A: 14

2.6K 181 3
                                    

Araska sedang berada di rumah kedua orang tuanya. Karena adiknya tidak bisa lama berada di Jakarta saat ini, ia menemani adik satu-satunya yang akan manja jika sedang pulang ke rumah.

Meskipun saat ini dia sedang berada di rumah orang tuanya, pikiran Araska tertuju pada seorang gadis yang belakangan ini benar-benar menghantuinya, Asyania.

"Kak, kak Asa kenapa gak diajak?" tanya Noella yang duduk disebelah Araska. Mereka sedang menghabiskan waktu berdua sekedar menonton film di rumah.

"Kamu kan mintanya ditemenin kakak doang."

Noella mengistirahatkan kepalanya di atas pangkuan kakaknya yang menonton film tapi menatap layar laptopnya bukan layar televisi.

"Kak, aku boleh pacaran gak?"

Araska terkekeh. "Ngga"

"Kakak pacaran kan sama kak Asa?"

Araska diam saja. Ia tidak mau menanggapi hal itu. Adiknya berhasil membuatnya terdiam.

"Kak! Jawab!"

"Ngga, Noel. Kakak gak pacaran. Kakak sayang sama kak Asa, tapi kami gak pacaran" jelas Araska yang dibarengi dengan menyelesaikan pekerjaan kantornya.

"Terus? Kok aku liat kakak takut banget kehilangan kak Asa?"

"Bawel deh." jawab Araska seperlunya dan meninggalkan adiknya.

Namun Noella mengikuti kakaknya yang melangkah ke kamarnya. Mereka berdua berada di kamar itu.

"Kak, serius. Kalo emang kak Ska sayang ya jangan bikin nunggu. Lagian kakak nunggu apaan lagi sih? Kak Rindu?"

"Noel, please.."

"Okay, i'm sorry i mentioned her name"

Araska duduk di depan mejanya. Ia menopang dagunya. Memandang lurus ke depan. Entah apa yang dipikirkannya.

Sedangkan Noella melihat kakaknya itu dengan wajah yang tidak bisa dideskripsikan.

"Kak ska bingung. Kamu kenapa bisa nanya-nanya dia?"

Noella mendekati kakaknya. "Aku gak suka liat kakak mempermainkan seorang wanita gitu. Kakak tuh bukan tipe orang yang suka menunda-nunda, jadi jangan tunda yang sudah siap."

"Maksudnya apa sih dek?"

"Secepatnya lamar kak Asa. Aku gak mau tau."

Araska POV

Asa sudah aman bersamaku sekarang. Aku membeli unit apartemen untuknya dan ibunya. Aku tidak lagi mau ada kekerasan yang Asa dapatkan dari bapaknya.

Meskipun beberapa hari yang lalu bapaknya ngamuk-ngamuk ke rumahku dan berakhirlah dengan jalur hukum, karena aku sudah tidak tahan lagi dengan semua sikap bapak Asa.

Flashback.

"Sa, menurut kamu apakah sebaiknya ini dibawa ke jalur hukum aja?"

"Laporkan saja, termasuk kasus percobaan pembunuhan waktu kamu dirawat itu." jawab Asa dengan pasti.

Aku berpikir kembali, mengingat hal itu takut menyakiti hati Asa dan ibunya.

"It's okay, Ar. Ibu dan aku mengizinkannya" katanya.

Aku sedang berada di apartemennya. Menemaninya sebelum beraktifitas di kantor.

"Yasudah sana berangkat ngantor, nanti pekerjaanmu jadi tertunda."

Beberapa hari setelahnya, aku melakukan beberapa pelaporan didampingi dengan pengacara sahabat Papaku. Dan semua sudah berjalan dengan seharusnya.

Araska.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang