A: 6

3K 185 0
                                    

Author POV

Hari ini Araska bekerja tanpa diganggu oleh Asa. Tetapi hari ini orang pertama yang ia lihat adalah Asa.

Araska bekerja seperti biasanya. Hari ini ia akan membuat acara makan siang bersama untuk menyambut para pekerja baru.

"Ras, menunya apa?" tanya Mario.

"Ye kan gue gak tau. Yang ngatur si Rara sama Muzy. Hari ini gue ke gerai Jakarta, gak ikut makan siang sama kalian"

Araska sudah seperti biasa untuk mengontrol gerai-gerainya. Hanya memastikan operasional disana bekerja dengan baik.

"Yah payah. Cewek gokil itu kemana? Kok tumben gak dateng lagi?" tanya Mario pada Araska yang berhasil membuat Araska menatap Mario.

Semua sahabatnya sudah mengenal sosok Asa yang sangat berani pada Araska.

Araska tertawa sesaat.

"Lagi juga ya, tuh cewek gak tau lo siapa emang?"

Raut wajah Mario membuat Araska tertawa. Ia baru pertama kali melihat wajah sahabatnya sebegitu gregetannya pada orang lain.

Seseorang masuk ke dalam ruangan Araska. Araska dan Mario tertuju pada sosok yang baru saja masuk.

"Ada apa, ra?" tanya Araska sigap dengan sosok yang baru saja masuk, Rara, sekertarisnya.

"Lo ngapain sih, Ra? Ganggu, gue lagi berduaan juga" Mario protes terhadap Rara yang baru saja datang di antara mereka.

"Kepo lo" kata Rara. Ia membawa sebuah beberapa koran dan majalah di tangannya.

Mario langsung mengambil koran dan majalah yang ada di tangan Rara. Ia membawa koran dan majalah tersebut ke sofa, diikuti Araska dan Rara.

Mario mengerutkan dahinya. "Gila ya media"

Araska pun dibuat penasaran. Ia membaca headline koran tersebut, wajahnya terpampang cukup besar dengan judul 'Sosok Bos Perusahaan GAD' yang membuat Araska mengelengkan kepala.

"Udah gue bilang, jangan taro di headline apa lagi pake foto gue sendirian. Capek gue sama media" Araska membanting koran dan majalah ke atas meja.

Araska memang tidak menyukai dirinya diekspos. Karena efeknya akan terlalu terasa buat dirinya.

Ia juga tidak menyukai dirinya terlalu dicari-cari orang lain. Araska bukan tipikal orang yang ingin dikenal banyak orang.

"Udah begini, mau gimana?" tanya Rara.

Mereka hanya dapat menghela nafas. Sahabat Araska pun tahu bahwa Araska memang tidak suka diekspos. Bahkan, Araska tidak menggunakan sosial media seperti orang seusianya yang sedang aktif-aktifnya di dunia maya.

Ia mendapatkan pesan di ponselnya dari nomer yang tidak diketahui.

"Ar, istirahat nanti pulang ke rumah ya"

Araska terkejut dengan pesan yang baru saja ia baca. Kemungkinan orang ini adalah Asyania.

"Ra, atur jadwal buat besok ya. Gue gak balik lagi ke sini, Mar tolong handle semuanya sama Vano. Gue jalan dulu" pamit Araska pada sahabatnya dan menepuk bahu Mario bersamaan dengan langkah kakinya yang meninggalkan ruangan kerjanya.

Mario dan Rara kembali ke tempat kerjanya. Mereka juga akan menyiapkan acara makan siang bersama sekaligus pengenalan pekerja baru di kantor mereka.

Araska bersama dengan supir pribadinya, juga ada Muzy melaju menuju gerai cabang Jakarta. Saat ini ia masih mampu untuk mengontrol langsung beberapa cabang miliknya seorang diri.

Araska.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang