah semangat di pagi hari ini Sean sudah tau pasti kalau dirimu itu baik-baik saja.

Joyana menghentakkan kakinya dan mengekori Sean,”Kenapa tidak menanyakan kabarku? Kamu pergi selama tiga hari lebih tanpa pemberitahuan dan sekarang tiba-tiba datang. Yeri mengkhawatirkanmu. Kenapa tidak memberitahunya kemana kamu akan pergi? Dia tidak akan khawatir dan terlihat seperti idiot nantinya. Lalu yang terakhir, bagaimana kabarmu?”

Bodoh!

Joyana merutuki kebodohannya sekarang. Kenapa dia harus berucap tanpa disaring dulu? Astaga mulutnya.

Sean menghentikan langkahnya dan berbalik, menghadap Joyana yang sibuk mengumpati dirinya sendiri.
“Untuk apa aku menanyakan kabarmu? Kamu terlihat baik-baik saja. Aku pergi bekerja dan Yeri tau itu. Kabarku baik-baik saja jika itu yang ingin kamu tau. Dan,” Sean melangkah mendekat pada Joyana,”Bukannya kamu yang terlihat seperti idiot sekarang?”

Benar, Sean sangat benar. Joyana berubah menjadi idiot sekarang.

“Aku bukan idiot!”

Joyana menghentakkan kakinya dan melangkah melewati Sean yang mengikuti pergerakannya. Sean tidak tau sejak kapan dia sangat menyukai cara Joyana yang kesal. Dia tersenyum kecil dan mengikuti Joyana dari belakang. Rambut Joyana yang tergerai, Sean ingin memegangnya.

Tidak, tidak, dia ingin memeluk Joyana sekarang. Ada apa dengannya? Kenapa dia sangat menginginkan gadis ini?

Sean menarik pergelangan tangan Joyana, menarik gadis itu mendekat dan mendekapnya.

Nyaman, Sean merasa ini sangat nyaman. Dia menghirup bau Joyana, manis, Sean menghirupnya seakan dia tidak akan pernah memiki kesempatan lagi untuk menghirupnya. Sean tersenyum kecil menyadari tubuh Joyana yang menegang karena dekapannya.

“Aku merindukanmu!”

Sean merindukannya? Apa telinganya bermasalah sekarang? Tapi kenapa hatinya merasa sangat senang mendengar Sean mengatakan hal itu?

Sean melepaskan dekapannya dan memegan kedua bahu Joyana, menatap wajah gadis yang lebih mungil darinya itu dengan senyum kecil. Sean menyukai matanya, mata yang menatapnya dengan teduh.
“Pergilah! Dan belajar dengan rajin!”

Sean mengacak rambut Joyana dan berbalik meninggalkan Joyana yang masih diam membatu. Joyana merasa pipinya memanas sekarang. Matanya mengerjap berusaha mengumpulkan atensinya kembali setelah hilang beberapa menit yang lalu.

Joyana tidak tau apa yang dilakukannya ini benar atau salah tapi dia berlari mengejar Sean yang sudah membuka pintu kamarnya. Dia ingin mengejar Sean dan setelah itu, dia tidak tau apa yang harus dia lakukan.

“Sean…”

Sean membalik badannya dan terkejut melihat Joyana yang tiba-tiba memeluknya.

“Ada apa?”

“Biarkan seperti ini dan jangan coba-coba melepaskannya sebelum aku yang melepaskannya.”

“Joyana,”

“Hmm?”

“Kupikir kamu harus melepaskanku sekarang juga.”

Joyana mendecak kesal. Tidak bisakah Sean menutup mulutnya sebentar? Pria ini seakan menolaknya. Mengikuti perintah Sean? Tidak akan pernah ia lakukan, buktinya sekarang Joyana mengeratkan pelukannya.

Yesss,You AreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang