2

1.8K 125 24
                                    

Note: maaf sebelumnya bagi readers yang umurnya belum mencukupi--aku nya pun belum sebenarnya-- cerita ini berbeda dari cerita yang lain. Kalo di cerita aku yang lain Nc disana engga aku buat vulgar, beda di cerita Epiphany ini yaa, tolong kebijakan nya dalam membaca. Aku engga mau membuat kalian yang belum cukup umur mengerti hal hal dewasa seperti ini. Tolong maklumi. Kalo mau baca skip aja--mau nya sih jangan di baca-- tapi di skip aja lah kalo masih ngotot ingin baca.

Tapi dosa atau apapun tanggung sendiri yaah, jangan nyalahin si author yang begini amat buat cerita.

Selamat membaca.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Suasana di meja makan keluarga Yewon sangat tenang, berbeda dari hari hari biasa yang terasa mencekam. Beda nya sekarang tidak ada ibunya yang menemani mereka makan, hanya ada ayahnya yang menemani mereka.

Yewon bersyukur dalam hati pasal ibunya yang akan pergi ke Jepang selama 2 hari, Yewon merasa segan jika tinggal serumah dengan ibu tirinya itu. Jika pun ada ibunya Yewon tidak akan pulang kerumah, melainkan pulang ke flat kecil nya yang tak sebanding dengan rumah megah yang ia pijak-i saat ini.

Sedari tadi Yewon hanya memandang kosong kearah piring, selera makan nya menurun saat ini. Yewon enggan meraih sumpit yang sudah disiapkan oleh Bibi Oh, wajah nya terlihat pucat--maafkan kebiasaan nya yang mudah lupa meminum obat yang kemarin sudah diberikan oleh Namjoon.

"Makan nasi itu--jikapun tidak mau jangan dibuat mainan" intrupsi dari ayah nya.

Yewon mendongak menatap ayahnya yang memilih melanjutkan makan nya. Yewon menghela nafas pelan, matanya melirik kearah Yoongi yang sedang menatap Jisoo--istrinya--penuh cinta. Entah lah, tatapan Yoongi terlihat seperti itu saat menatap Jisoo. tentu karena Jisoo istrinya--bodoh.

Pernikahan mereka hampir tiga bulan berjalan, selalu terlihat harmonis dan manis. Yoongi selalu bisa membuat Jisoo tertawa disaat bersamaan, memberi Surprise kepada Jisoo meski tidak ada hari peringatan apapun. Selalu mengajak Jisoo berjalan jalan di akhir pekan. Memilih menghabiskan waktu bersama Jisoo dari pada tinggal di rumah.

"Apa telingamu tidak berfungsi? Cepat makan makanan mu--jangan sibuk menatap Yoongi yang sekarang sudah menjadi kakak iparmu" kata Ayah nya.

Yewon tersenyum kecil, lantas meraih sumpit dan mulai memakan makanan nya sebelum Yewon tersedak--tenggorokan nya terasa sakit. Yewon sibuk terbatuk, matanya melirik ke arah Jisoo dan Ayahnya yang acuh dengan apa yang terjadi kepada nya. Tanpa memikirkan hal lain Yewon berdiri dan berlari ke dapur--memuntahkan semua yang masuk kedalam perutnya ke wastafel.

Hanya cairan berwarna hijau, karena sedari tadi ia tidak menelan apapun. Kepala Yewon mendadak pening, pandangan nya memburam. Yewon mengatur nafas--perut nya terasa dia aduk tapi enggan untuk dikeluarkan.

Dengan lemas Yewon berjalan ke meja makan menuang air minum sebelum Jisoo mengintrupsi dirinya. "Menjijikkan-- lihat darahmu bodoh. Kau membuat selera makan ku turun melihat darahmu itu"

Yewon segera mengusap darah yang keluar dari hidung nya, "kau bodoh? Cepat bersihkan dengan handuk atau apapun itu-- jorok sekali kau ini" sinis Jisoo.

"Wajahmu pucat, kembali kekamar sekarang" Yewon menatap Ayahnya sendu. Ayahnya mengucapkan itu tanpa menoleh kearahnya. Sakit sekali.

Yewon dengan lunglai berjalan ke arah dapur, membuka satu ruangan yang ada disana "Oh, nona Yewon. nona sudah mau istirahat?" tanya Bibi Oh.

EPIPHANY (SuMji) COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang