"Ada apa dengan kalian?"Yeri mengeluarkan beberapa cemilan yang tadi dibelinya, menyimpannya di dalam kulkas, kembali mengeluarkan dua kotak susu coklat dan menyerahkannya pada Sean dan Joyana.
Yeri menatap keduanya dengan dahi berkerut, ada yang aneh. Pertama, mereka duduk berdampingan tanpa ada beberapa ocehan dari Joyana-bahkan Sean terlihat diam dan tenang. Kedua, sikap Joyana yang sedari tadi memegang bibirnya.
Yeri menunjuk mereka berdua, "Apa kalian melakukan hal mesum di rumah ini?"
Sean memutar matanya malas sedangkan Joyana langsung terkejut dan menatap horror pada Yeri, "Kami tidak melakukan hal mesum! Tanya saja pada kakakmu!"
Sean yang merasa namanya disebut langsung menoleh pada Joyana dan menjitak kepala gadis di sampingnya, "Kenapa membawa namaku hah?"
"Kenapa memangnya? Tidak boleh? Apa hakmu melarangku?"
"Dan apa hakmu menyebut namaku?"
"Yeri bertanya dan aku menjawabnya. Tunggu, kenapa kamu tidak membelaku? Kenapa hanya aku yang ditanyakan oleh Yeri?"
"Untuk apa aku membelamu? Aku tidak mendapatkan keuntungan apapun. Dan tanyakan pada Yeri kenapa dia hanya bertanya padamu!"
Yeri hanya bisa terkejut dan mengulumkan senyum kecil. Sean yang dulu, sedikit demi sedikit sudah kembali, apa itu karena keberadaan Joyana? Mungkin saja! Joyana, gadis itu masih tetap tidak terima.
Tapi pertengkaran mereka berdua benar-benar membuat Yeri pusing, "Apa kalian masih ingin berdebat?"
Sean dan Joyana diam dan menoleh pada Yeri bersamaan, mereka menggelengkan kepala secara bersamaan. Kompak heh?
"Kalau begitu, ayo kita menyiapkan makan siang bersama!"
"Ah benar, aku sangat lapar!"
"Kak Joyie belum makan? Dari pagi?"
"Belum, ayo cepat aku lapar!"
"Memangnya tadi ngapain sampai tidak makan?"
"Aku tidur di kamar terus...," Joyana menghentikan langkahnya dan terdiam. Dia hampir saja menceritakan hal yang tidak harusnya ia ceritakan pada Yeri.
Lagi-lagi Joyana mengingat kejadian tadi pagi. Pipinya memerah dan itu tidak lepas dari pandangan Sean yang sedari awal mengekori keduanya kearah dapur.
"Terus apa?"
Joyana mengumpat kesal melihat Yeri yang masih penasaran dengan apa yang dilakukannya tadi pagi.
"Dia sibuk mengumpat sejak tadi."
Yeri dan Joyana secara bersamaan menoleh pada Sean. Sean yang merasa ditatap hanya mengendikkan bahu dan berjalan melewati keduanya.
Joyana berdecih dan ikut mengekori Sean, sedangkan Yeri tersenyum kecil. Dia menyadari satu hal, ada sesuatu diantara mereka berdua. Dan dia akan mencari tau itu.
"Sean sudah kubilang untuk mengupasnya dengan bersih! Kenapa semua pria sangat menjengkelkan sih. Chandra, papa bahkan kamu!", Joyana menunjuk Sean dengan tangannya yang memegang pisau.
Sean mengendikkan bahunya dan melirik Yeri yang terkekeh kecil, tangannya terulur menepuk kepala Yeri dan membisikkan sesuatu,"Kakak pergi saja, kakak bisa tuli jika mendengar umpatannya terus-terusan."
Yeri mengangguk sedangkan Joyana mempoutkan bibirnya kesal, dia masih bisa mendengar bisikan Sean tadi, karena telinganya bekerja dengan baik.
"Jadi, apa ada yang aku lewatkan perihal tadi pagi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Yesss,You Are
RomanceJoyana membencinya, sangat membencinya! Sampai dia tau, orang yang dibenci yaitu Sean, akhirnya menginginkannya.