Bab 12

8.7K 1.6K 161
                                    

Terkadang kita harus berani mengambil keputusan; cinta atau cita
•••

Kembali ke kehidupanku yang ruwet dan runyam, setelah semua hal melelahkan yang aku lalui di Jogja kemarin. Tentunya aku kembali bersama mama. Mulai sekarang akan banyak kenangan indah yang akan terukir.

"Jadi lo sama Ardhan bakalan saudaraan dong?" tanya Bemby. Saat ini seperti biasa, aku dan Bemby sedang menikmati makan siang di lokasi syuting.

Sebenarnya Bemby datang mengunjungiku di lokasi dengan bekal yang lumayan. Aku berterima kasih sekali dengan Bemby, setidaknya aku tidak harus repot-repot melihat wajah menyebalkan Joana.

"Sel si Ardhan noh," Bemby menyenggol lenganku pelan.

Aku mengangkat kepalku dan mendapati sosok Ardhan berjalan bersama Joana. Terlihat begitu akrab satu sama lain. Merusak pemandanganku saja!

"Itu ada penjaganya di sebelah," komentarku pelan. Aku memasukkan sesuap nasi dengan sedikit kasar.

Entah kenapa aku jadi kesal saja melihat Ardhan. Semua karena kejadian di Jogja sepertinya. Membayangkan aku harus sering bertemu Ardhan nantinya membuatku malas.

Sudah pasti kalau ada acara keluarga dalam skala besar pastinya Jihan akan memboyong keluarga tunangannya yang terhormat itu. Diam-diam di dalam hati aku berdoa untuk kegagalan hubungan Jihan dan Daren.

Aku jahat?

Memang!

"Lo cemburu?"

Uhuk!

Aku tersedak hebat saat mendengar pertanyaan Bemby. Aku dapat merasakan bahwa mataku sedikit berair. Tanganku menepuk-nepuk dadaku pelan. Sedangkan Bemby membantuku dengan menepuk pundakku.

"Lo kalau gue lagi makan jangan asal nyeplos deh!" omelku pada Bemby saat rasa tersedakku mereda.

Bemby membuat gerakan mencibir. "Udah ngaku aja kalau lo cemburu!" tuding Bemby tetap tidak mau merasa bersalah.

Aku mendengus pelan. "Enggaklah! Gue cuma ngerasa bakalan jarang ngumpul sama keluarga."

"Kenapa? Takut ketemu Ardhan yang datang bawa si Joana?"

Aku mendelik sebal pada Bemby, hilang sudah nafsu makanku. "Bukan! Coba aja lo yang rasain harus sering ketemu mantan yang jadi anggota keluarga lo," aku meletakkan makananku.

Bemby yang tidak berperasaan memberikanku pelototan matanya. Dia mengisyaratkanku untuk menghabiskan makanan yang sudah dibawanya susah payah.

"Alasan! Lo sama dia gak sedarah juga Sel. Sah-sah aja kalau nantinya kalian jodoh," ujar Bemby yang masih semangat membahas hubungan awakward-ku dan Ardhan.

"Buat Eyang gue gak sah kali Bem. Tau sendiri Eyang gue gimana," sahutku lesu dan kini memaksakan menggigit paha ayam bakar.

Bemby mendekatkan wajahnya ke arahku. Dia seolah-olah mengintaiku dari dekat. Senyum menyebalkannya seketika terbit.

"Lo masih berharapkan sama si vampir?"

"Gak banget julukan lo buat Ardhan."

Gue VS MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang