Mirae berkacak pinggang, menatap tajam Remi. Bukannya mengarahkan wajah ke bawah, atau menurunkan manik mata setidaknya itu hal paling normal, sang adik justru balas menatap.
Merasa tidak ditakuti, Mirae mulai mengentak sebelah kaki guna mengancam.
Aduh, sakit.
Perempuan bermarga Do ini meringis dalam hati, tidak kelihatan jika dari luar; tampangnya garang. Salah dirinya yang mengentak tidak berpikir dulu, akibatnya telapak kaki menjadi korban karena harus beradu lantai.
"Aku cuma mendengarkan lagu," ucap Remi, gentar juga melihat reaksi sengit Mirae.
"Tapi Kakak pusing, Dek!" kesal Mirae, kedua tangannya memegang kepala sesaat, mengisyaratkan rasa pening yang nyaris membuat kepalanya meledak.
Hah! andai kamar mereka tidak bersebelahan, atau andai saja sekat dinding kamar kedap suara, pasti lebih menyenangkan. Mata Mirae melihat arah audio player lengkap bersama speaker portable dekat nakas. Pantas saja, pakai pengeras suara? Mirae mendengus. Meski speaker tersebut hanya 15 inch, lagu yang keluar dari audio mampu menembus kamar Mirae, ditambah suara cempreng tidak enak didengar milik Remi, itu cukup mengganggu.
"Matikan lagunya, jangan mendengarkan lagu-lagu yang tidak cocok untukmu!"
Remi mengerjap sebentar. "Tidak cocok... untukku?" dia tidak terlalu paham apa maksud kata terakhir sang kakak.
"Iya, lagu upbeat, lagu ballad. Kau masih kecil, semestinya putar lagu beruang. Itu baru cocok untuk anak seusiamu,"
Hati Remi lantas tidak terima atas kalimat Mirae, terkesan mengejek.
"Kak, aku sudah delapan tahun, bukan anak balita. Memang ada larangan anak berusia delapan tahun tidak boleh mendengarkan lagu ballad, lagu upbeat?"
"Ya tidak ada, tapi---"
"Lagipula aku Melody. Jadi tidak masalah jika mendengarkan lagu ballad atau upbeat. Yang terpenting, itu lagu-lagu mereka." potong Remi, kepintaran adiknya bicara tidak main-main. Tapi tunggu....
"Melody?" Mirae menautkan alis.
"Nama fandom BTOB." sahut Remi, mengetahui ketidak mengertian sang kakak.
"Kau... FANGIRL?!" Mirae kaget bukan kepalang. Suaranya nyaris setara petir yang menyambar pohon dekat rumah kemarin sore. Remi masih kecil menurut Mirae, tidak semestinya dia menjadi... duh, Mirae semakin pening.
"Mirae ayo turun, bantu Ibu masak untuk makan malam!"
Teriakan mengandung perintah dari wanita paruh baya menghentikan tatapan interogasi Mirae pada adiknya. Dia segera menuju pintu kamar. Sebelum keluar, kepalanya ditolehkan, melihat Remi.
"Tidak mau tahu, berhenti menjadi fangirl, matikan lagunya, dan jangan pernah mendengar lagu dari... siapalah itu nama idolamu!"
Pintu kamar ditutup kencang dari luar setelahnya. Remi sempat berpikir, jika pintu bercat putih itu bukan benda mati, mungkin dia sudah melakukan aksi protes, mengingat bukan baru sekali ini sang kakak membanting pintu kamarnya. Pintu yang malang.
"Apa salahnya menjadi fangirl? Mengapa aku harus berhenti?" gumam Remi.
Tidak memedulikan teguran kakaknya barusan, Remi masih ingin mendengarkan lagu. Hanya sekarang Remi memelankan volume dari audio playernya. Meski membandel, Remi membenarkan kalau dirinya takut pada Mirae.
Dari lagu I'll Be Your Man sebelumnya, kini Remi memutar lagu Way Back Home.
Baru mengikuti satu penggal lirik, Remi cepat-cepat menutup mulut, takut bahwa suaranya kencang dan akan membuat singa betina yang barusan memasuki kamar kembali marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
By Your Side BTOB [√]
FanfictionApa ini? Kumpulan one shoot Born to Beat. Mengapa diberi judul By Your Side BTOB? Karena si pengarang akan tetap bersama BTOB. Percayalah, Melody akan selalu bersama Born to Beat. Sama seperti Born to Beat yang akan selalu ada untuk Melody. Work in...
![By Your Side BTOB [√]](https://img.wattpad.com/cover/164437992-64-k456304.jpg)