Semakin berat saja, gerak sedikit nggak enak, berbaring miring juga sama. Kehamilanku berangsur membesar, ini kali pertama diriku mengandung, pertama pula aku mengalami yang namanya mengidam. Cuma, agak aneh, gara-gara boyband yang sering kakak tonton di layar komputernya, aku jadi mengidamkan itu terus-menerus, apalagi kalau mau bobok, perutku bakal terasa tergelitik dari dalam jika belum melihat mereka.
Perut sudah menonjol, badan pun ikut mekar. Aku nggak mau gemuk, terus kata kakak, aku menggemaskan dengan badan seperti sekarang. Senang? Jelas enggak! Aku nggak pernah terima dibilang menggemaskan, itu kata lain jelek bagiku. Sudah hidung pesek, ditambah gemuk, nanti wajahku bisa-bisa tenggelam.
Dua hari dua malam, aku nggak mau menyapa kakak, dia memanggil, aku abaikan. Berbagai macam bujuk rayu dari kakak, nggak membuatku tergiur. Namun ketika kakak membujuk sama yang itu, jelas saja membuatku luluh!
"Aku mau ke Plus Two Eight cafe, di sana bakal ketemu sama anggota BTOB, kamu mau ikut nggak?"
Oh my, my....
Mataku sudah melepas sorot binar kelap-kelip, seperti menggunakan efek glitter gitu, ya ampyuns.
"Mau? Oke, tapi jangan marah lagi, ya?"
Yap! Aku nggak akan marah lagi, hihi.
Haduhh, mereka semua tampan, punya pesonanya masing-masing. Ini cara sabar gimana ya, kok aku nggak bisa? Bahkan malam kurasa sangat lama menuju pagi, nggak bisa tidur juga, akibat terlalu banyak memikirkan betapa menyenangkan melihat Bitubi di depan mata secara langsung. Lang-sung! Nggak terhalang kaca!
Rasa semangat meluap-luap kala matahari menyembul di balik sela langit yang belum berawan, ayam jago berkokok menjadi alunan mercon yang membombardir dalaman tubuhku hingga berantakan. Sensasinya luar biasa. Aku sudah memulai persiapan; membersihkan diri, persetan kalau sebetulnya sore baru akan pergi.
Mengganti tidur yang kurang semalam, waktu menunggu sampai sore kubuat untuk bocan usai kakak memberiku makan.
---
"Eron boleh masuk memangnya? Kamu yakin, Sel?" tanya teman kakak di ambang pintu, langit sore masih cerah layaknya siang. Ternyata aku nggak akan pergi berdua saja bersama kak Misel.
"Masa nggak boleh?"
Dari balasan kak Misel, dia ragu. Huh, kakakku memang mudah terpengaruh.
"Lihat nanti deh, kamu jaga saja baik-baik Eron," sahut Fitria, ia sering bermain ke rumah kalau kakakku libur bekerja. "Jangan sampai lepas, apalagi lahiran di jalan."
Dih. Dengar ya, aku nggak akan melahirkan di jalan tahu! Lagipula, bukan saatnya jika hari ini, masih ada tiga atau empat minggu lagi. Aku agak tersinggung, entah mengapa sejak mengandung, diriku amat sensitif, tapi ya sudah, demi bertemu Bitubi, aku telan semua rasa asem-asem nggak enak.
Bicara-bicara soal Bitubi, mereka itu suaranya merdu, nggak sepertiku yang serak-serak becek, kadang sampai nggak bisa bersuara. Kakakku penggemar berat mereka, di kamarnya terdapat puluhan poster Bitubi, foto-foto anggotanya juga banyak, kakak terlihat bahagia kalau memandang mereka. Aku jadi sering memasuki kamar kak Misel, sekadar tiduran di atas ranjang yang langit-langitnya terdapat stiker biru berbentuk hati terbalik. Kata kakak, itu logo Bitubi. Nggak paham sih, apa artinya logo. Aku hanya tahu bentuknya yang unik.
Sampai di kafe Plus... apa ya? Ayeouhh susah menyebutkan, pokoknya tempat aku bisa bertemu anggota Bitubi. Nggak terlalu jauh ternyata tempatnya dari rumah. Tulisan besar berkilau yang nggak bisa kubaca sudah menyapa di depan kafe. Saat memasukinya, diriku merasa takjub sampai nggak bisa berkedip. Udara di dalam terasa sejuk—berbanding jauh dari luar yang super panas walau sudah sore, suhu Jakarta memang nggak bisa bersahabat!
KAMU SEDANG MEMBACA
By Your Side BTOB [√]
FanfictionApa ini? Kumpulan one shoot Born to Beat. Mengapa diberi judul By Your Side BTOB? Karena si pengarang akan tetap bersama BTOB. Percayalah, Melody akan selalu bersama Born to Beat. Sama seperti Born to Beat yang akan selalu ada untuk Melody. Work in...
![By Your Side BTOB [√]](https://img.wattpad.com/cover/164437992-64-k456304.jpg)