1

212 20 6
                                    

§ Stasiun Kereta D Airles §

Di sebuah stasiun kereta seorang gadis cantik dengan surai perak yang terlihat begitu halus dan berkilau di kala terkena cahaya matahari dan sesekali bergerak akibat angin nakal yang berhembus, beberapa dari mereka yang berada di sana tak dapat mengalihkan perhatian mereka dari sosok mungil yang mengenakan kaos putih polos lengan pendek dengan dibalut jaket hijau berhondie dan jens pendek sepaha yang dibalut dengan stoking hitam panjang serta dilengkapi dengan sepatu Oxford hitam mengkilap semakin memperindah tampilannya.

Dengan tangan kirinya memegang sebuah koper kecil dan tangan kanannya memegang sebuah syal ia menatap sekelilingnya dengan wajah datar seolah tak merasa keberatan dengan berbagai tatapan yang tertuju kearahnya, raut kebingungan samar yang terpancar dari wajah putih dan iris sebiru lautnya membuat beberapa orang merasa hati mereka melembut dan gatal ingin melindungi serta membantunya.

"Nona Alyssya." panggil seorang laki-laki paruh baya dengan pakaian mewah dari jarak lima langkah.

"Maafkan saya karena terlambat menjemput nona." sesalnya sambil menundukkan kepala.

Sedangkan gadis yang baru saja mereka sadari adalah Alyssa Finka, gadis cantik terkenal dengan nama panggilan Alysaa yang berasal dari keluarga kaya yang secara misterius dan diyakini adalah seorang Deity oleh beberapa orang. Ia sering terlihat muncul di stasiun Tv terkenal dengan jubah hitam kebesaran yang dilengkapi hondie sehingga mereka tak mengenalnya kalau saja laki-laki paruh baya itu tak memanggil namanya, gadis yang mereka duga begitu misterius ternyata begitu cantik dengan pakaian santai dan begitu mungil seperti apa yang mereka lihat di Tv.

"Hei, hei aku tak menyangka kalau dia begitu cantik."

"Imutnya~."

"Dia begitu kecil."

"Aku tak menyangka dia begitu mungil dan cantik."

"Kau tau kemarin aku melihatnya di Tv melakukan CARTOMANCY."

"Aku selalu penasaran apa dia benar-benar seorang Diety?"

"Aku menduga dia seorang penipu kecil."

"Aku tak perduli."

Berbagai macam bisikan begitu jelas terdengar di pendengaran Alyssa, namun itu adalah hal yang biasa. Ia sama sekali tak pernah memperdulikan apa pendapat mereka tentang dirinya baik itu kata-kata yang bersifat negatif atau pun positif karena mereka sama sekali tak pernah merasakan berada di posisinya.

"Apakah nona akan langsung pulang?" tanya laki-laki paruh baya itu sambil tersenyum hangat.

Rumah kah?

Aku bahkan ingin tau bagaimana rasanya pulang kerumah

Aku tak pernah merasakan hangatnya rumah seperti orang katakan

Apakah mereka bohong

Mungkin saja.

"Hm." singkatnya sambil mengangguk kecil.

Mereka kemudian berjalan dibawah bayang-bayang tatapan orang-orang di sana yang menatap Alyssa dengan penasaran, iri dan acuh, menjadi perhatian banyak orang terasa bagaikan rutinitasnya yang kedua sehingga walaupun tatapan sebenci apapun seseorang pada dirinya sama sekali tak berpengaruh karena setelah dirinya pergi dari sini arti tatapan dan pujian mereka akan hilang tanpa bekas di ingatannya.

Setelah sampai di parkiran stasiun dengan sopan seorang laki-laki lebih muda membukakan pintu untuk Alyssa, masih dengan raut datar dan kosong ia masuk kedalam mobil mewah yang sedikit lebih panjang dari pada mobil umum lainnya.

DecemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang