Araska's POV
Apakah aku sebegitu tidak pedulinya pada seorang perempuan? Sampai aku tidak mengetahui nama perempuan yang telah seharian berada di sampingku saat ini?
Namanya Asyania Nabila Putri, seperti nama itu begitu tidak asing di telingaku. Asa, begitu ia menyebut dirinya.
Asa bagiku gadis aneh dan sangat berani. Maksudku, ia merupakan perempuan langka yang mau membuka percakapan lebih dulu dan ia orang pertama yang mengajak berkenalan pada orang asing sepertiku.
Aku tidak akan membawa Asa ke kediamanku. Kediamanku tidak diperbolehkan memasuki perempuan yang aku belum kenal dekat. Saat ini, hanya tiga orang perempuan yang bisa masuk ke dalam rumahku, Noella, Mamaku dan bi Lala.
"Dahh" kataku padanya.
Hanya dalam satu malam, Asa berhasil membuatku mau tidak mau menikmati malam hari bersama dengan seorang perempuan yang tidak aku kenali sebelumnya.
Aku tutupi hariku dengan gitar di tanganku.
Keesokkan harinya.
Aku berangkat hari ini tidak bersama dengan pak Jali. Meskipun pak Jali sudah siap di depan rumahku.
Mereka mungkin akan merasa heran hari ini. Pasalnya aku hari ini dijadwalkan harus berangkat bersama dengan pak Jali, namun aku menolaknya. Aku akan mengendarai mobilku sendiri hari ini.
"Aden, apa sebaiknya pak Jali tetep yang bawa mobil?" tanya bi Lala memastikanku sekali lagi dengan wajah khawatirnya.
"Ngga bi, tenang. Araska bisa!" bi Lala tersenyum disela-sela kekhawatirannya.
"Pak Jali, jaga rumah dan jaga bi Lala hari ini."
Aku tersenyum lebar pada mereka.
Setiap hari selasa, aku tidak bisa mengendarai mobil sendirian. Karena aku sedikit memiliki ketakutan di jalan setiap selasa malam.
Setelah beberapa jam, karena macetnya ibu kota, aku tiba di kantor terlambat 20 menit. Dan aku langsung menuju ruanganku.
**
Hari ini kegiatanku tak membuatku bisa beristirahat. Hari selasa adalah hari sibukku.
Setelah lewat jam makan siang, aku baru bisa beristirahat dan hendak memesan makan lewat delivery order.
Namun belum sempat membuka ponsel, seseorang masuk ke dalam ruanganku.
"Asa?" Aku terheran-heran.
"Kenapa sih? Kok kaget?" Tanyanya.
Hari ini ia tampil dengan pakaian yang tidak biasa, ia hanya menggunakan kaos saja dan dibalut outwear panjang. Dengan dikedua tangannya membawa plastik berisi makanan yang baru saja inginku pesan.
"Capeeeeek. Di luar panas, kamu makan siang di dalem aja ya"
"Kok kamu tau aku mau beli ini?"
Asa tak menjawab, ia sibuk membuka makanan yang ia bawa. Ia memberikan satu kotak padaku dan untuk dirinya.
"Selamat makan" katanya.
Aku melihatnya. Ia mengisyaratkanku untuk segera memakan makanan cepat saji ini.
Usai baca doa, aku melahap makanan yang telah Asa bawakan untukku.
Resto makanan cepat saji dari Jepang ini selalu jadi pilihanku untuk makan siang ketika sedang sibuk seperti saat ini.
Aku melihat Asa makan dengan sangat lahap. Ini adalah hari keduaku bersamanya. Asa terlihat seolah telah mengenalku sangat lama. Dan ia sama sekali tidak cangung padaku.