Mona Pt. 3

1.1K 134 70
                                    

Ayah dan Bunda duduk di sofa. Kebalikan dari Bunda yang sedaritadi memasang ekspresi datar, Ayah malah senyum-senyum. Mungkin merasa ingin tertawa melihat Bunda marah gara-gara botol minum hilang.

Kakang Ammar dan Mas Biyan duduk di sofa sebelah kiri. Sementara si tersangka alias Bang Juan duduk di single sofa. Seperti sangat disudutkan. Bang Edgar, gue-Azka, dan si kembar Dennis-Arthur duduk di karpet. Menyaksikan sidang yang akan segera dimulai.

Bunda menghembus nafas pelan, baru kemudian beliau bertanya, "Kok bisa hilang?"

Meski terdengar lembut tetapi tetap saja membuat suasana berubah mencekam kayak ikutan program Keluarga Berencana.

Salah. Maksudnya, program uji nyali.

Raut Bang Juan tampak takut dan merasa bersalah. Dia pun menjawab dengan pelan, "Abang juga gak tau, Bun. Iya memang Abang tinggalin gitu aja. Lagian, disitu cuma ada temen-temen, ya gak ada pikiran bakal hilang, Bun."

"Masa iya, sih, ada yang maling botol minum?" ketus Bunda.

Aduh, jangankan botol minum, penghapus harga seribuan aja di kelas demen betul hilang, Bun.

Belum puas, Bunda melanjutkan pertanyaan kedua, "Terus, itu yang ungu punya siapa?"

"Punya Abang, Bun." Bang Juan menjawab dengan hati-hati. "Abang beli lagi pake uang tabungan. Takut Bunda marah."

Tapi, dilihat-lihat Bang Juan kasihan juga, sih. Gue merasa senang sebelumnya pernah membantunya.

"Udah, Bun, yang penting sekarang Juan mau ngegantiin botolnya dengan yang baru," timbrung Ayah sembari merangkul Bunda agar lebih dekat dengannya. Ya Allah, tolong ada adegan romantis secara live di depan mata gue. "Juan, nanti uangnya Ayah ganti, ya," lanjutnya lagi membuat Bang Juan sontak senang.

"Eh, gak usah deh, Yah," sahut Bang Juan kemudian. Tumben.

"Halah. Biasanya juga semangat kalau masalah uang," sindir Kakang Ammar. Gue mengangguk setuju.

Mas Biyan ikut menimbrung, "Kalau gak mau, ya udah uangnya buat Mas aja, Yah.”

A Arthur protes, "Yeee! Mas, kan, udah kerja. Jangan minta uang lagi ke Ayah. Jadi, uangnya buat aku aja, ya, Yah!"

A Dennis yang duduk di sebelahnya merangkul bahu A Arthur dengan senyum penuh arti. "Terus, nanti uangnya bagi dua sama aku, ya, Tuy."

Lantas A Arthur menyikut perut kembarannya itu tanda tidak setuju.

"Kalian semua haus duit!" seru Azka. Tatapannya beralih ke Ayah, mukanya sok diimut-imutkan kemudian merengek, "Yah, uang buat Azka mana?"

Mendengar itu si kembar Dennis-Arthur langsung menghajar Azka. Mereka kembali gulat.

Hanya gue dan Bang Edgar yang sedaritadi hanya diam. Duduk bersebelahan sambil saling menyandar. Serius, kalau bergaul dengan Bang Edgar, kalian akan terbawa kalem.

"Itu beli botol dimana dan harganya berapa?"

mWow. Ternyata masih berlanjut.

Bang Juan melirik lantas gue mengangguk tanda menyuruhnya untuk menjawab saja.

"Di Mall, Bun. Harganya delapan belas ribu."

Bunda sontak setengah menjerit, "Mahal amat!"

Wajah Bang Juan semakin kusut.

"Memangnya waktu dibeli sama Bunda harganya berapa?" tanya Ayah.

"Empat belas ribu," jawab Bunda dengan tatapannya kembali mengarah ke Bang Juan. "Coba kalau kamu bilang ke Bunda dari awal, nanti kita beli lagi di penjual yang kemarin."

Patah Hati Setengah KomediTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang