Bab 13

13.1K 1.9K 250
                                    

Sebaik-baiknya mantan lebih baik punya pacar
•••

Senyumku merekah lebar saat aku membuka kotak masuk e-mail milikku. Pemberitahuan mengenai seleksi naskah drama musikal yang menyatakan bahwa aku lulus tahapan seleksi berkas.

"Gila selangkah lagi nih," komentar Bemby yang aku jawab dengan anggukan kepala antusias. "Langsung lo kirim aja tuh naskah? Kagak lo cek sekali lagi?"

Aku tersenyum pada Bemby, menggapai pipi Bemby dan mengucup dahinya. "Gak perlu, gue udah ratusan kali periksa itu naskah. Minggu depan pengumumannya."

Bemby menatapku jijik, dia mengelap dahinya yang aku kecup tadi. "Cepet banget langsung pengumuman Sel?" tanya Bemby.

"Iya kalau lolos berkas berarti pesertanya tinggal 10 orang Bem. Kali ini jurinya dirahasiaiin loh," ujarku dengan semangat.

Aku melompat-lompat kecil sambil bersenandung pelan. Tepat saat itu sosok Ardhan lewat di dekatku. Kebahagiaanku langsung sirna dan berganti dengan rasa penasaran.

"Seneng banget lo Sel?" Ardhan bertanya lebih dahulu.

Aku berdeham sedikit dan kemudian berkata, "Iya dong. Gue lulus tahapan berkas soalnya." Ada nada sombing terselip dan aku bahkan sengaja mengangkat sedikit daguku.

Ardhan mengangguk pelan, senyum yang sangat-sangat tipis terbit di bibirnya. "Congrats ya. Kita bakal saingan," ujarnya santai.

Aku mendengus pelan, seharusnya aku tidak usah penasaran. Karena sudah pasti Ardhan masuk sepuluh besar. Aku akui dia memang profesional, bahkan disaat sedang mengerjakan proyek film seperti sekarang saja, Ardhan masih bisa ikut untuk drama musikal.

"Gue kemari mau balikin ini," Ardhan menyodorkan sebuah amplop cokelat kepadaku.

Aku menerimanya dan mengintip isi amplop itu. Mataku menatap Ardhan tajam, "Dhan ini apaan? Kemarin Mbak Desy bilang lo udah setuju buat dijadiin FTV!" nada suaraku sedikit naik.

Ardhan berdiri dengan tenang, tangannya dilipat di depan dadanya. Sedangkan aku? Aku ingin menangis saat itu juga.

Apa lagi Bemby ikut berdiri di sebelahku. "Dhan lo jangan berubah pikiran seenak lo begini dong," protes Bemby yang tangannya mengusap bahuku pelan.

Bulan ini aku belum dapat proyek apapun. Beberapa kali naskahku gagal bersaing dengan naskah Joana. Bahkan aku harus sampai merelakan slot mini drama yang tadinya diberikan kepadaku dilempar kepada Joana.

Semenjak Joana masuk, memang posisiku tergeser. Aku bahkan terancam kehilangan pekerjaanku. "Seburuk itu naskahku Dhan? Lebih buruk dari punya Joana? Aku harus berapa kali kehilangan begini? Sinetron garapanku sudah selesai, produser minta ditamatin!" ungkapku dengan wajah putus asa.

Ardhan maju selangkah, dia memegang kedua bahuku. Matanya lurus menatapku. Senyumnya terbit, kali ini senyum yang begitu manis dan menawan.

"Dengerin dulu penjelasan gue Sel... " Ardhan meremas pelan bahuku. "Naskah itu bakal dibikin film bukan sekedar FTV. Satu lagi, naskah yang buat mini drama itu lo rombak jadi naskah film. Kalau filmnya laris bakal dibuat series," jelas Ardhan.

Aku terdiam dengan mulut terbuka, mataku beberapa kali berkedip. Aku tidak percaya dengan pendengaranku sendiri. "Lo bercanda?" tanyaku masih tidak yakin.

Ardhan melepas bahuku pelan, dia kembali mundur selangkah. Bahkan Bemby saja terdiam mematung di sebelahku.

"Gue gak bercanda. Lo hubungin Mbak Desy, karena film lo bakal jadi film debut gue sebagai sutradara," lanjut Ardhan yang langsung pergi begitu saja meninggalkanku dan Bemby.

Gue VS MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang