Bab 10

8.7K 1.4K 112
                                    

Ada tali tipis pembatas diantara kami
•••

Begitu sampai di rumah lama, mama menunjukkan Ardhan kamarnya. Sedangkan aku langsung masuk ke dalam kamarku. Pikiranku butuh istirahat, malam ini mama tidur denganku. Bagaimana pun aku belun dapat ditinggal sendirian untuk malam ini.

Setelah berganti pakaian aku langsung tertidur. Aku tidak tahu kapan mama menyusul yang jelas aki tidur nyenyak sampai pagi tanpa mimpi.

Aku bangun lebih dulu dari mama. Matahari belumterbit karena baru jam 5 pagi. Aku turun dari tempat tidur perlahan. Keluar dari kamar dengan langkah pelan, tidak ingin membangunkan mama.

Dapur menjadi tujuanku. Semalam kami sempat mampir ke mini market untuk belanja. Aku mengeluarkan sebotol air biasa, membuka tutupnya dan langsung meminumnya tanpa gelas.

Setelah menuntaskan dahaga, aku memeriksa ke kulkas dan mendapati kulkas sudah tersusun rapi. Sepertinya semalam mama langsung merapikan kulkas.

"Pagi banget lo bangun?" suara serak nan berat mengagetkanku.

Sosok Ardhan dengan baju putih polos kusut dan rambut awut-awutan berdiri di ujung meja makan. Aku menyipitkan mataku ketika ardan menutup mulutnya yang terbuka lebar.

"Tidur lo gak nyenyak?" tanya Ardhan lagi seraya menarik kursi di dekatnya. Dia menelungkupkan kepalanya di atas meja. "Bikinin sarapan Sel. Gue mau ke lokasi jam setengah enam," pintanya kemudian.

"Ya udah mandi sono, gue bikinin sarapan," sahutku.

Bukannya aku mau-mau aja melayani si Ardhan, ini sebagai tanda terima kasihku karena dia udah nolongin aku kemarin. Lagian sebenarnya Ardhan itu yang nyebelin cuma sikap dan wajah datarnya itu doang sih.

Aku memilih memasak nasi dan kemudian menyiapkan telur dadar dengan isian sayur dan kornet. Masakan simple yang selalu aku buat untuk sarapan. Untung semua bahannya ada di dalam kulkas.

Setelah selesai masak aku menatanya di atas meja makan. "Pagi banget Sel bangunnya? Kok Mama gak dibangunin?" tanya Mama yang sudah cantik. Beda denganku, kebiasaan mama bangun tidur langsung mandi. Kalau aku bangun tidur langsung ngisi perut.

"Misel mandi dulu ya Ma. Ardhan katanya mau ke lokasi, paling bentar lagi dia keluar," aku langsung meninggalkan mama di dapur.

Aku bisa menebak apa yang akan mama kerjakan. Beliau pasti membereskan dapur yang berantakan karena ulahku.

•••

Siang hari ini aku bersantai sambil nonton TV. Sedangkan Ardhan entah dimana, mungkin masih di lokasi syuting atau sudah kembali ke rumah eyang. Aku gak mau ambil pusing dengan Ardhan.

Aku dan Ardhan sudah putus, tidak patut untuk mencampuri urusan masing-masing. Apa lagi Ardhan itu rivalku. Minggu depan tahap seleksi awal scrip drama musikal dimulai. Aku harus fokus pada tujuanku.

"Misel coba tanya Ardhan dia balik ke sini lagi atau enggak? Kalau enggak nanti sore barangnya langsung dibawa saja," tanya mama yang datang dengan sepiring apel yang sudah di potong.

Aku mengambil dua potong apel. "Emang dia gak bawa barangnya? Kirain dia balik ke rumah Eyang buat siap-siap di sana," ujarku dengan mata yang tetap memandang layar datar di hadapanku.

Gue VS MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang