A: 12

2.7K 186 4
                                    

Asa POV

Aku sudah berada di rumah sakit, di sampingnya yang sudah berbaring lemah di ranjang rumah sakit. Dengan berbagai selang yang masuk ke dalam tubuhnya. Araska dinyatakan koma saat ini.

Siapa yang tidak bersedih saat seperti ini. Orang yang kunanti-nantikan kepulangannya malah sampai di rumah sakit dengan keadaan yang buruk.

Wajahnya babak belur dan ada luka tusuk di perutnya. Sehingga membuat Araska harus terbaring lemah seperti ini.

Araska begini karena ia dekat denganku. Araska tidak akan seperti ini jika ia tidak denganku.

Ketakutanku selama ini terjadi. Aku tidak tahu harus bagaimana, Araska harus menanggung yang bukan menjadi tanggungannya.

"Sudah, non Asa istirahat. Masa non mau sakit juga karena gak istirahat?"

Bi Lala menyuruhku untuk istirahat, karena sejak Araska dibawa ke rumah sakit untuk ditangani, aku belum beristirahat.

"Gak apa-apa bi. Asa baik-baik aja"

"Oh iya, pak Jali harus laporan ke pihak kepolisian untuk ditelusuri, bi" ujarku pada bi Lala agar mengatakannya pada pak Jali.

"Apa kita gak tunggu den Araska bangun aja, non?"

Aku berpikir kembali. Araska memang tidak suka jika seseorang mengambil keputusan dengan tiba-tiba, apa lagi yang ada sangkut-pautnya dengan dirinya.

Aku hanya diam. Tidak lagi menjawab pertanyaan bi Lala.

Tanganku masih sibuk menggengam tangan Araska.

Ayo, bangun sayang. Kamu harus ketemu mama

"Non, nyonya mau ngomong sama non Asa"

Bi Lala datang sedikit mengejutkanku. Aku menghapus sisa air mataku sebelum mengambil ponsel milik bi Lala.

Aku menjauhi Araska untuk mengobrol dengan tante Risa, mamanya Araska.

"Iya tante?" Aku mencoba mengembalikan suaraku tanpa harus terdengar seperti habis menangis.

"Asa, maaf ya tante titip Araska sama kamu dulu. Tante belum bisa ke sana malam ini, Papanya lagi dinas ke luar kota. Kita besok pagi langsung ke Jakarta. Tante titip Araska sama kamu ya sayang" ucap tante Risa dengan nada yang begitu memohon. Aku juga mendengar tante Risa seperti habis menangis.

"Iya tante, Asa akan jagain Araska. Tante tenang aja, hati-hati ya tante sama om, Araska pasti bangun setelah tante sama om ke sini"

Aku mencoba menguatkan diriku sendiri. Meskipun hati ini sebenarnya ingin menangis mengucapkan kata-kata itu.

Author POV

Sudah dua hari, Araska belum juga bangun dari tidurnya. Bahkan kedua orang tuanya pun sudah berada di antara mereka.

Araska benar-benar lelap sekali dalam tidurnya. Detak jantungnya masih normal. Semua baik-baik saja, tapi Araska tak kunjung membuka mata.

"Asa, pulang sayang. Kamu memang gak dicariin orang tua kamu? Kamu belum pulang loh dari hari pertama Araska di rawat"

Asyania hanya tersenyum, masih menolak untuk pulang. Ia tahu saat ini pasti orang tuanya mencari-carinya, terlebih Bapaknya.

"Kamu mandi di sini, apa-apa di sini, pulang sayang. Araska biar tante yang jaga yaaa"

Asyania terlihat bingung. Ia begitu mengerti maksud dari mama Araska yang tidak ingin Asa ikut kenapa-napa karena tidak menjaga kesehatannya.

"Yaudah, aku pulang ya tante. Kabarin aku kalo Araska udah sadar"

Araska.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang