🐚Prolog🐚

35K 1.9K 145
                                    

Sebelum teman2 semua pada baca, saya mau ngasih tau kalau cerita berteman Roman Dewasa! Jadi, diharapkan buat yang belum cukup umur, cari bacaan yang lain aja. Dan, cerita ini dikhususkan bagi mereka yang pikirannya terbuka, bukan yang berpikiran sempit.

Buat yang berniat jelek, dan nganggap cerita saya nggak bermutu, ya silahkan aja cari bacaan yang lain. Banyak cerita lain yanv jauh lebih bagus di dunia orange ini. Saya nggak memaksa kalian baca, tapi buat yang udah mampir di lapak saya, tolong hargailah buah hasil pemikiran saya ini. Nggak mudah loh, untuk merangkai kata menjadi satu bab. Lalu, buat yang udah mampir ke sini, jangan lupa ninggalin jejaknya ya, biar saya makin semangat nulisnya.

Cerita ini bakalan ngegantiin ceritanya kakek Yusuf. Dan bab satunya bakalan diupdate kalau udah banyak yang ngerespon ataupun ninggalin jejaknya.

Udah, segitu aja. Selamat membaca, dan semoga ceritanya Maudy bisa diterima di hati kalian semua.

🍎🍎🍎

                                         
Sepasang mata yang dihiasi bulu mata lentik itu perlahan terbuka. Silaunya cahaya matahari yang menyusup melalui sela-sela tirai jendela membuat si pemilik mata mengerang tertahan, merasa kesal karena tidurnya yang tak seberapa lelap terganggu, sehingga ia terpaksa harus membuka mata dan mengerjap untuk memastikan dimana ia berada sekarang.

Maudy Salastyka langsung terlonjak bangun saat menyadari bahwa ia berada di tempat asing. Apartemennya yang dipenuhi warna biru tidak mungkin dalam sekejap bisa berubah warna menjadi serba putih.

Pening yang Maudy rasakan tidak membuat wanita berpakaian minim itu bangun dari tempat tidur. Sambil memegangi kepala, ia kembali menatap sekelilingnya dan tetap tak mengenali tempat dimana ia berada saat ini. Apakah karena terlalu banyak minum bisa membuat ia nyasar ke tempat ini? Atau jangan-jangan ada yang menculiknya saat ia tak sadarkan diri?

Belum lagi pertanyaan yang hadir dalam benak Maudy terpecahkan, bunyi suara pintu yang dibuka mengalihkan perhatiannya.

Dalam kerjapan mata untuk semakin menyadarkan diri, di ambang pintu Maudy melihat seorang pria berdiri sambil membawa nampan di tangannya. Pria itu kemudian melangkah masuk dan memberikan seulas senyum ramah padanya.

Saat jarak sudah semakin terkikis, bisa Maudy simpulkan bahwa pria yang mengenakan kaos lengan pendek dan celana selutut itu berusia jauh lebih tua darinya. Adanya uban dan kerutan di sekitar mata serta kening membuat kesimpulan yang Maudy ambil tak bisa lagi terbantahkan.

Namun satu yang pasti, biarpun tak lagi muda, pria itu masih tampak gagah dan berwajah begitu rupawan, membikin Maudy melongok kagum melihat ketampanan yang begitu memukau pada pandangan pertama ia menatap lekat wajahnya.

Maudy yang menyadari kekhilafannya dengan bertingkah seperti orang bodoh hanya karena ketampanan seorang pria dengan segera mengatup rapat bibirnya. Bukan saatnya untuk terpesona. Ada masalah penting yang harus lebih ia utamakan, yaitu, "Saya ada di mana? Anda nggak lagi menculik saya, 'kan?" tanyanya dengan tatapan menelisik.

Si pria yang masih menyisahkan ketampanan wajah serta kegagahan fisik di usia senjanya itu tertawa lepas mendengar pertanyaan konyol dari wanita yang ia tolong kemarin malam.

Si Cantik, Penawan Hati [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang