Araska saat ini sedang menyiapkan kepergiannya menuju luar negeri. Lusa ia akan menemui salah satu pihak yang akan bekerja sama dengannya untuk launching produk terbaru hasil dari kolaborasi.
Araska telah banyak belajar untuk menjadi pengusaha muda yang lebih berpengalaman.
Saat ini ia ditemani oleh Asa di kamarnya sambil memilih baju-baju yang akan ia bawa untuk menginap.
"Kamu gak lama kan?"
"Engga" Araska masih sibuk memasukkan baju-bajunya ke dalam kopernya.
Asa diam, dia duduk di sebelah Araska. Memperhatikan orang yang sedang dekat dengannya. Ia tidak bisa lagi untuk menahannya untuk tidak memeluknya.
Asa memeluk Araska dari samping. Membuat Araska bingung dan terkejut.
"Jangan lama-lama, aku takut"
Araska menghembuskan nafasnya dengan kasar. Ia tidak menyangka bahwa ada sosok orang seperti Asa.
Ia memutar badannya menjadi menghadap ke arah Asa. Mereka saling berhadapan.
Araska memegang kedua pundak Asa dan menatapnya lekat-lekat.
"Aku pergi untuk bekerja, Asyania. Dan tidak akan macem-macem..." ucapan Araska terpotong.
"Kamu pergi sama Mario! Mario itu direktur di perusahan kamu. Mario yang ngewakilin semuanya untuk kamu. Mario juga yang bisa buat kamu jadi nakal"
Asa tidak lagi bisa membendungnya. Ia tidak mau Araska seperti beberapa minggu yang lalu. Ia khawatir dengan kondisi Araska ketika seperti itu.
"Iyaa, aku gak akan seperti itu, Asyania."
Araska memeluk Asa. Mereka tidak dalam ikatan hubungan apapun. Hanya saja Araska memang nyaman untuk melakukan seperti itu pada Asa. Ia masih terlalu pengecut untuk sekedar mengatakan hal yang sejujurnya.
Araska merapihkan rambut Asa yang berantakan karena pelukan mereka.
"Aku gak suka kamu deket-deket sama Ivan." kata Araska yang berhasil membuat Asa terkekeh.
"Cemburu? Emang kamu pacar aku?" Asa meledek Araska yang sedang memasang wajah kusam.
"Kamu khawatir sama kamu, emang kamu pacar aku? Kamu nyuruh aku jangan lama-lama, emang aku pacar kamu?"
Selalu seperti itu. Mereka tidak akan bertahan lama untuk saling bermesra-mesraan. Akan berakhir dengan sebuah perdebatan, entah kecil ataupun besar.
Keesokan Harinya.
Asa mengantarkan Araska sampai pada gate keberangkatan. Araska tidak menoleh sedikit pun pada Asa. Ia berjalan begitu saja, membuat Asa merasa sedih.
Asa memutarkan tubuhnya lalu berjalan meninggalkan Araska yang masih marah padanya.
Namun tiba-tiba kakinya terhenti karena tangan seseorang yang memeluknya dari belakang. Tangan yang lebih besar darinya.
"Jaga kesehatan, aku cuma 4 hari di sana." bisik seseorang yang Asa tau itu adalah Araska.
Saat itu juga Asa merasa dibuat tersipu oleh perlakuan Araska. Jantungnya pun terdengar jelas sedang terpompa dengan cepat.
Asa kini menghadap Araska menatapnya kemudian ia memeluk Araska erat sebelum melepaskan orang menyebalkan untuknya pergi meninggalkannya untuk bekerja.
**
Selama berada di Singapura, Araska selalu memberikan kabar untuk Asa. Sejauh ini mereka sudah saling memberikan kabar. Jika ada waktu senggang Araska selalu melakukan panggilan video dengan Asa.