10

528 91 2
                                    


Sudah lima hari Joyana tinggal dengan Sean dan Yeri, tak ada tanda-tanda kepulangan Chandra maupun orangtuanya, terakhir dia menghubungi Chandra itu dua hari yang lalu. Joyana merenggut kesal mendengar Chandra memberitahukan tentang jadwal pekerjaannya yang lain di luar negeri dan otomatis pria itu akan semakin lama menitipkannya di rumah Sean.

Berbicara mengenai Sean, pria itu juga menghilang selama dua hari ini. Yeri juga tak mengerti kemana kakaknya pergi. Sedangkan Joyana? Dia hanya mengendikkan bahunya tak peduli. Yang dia pedulikan cuman satu, menghindar dari Taerendra.

Ntahlah, dia hanya merasa belum siap jika bertemu dengan Taerendra dan menjawab ajakan Taerendra.

“Ada apa denganmu? Kenapa bersikap seperti menghindari seseorang? Siapa yang ingin kamu hindrai Joyie?”

“Cepatlah Jennie!”

Jennie memutar matanya kesal, dia juga mengikuti apa yang dilakukan Joyana, mengendap-endap di sepanjang lorong gedung fakultas. Menutup wajahnya dengan buku Aljabar tebal yang dibawanya, memekik karena terkejut berlebihan jika dipanggil bahkan Jennie juga ikut lari ketika Joyana lari. Sepertinya Jennnie mengalami yang namanya penurunan kepintaran jika bergabung dengan Joyana.

“Dari siapa? Siapa yang kamu hindari?”

“Taerendra.”

“Ada apa dengannya? Apa dia mengejarmu dan mengajakmu balikan?”

Joyana menatap Jennie takjup,”Wow aku tidak tau kamu mempunyai ilmu cenayang.”

Jennie mendengus sebal dan meminum cola yang baru saja di belinya di toko pinggir jalan.

“Taerendra memang mengajakku untuk balikan,” Joyana melirik respon Jennie yang mengangguk,”Tapi aku tidak menjawabnya.”

“Kenapa?”

Joyana berpikir dan menimbang-nimbang ucapannya, dia tidak ingin salah berbicara nantinya dan menjadi boomerang untuknya, “Aku hanya tidak tau. Hatiku belum atau lebih tepatnya menerima Taerendra kembali. Aku takut, kita mengulangi kesalahan yang sama dan berujung pada perpisahan. Aku tidak ingin merasakan sakit untuk kedua kalianya Jennie.” Joyana menghela nafas,”Ini sangat sulit untukku. Menjalin hubungan dengan seorang pria, aku belum siap melakukannya.”

Jennie terdiam dan menatap lurus ke depan, “Kamu tau, rasa sakit adalah hal paling sulit yang harus kita lewati untuk melangkah ke depan. Tuhan memberikan kita cobaan karena dia tau kita bisa melewatinya. Jauh di depan sana, ada kebahagiaan yang menunggu kita, jarak kita dengan kebahagiaan itu tergantung usaha kita saat ingin mendekatinya.”

Jennie menoleh pada Joyana, “Semakin banyak rasa sakit yang kamu lewati, semakin dekat kebahagiaan itu mendekatimu.”

Joyana mengangguk dan tersenyum kecil pada Jennie,”Terimakasih untuk nasehatmu Jennie.”

“Sama-sama Joyie.”

Keduanya kembali diam, menikmati cola yang sudah hampir habis dan sesekali tertawa kecil melihat pergulatan kecil antar anak sekolah dasar yang tengah pulang sekolah.

Joyana rindu semasa sekolah dulu dimana ia dan Chandra selalu berdebat di setiap waktu yang ada. Terkadang Elina-yang bertugas menjemput mereka, sampai ada niatan untuk mengeluarkan nama Joyana dan Chandra dari daftar KK.

Jennie mencolek lengan Joyana dan menunjuk ke seberang, “Cantik kan?”
Joyana mengangguk membenarkan ucapan Jennie. Seorang perempuan dengan setelan kantor berwarna cream dan highells yang bisa Joyana taksir setinggi delapan sentimeter tengah berdiri sembari memainkan handphonenya. Sesekali matanya melirik ke ujung jalan lalu berganti menatap handphone nya lagi, berulang kali dia melakukannya.

Yesss,You AreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang