Taerendra menatap heran Joyana yang memilih duduk di sampingnya dan menyandarkan kepalanya di bahu Taerendra. Yang dia ingat, mantan kekasihnya ini menegaskan jika mereka harus tidak saling mengenal. Tapi sekarang lihatlah, dia datang ke arahnya dan memejamkan matanya.“Bahuku sakit bodoh, kalau mau tidur itu cari tempat lain!”
Joyana mendecak sebal tapi bukannya dia pergi malah semakin mencari tempat kenyamanan di bahu Taerendra.
“Semuanya melihat kearah kita Joyana.”
“Biarkan saja, akan kucolok mata mereka satu-satu jika masih melihat kita.”
“Tapi aku ingin makan Joyana!”
“Tinggal makan saja apa susahnya.”
“”Tanganmu menghalangiku Bego!”
Joyana berdecak dan membuka matanya malas. Dia menatap Taerendra sebal, “Tidak bisakah kamu menutup mulutmu sebentar dan membiarkanku tidur?”
Taerendra memutar matanya kesal, “Apa bahuku masih nyaman sampai kamu bersandar seperti tadi?”
Joyana mengangguk, “Masih nyaman, jadi biarkan aku tidur Taerendra. Aku butuh tempat untuk menenangkan pikiranku. Jangan bertanya kenapa aku tidak memilih yang lain dan memilihmu, karena aku belum menemukan yang lain. Kalau aku sudah menemukan yang lain, aku tidak akan memilihmu lagi.”
Joyana kembali menyandarkan kepalanya pada Taerendra. Biarkan saja semuanya bertanya-tanya kenapa dia bisa melakukan hal ini pada Taerendra. Joyana tidak ingin menjelaskan apapun. Yang dia butuhkan hanya kenyamanan untuk menenangkan fikirannya.
Taerendra sendiri memilih bungkam dan menikmati makanan yang dipesannya, dia membiarkan Joyana. Terkadang jarinya terulur membenarkan helaian rambut Joyana yang menutupi wajah Joyana.
Hubungan mereka berdua memang tidak berjalan lacar setelah berpisah tapi mereka memutuskan berdamai setelah hari itu-hari dimana mereka sama-sama datang ke yayasan Amartya. Yah walaupun terkadang ada pertengkaran kecil.
“Joyana, ayo bangun!”
Joyana sebenarnya enggan untuk membuka matanya, dia masih ingin bersandar pada Taerendra. Tapi dia tau, Taerendra sudah menyelesaikan makannya beberapa menit yang lalu dan dengan sabar menunggu Joyana untuk bangun.
“Ayo!”
Joyana mengangguk dan mengikuti langkah kaki Taerendra dari belakang. Sesekali matanya melirik ke samping dan mendengus kecil mendengar bisikan beberapa mahasiswa yang ditujukan padanya. Joyana mengendikkan bahunya dan memilih untuk mensejajarkan dirinya dengan Taerendra.
Cih, mereka tidak tau saja kalau dia dan Taerendra adalah mantan kekasih. Joyana sangat yakin jika mereka semua tau fakta yang ada, mereka pasti akan terkejut.
Joyana sendiri melupakan fakta kalau Taerendra merupakan salah satu pria idaman kampus dan mendapatkan julukan pangeran timur-karena gedung fakultas Taerendra dan Joyana berada di Timur.
“Apa kamu masih ingin di sampingku?”
Joyana menatap Taerendra sebentar lalu menoleh sekitar, mereka sudah di kelas ternyata.
“Tidak, aku bisa gatal-gatal jika berlama-lama denganmu!”
Joyana meninggalkan Taerendra yang berdecih kesal. Jennie yang melihat kedatangan Joyana langsung menjitak kepala Joyana keras membuat si empunya merasa kesal setengah mati.
“Ada hubungan apa kamu dengan Taerendra hah?”
“Aku akan menjelaskan nanti sepulang kuliah, jadi diam dan lihat ke depan! Bu Lisa sudah datang!”
***
Yeri mendongakkan kepalanya melihat kedatangan Sean. Sean yang melihat adiknya sedang menatap dirinya hanya mengendikkan bahu dan berjalan kearah rah dapur, mengambil sekotak susu dan cake yang ia yakini adalah milik Yeri.
“Kamu sudah makan?”
Yeri terkejut dan segera merilekskan tubuhnya melihat kedatangan Sean sembari membawa cake yang tadi sore dibelinya. Kepalanya menggeleng dan hal itu membuat Sean menghela nafas.
“Kenapa tidak makan?”
“Aku menunggu kak Joyie, dia belum pulang!”
Sean menolehkan kepalanya menatap jam yang tergantung, sudah jam Sembilan dan Joyana belum pulang.
Diletakkannya cake yang baru saja dibawanya, memotongnya kecil-kecil dan menyerahkannya pada Yeri, “Makan ini dulu, nanti baru makan lagi kalau gadis tidak tau waktu itu sudah pulang.”
Yeri menerimanya, “Namanya Joyana kak,”
Sean mengendikkan bahunya tak peduli. Mereka berdua hanya diam sembari menikmati cake yang ada. Sesekali Yeri melirik Sean berharap kakaknya itu akan mengucapkan apa saja yang penting mengajaknya berbicara, bukan malah jadi canggung seperti ini.
“PENDEKKK… AKU SUDAH PULANG”
Sean dan Yeri sama-sama menolehkan kepalanya ke belakang, disana sudah ada Joyana yang terlihat acak-acakan. Beberapa rambutnya mencuat kemana-mana, kancing kemejanya yang sudah hilang dan sepatunya yang hilang sebelah.
Yeri langsung berlari menghampiri Joyana dan memegang pundaknya,”Kak, ada apa denganmu? Apa kamu baru saja bertengkar?”
Joyana menggeleng dan menyerahkan bungkusan kresek hitam pada Yeri, “Aku sudah mendapatkannya, kamu bisa menyiapkan sendiri kan? Aku ingin membersihkan tubuhku dulu.”
Yeri mengangguk membuat Joyana langsung berlari menaiki tangga. Sean yang melihatnya hanya menggelengkan kepalanya dan kembali menikmati cake nya.
Berbeda dengan Joyana yang terlihat meringis menahan sakit di beberapa bagian badannya. Joyana membuka bajunya dan mempoutkan bibirnya melihat beberapa lebam di kulit putihnya. Tak ada waktu, Joyana segera membersihkan badannya daripada berlama-lama melihat badannya yang sudah tidak seperti semula.
Yeri yang melihat kedatangan Joyana tersenyum lebar dan melambaikan tangan agar cepat datang.
“Dimana kamu membeli sate enak ini?”
“Tidak jauh dari sini.”
Joyana menolehkan kepalanya mengahadap Sean yang juga ikut makan bersama, “Apa kamu tau caranya memakan sate?”
Yeri yang mendengar pertanyaan Joyana hanya bisa terkekeh kecil. Matanya melirik Sean yang sepertinya berusaha menahan kekesalannya.
Sean menghentikan makannya dan menatap Joyana datar, “Aku bahkan tau caranya mencium.”
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Yesss,You Are
RomanceJoyana membencinya, sangat membencinya! Sampai dia tau, orang yang dibenci yaitu Sean, akhirnya menginginkannya.