03

562 93 5
                                    

Joyana menendang bonekanya dengan kesal dan berteriak sembari menjambak rambutnya sendiri.

Elina yang mendengar teriakan Joyana segera berlari menghampiri kamar putrinya yang tidak pernah terkunci. Kepalanya menggeleng melihat keadaan Joyana yang kacau. Beberapa boneka sudah tergeletak sembarangan di lantai, beberapa bungkus makanan dan tisu?

“Apa kamu baru saja patah hati Joyie?”

Joyana menatap Elina sebentar sebelum kembali menelungkupkan kepalanya di bantal. Elina berjalan mendekati Joyana dan mengusap rambut Joyana, “Lihat mama Joyie!”

Joyana sebenarnya enggan untuk melihat pada mamanya karena jelas Elina akan memberikan berbagai pertanyaan padanya, tapi sayangnya Joyana tidak ingin membuat Elina semakin penasaran dengan keadaannya, dia hanya perlu menjawab beberapa pertanyaan jika memang Elina akan memberikannya beberapa pertanyaan. Dia hanya ingin cepat selesai.

“Ada apa Sayang? Kenapa wajahmu jelek seperti ini?”

Tidak bisakah keluarganya ini bersikap normal? Tidak menggodanya setiap saat? Sayangnya itu hanya angan selalu berlalu.

“Aku dalam keadaan kacau ma. Aku membuat kesalahan besar!”

Elina tidak mengerti dan Joyana mendesah kecil, apa dia harus menceritakannya pada Elina sekarang? Tidak, tidak, adanya Elina malah menertawakannya dan menyuruhnya meminta maaf. Enak saja menyuruh Joyana minta maaf. Dia tidak salah, dia hanya mengemukakan pendapatnya.

“Aku baru saja menginjak ekor kucing milik tetangga karena dia berselingkuh dengan kucing lainnya, padahal dia sudah memiliki istri dan anak.”

Katakan Joyana idiot sekarang! Bagaimana bisa dia mengarang cerita tidak masuk akal seperti itu? Tapi setidaknya ini bisa menyelamatkannya karena Elina menggeleng tidak percaya dengan ucapannya dan beranggapan kalau putrinya ini sedang gila sekarang.

“Apa kita harus pergi ke psikolog minggu depan? Mama akan membuat janji jika kamu membutuhkan psikolog sayang.”

Bingo! Sekarang Elina menganggapnya sebagai gadis dengan gangguan mental. Dia tidak gila, mentalnya dalam keadaan baik.

“Aku tidak gila ma!”

“Mama tau, jika kamu membutuhkan sesuatu panggil mama. Ah dan satu lagi, jika kamu ada masalah segera selesaikan!”

Joyana mengangguk. Elina menatap Joyana sebentar lalu beranjak meninggalkan putrinya. Joyana masih diam. Matanya melirik jam dinding yang sudah menunjukkan angka 10.

Chandra belum pulang dan dia sedang mengkhawatirkan kakaknya itu. Bagaimana kalau Sean balas dendam pada Chandra karena ucapannya? Bagaimana kalau Chandra pulang dalam keadaan kurang, misalnya salah satu bagian tubuhnya hilang mungkin? Ada banyak kemungkinan.

Tangannya terulur mengambil handphonenya yang tergeletak di sampingnya, mencari Id Chandra dan mendialnya. Tak ada jawaban. Oh ayolah Chandra, berhenti membuat adikmu ini khawatir.

“Apa kamu baru saja menelfonku?”

Joyana terlonjak dan segera menoleh kea rah pintu. Disana, dia menemukan Chandra sudah berdiri sembari bersidekap, menatapnya dengan malas.

Joyana menyingkap selimutnya dan mendekati Chandra,”Sean tidak melakukan apapun padamu?”

Chandra mengernyit heran, “Dia tidak melakukan apapun. Dia langsung pergi setelah kamu pergi.”

Joyana mendesah lega, setidaknya kakaknya ini baik-baik saja sekarang.

“Tapi sepertinya dia tidak akan melepaskanmu.”

Yesss,You AreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang