Prologue

228 20 4
                                    


Happy Reading

Prologue

Tukk

Tukk

Tukk

Suara ketukan sepatu beradu dengan lantai menggema dengan begitu jelas di sebuah lorong bangunan yang sudah begitu tua dimana hampir semua ruangan di sini telah rusak akibat terbengkalai dan juga lapuk karena dimakan usia.

Di sini terlihat seorang gadis dengan surai hitam yang begitu panjang sesekali ikut bergerak seirama dengan tubuhnya yang berjalan dan juga sesekali diterbangkan oleh semilir angin yang kadang datang dan pergi didalam ruangan ini, karena saat ini gadis yang sama sekali tak terlihat wajahnya itu akibat menunduk sehingga menyebabkan surai hitam panjangnya terkumpul kedepan sehingga menghalangi seseorang melihat bentuk wajahnya berjalan tepat pada lantai dua bangunan ini dan akan berjalan menuju ke lantai tiga.

Tukk

Tukk

Tukk

Langkahnya terus bergema di keheningan malam dan pada hembusan angin yang begitu menusuk tulang karena sudah memasuki musim dingin dimana kebanyakan orang normal akan lebih memilih menetap di dalam rumah dari pada berkeliaran tak jelas seperti apa yang tengah dilakukan oleh gadis ini.

Hmmm

Hmmm

Hmmm

Sesekali juga terdengar dengan samar suara senandungan yang keluar dari bibirnya menambah rasa dingin dan penuh terror di dalam ruangan ini, namun seolah tak merasakan semua itu gadis itu kini telah menampakkan kakinya pada tangga lantai tiga lalu terus berjalan kedepan masih dengan bersenandung merdu bagaikan melodi penghantar tidur abadi.

Hmmm

Hmmm

Secara mendadak ia terdiam ketika melihat ujung dari lantai tiga ini yang dibuat menjadi balkom oleh pemilik lama bangunan tua ini, sambil terdiam ia terus berjalan hingga mencapai ujung pembatas balkom itu. Sejenak ia memejamkan matanya menikmati hembusan angin malam yang begitu terasa sangat menyejukkan, surai hitam panjangnya juga telah tertiup hingga membuat surai hitam itu berliuk-liuk indah dan berkilau diterpa cahaya lampu yang ada di sebelahnya.

Setelah merasa puas menikmati hembusan angin, gadis itu mulai melihat ke ara bawah tanpa ada rasa takut. Sejenak sebelah alis tebal yang berliku begitu indah itu naik karena sang pemilik tengah memikirkan sesuatu yang tak dapat kita tebak kemudian berganti dengan senyuman kecil.

"Bagaimana manusia bodoh itu membuat bangunan yang begitu tak menantang sama sekali." bisiknya penuh cemooh.

"Tapi tak apa-apa karena ini sama sekali tak terlalu mengecewakan."

Setelah mengatakan itu ia lalu mulai menaiki pembatas balkom itu tanpa ekspresi yang berarti atau tanpa gemetar, bahkan langkahnya saat naik begitu teguh, anggun dan tegas seolah hal itu saat ia berjalan dilantai. Gadis itu mulai mencondongkan tubuhnya ke arah depan sambil memejamkan mata dan merentangkan tangannya serta menghirup angin segar itu dengan penuh penghayatan lalu melompat dengan sempurna meninggalkan pijakannya tadi kemudian terjatuh ke bawah.

Masih dengan mata terpejam yang menampakkan sepasang bulu mata lentik yang begitu panjang tubuh gadis itu terus bergerak kebawah, surai hitamnya terbang melawan arah tubuhnya yang jatuh. Entah mengapa seharusnya kejadian ini berkesan begitu menyeramkan karena hanya orang kurang waras melempar tubuhnya sendiri dari balkom lantai tiga dengan tenang dan anggun, namun yang terlihat saat ini bukan menegangkan melainkan pemandangan yang begitu indah bagaikan melihat malaikat terjatuh karena sepasang sayapnya terpotong.

DecemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang