"Huh... " ujar Lala sembari menutup kembali buku komik itu.
Sekelibat bayangan saat Rizal mengambilkan komik tersebut kembali terputar jelas di memory otaknya.
Lala mengerjapkan mata seraya memukul pelan dahinya "Apaan sih lo La? Masa cuma di gituin doang baper. Stop stupid! Jangan sampai lo suka dia."
Ia menghembuskan napas gusar sembari mengusap wajahnya, "Ayo dong, Rizal itu bukan type lo. Lo gak boleh suka sama yang namanya bule Laaaa."
"Emang kenapa gak boleh?" tanya seseorang dari arah belakang.
Degh...
Suara itu?...
Mampus lo La... Lala meringis malu atas tindakan mulutnya yang bodoh itu.
Terdengar langkah yang makin mendekati Lala, ia gugup setengah mampus bahkan Lala sampai menahan napasnya sendiri.
Lelaki itu duduk tepat dihadapan Lala, seraya menopang dagu. "Kenapa gak boleh? " tanya-nya lagi.
Lala hanya diam mematung, lidahnya sungguh kelu untuk sekedar mengucapkan kata sepatah katapun...Lelaki itu mengangkat sebelah alisnya menatap Lala dalam, "Kenapa diem? Tadi lo menggerutu, sampai membuat gue gagal fokus sama buku?"
Ia gelagapan, pasokan oksigen disekelilingnya menipis hingga membuat wajahnya memerah.
"Kenapa? Lo kebelet berak?" tanya Rizal, ia memajukan wajahnya hingga membuat wanita dihadapannya itu membelalak.
Bodoh! Bukan karna kebelet berak, ini semua karna lo yang terlalu deket... Pekik Lala, namun sayangnya hanya didalam hati.
"Eungh? Bisa munduran dikit? Wajah lo terlalu dekat. Gue liat lo jadi jereng kak." mampus, alibi macam apa itu? Pikirnya.
Rizal menahan senyumnya, hingga membuat Lala kagum...
Eh? Kagum?...
Tunggu dulu? Kagum? Dasar bodoh! Jangan kagum sama bule ini Lala. Come on, sadar lah...
"Lo lucu," Ucap Rizal seraya memasang senyum termanisnya, Mungkin?.
Bumm...
Wajah Lala makin pias, ia tak dapat menyembunyikan rona pipinya lebih lama lagi, seolah olah ada ribuan kupu-kupu yang sedang berterbangan di perutnya. Menggelitik sekali.
"Blushing untuk yang kedua kalinya? Well gue suka liat muka lo memerah gitu. Makin manis,"
Ah... Siapapun tolong Lala, ia sudah tak kuat dengan semua ocehan ngaco dari mulut Rizal.
"Ekhm... Udah jam setengah satu, gue balik ke-kelas duluan ya. Mau belajar, belajar membuat lo mencintai gue. Bye... " Rizal bangkit dari duduknya, melambaikan tangan pada Lala seraya mengacak rambut gadis itu, dan berlalu pergi.
Refleks Lala hanya melongo, membiarkan mulutnya menganga lebar memegang bekas acakan Rizal.
"Itu anak kenapa? Kesambet setan Perpus kali ya? "
Seketika Lala memandang isi Perpus dengan tatapan takut, lalu keluar dengan secepat kilat dengan perasaan yang tak tahu apa itu.
***
"Lo kenapa La? Kok muka lo merah gitu?" tanya Putri teman sebangkunya.Lala menggeleng pelan dan tersenyum. "Gue gak apa-apa Put,"
Putri hanya menganggukan kepalanya, "Syukur lah, gue kira lo sakit, atau??? Jangan-jangan lo blushing karna habis ketemu cogan ya?!"
Lala mendelik, sejurus kemudian ia menggeleng kuat, "Apaan si lo? Mana ada blushing sih? Ada ada aja deh lo!"
Mati gue, kalo sampe ada yang tau. Apalagi kalo sampai Sari tau, bisa bisa dipecat jadi temen dah gue. Ujarnya didalam hati.
*******
VOTE AND COMMENT YA...
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA...
De Todo-Cukup diam jangan berisik. Gue paling gak suka sama orang yang mulutnya kaya toa!- ~Rizal Alana~