🐚 Duapuluhtujuh🐚

10.6K 1.3K 101
                                    

Hari-hari kembali berlalu dengan cepat. Tanpa terasa hari pernikahan Ryan dan Maudy telah semakin dekat. Namun, tidak seperti hubungan mereka sebelum adanya masalah yang menguji cinta mereka, Ryan harus dengan berat hati tetap mengizinkan Maudy untuk tetap tinggal di rumah sepupunya.

Meski terasa berat harus tinggal berjauhan dengan calon istrinya itu, Ryan tidak ingin mengeluh. Ada saatnya nanti ia bisa menghabiskan banyak waktu dengan Maudy dan saat itu tiba, Ryan bisa meluapkan rasa rindu sepuasnya kepada wanitanya itu.

Ah... membayangkan bisa memeluk dan merengkuh Maudy kapanpun ia inginkan membuat Ryan tak sabar ingin bertemu dengan wanita cantik itu.

"Mas Ryan mau masuk atau mau tetap melamun di dalam mobil?"

Suara bernada datar tersebut membuat Ryan tersentak. Saat menoleh ke asal suara, Ryan hanya bisa tersenyum canggung kala melihat kakak sepupu Maudy tersenyum, seakan-akan menertawainya.

"Santai saja, mas. Saya, sampai sekarang juga masih berpikiran sama seperti mas."

"Maksudnya?" kening Ryan berkerut, tak mengerti akan apa yang diucapkan oleh pria yang hanya tampilan luarnya saja terlihat dingin, namun akan menjadi pribadi yang hangat saat berhadapan dengan keluarga kecilnya.

"Itu... pasti sekarang mas Ryan sudah nggak sabar buat milikin Maudy seutuhnya. Yang nantinya bisa dengan bebas mas Ryan peluk dan ngelakuin apapun dengannya." jawab Danu apa adanya. Tapi, tatapannya berubah serius saat menatap rumah yang ada di hadapannya. "Tapi sebelum hari bahagia itu tiba, ada baiknya kerikil yang menghalangi jalan kalian harus lebih dulu disingkirkan."

Mendengar apa yang Danu katakan, Ryan turut mengarahkan pandangannya ke depan, ke arah rumah dimana selama kurang lebih 12 tahun terakhir menjadi tempat tinggal mantan istrinya.

Ya... setelah mencari untuk waktu yang tidak bisa dibilang singkat, akhirnya Ryan bisa menemukan dalang yang sudah memprovokasi Maudy hingga bersikap di luar kebiasaannya. Semua itu terjadi tentu saja berkat adanya bantuan seorang Ardhanu Ramadhan di dalamnya.

"Mas Ryan mau saya ikut masuk atau mau menyelesaikan sendiri masalahnya?" tanya Danu memecah keheningan.

"Sendiri saja." jawab Ryan tanpa keraguan.

Setelah mendengar pria yang duduk di kemudian sana mengatakan 'oke', Ryan pun segera keluar dari mobil dan segera melangkah menuju pintu utama yang tak tertutup rapat tersebut.

Seiring langkahnya semakin mendekati pintu yang ada di depannya, sayup-sayup Ryan mendengar ada dua orang yang sedang berbicara. Jika Ryan dengan mudah bisa menebak salah satu suara adalah milik Ayuni, maka suara satunya lagi Ryan tidak mengenalinya.

Kening Ryan berkerut dalam saat terdengar suara teriakan sang mantan istri yang mengatai lawan bicaranya bodoh. Lalu sesaat kemudian, lawan bicara Ayuni itu juga mengatai wanita itu dengan sebutan perempuan murahan. Entah apapun alasan yang membuat kedua orang itu bertengkar di dalam sana, Ryan tidak ingin mengetahuinya. Tujuan ia ke sini hanyalah untuk memberikan Ayuni pelajaran.

Setelah berdiri hanya berjarak satu langkah saja dari pintu utama, suara pertengkaran tersebut semakin jelas terdengar. Dan karena tidak ingin membuang terlalu banyak waktu di tempat yang memiliki kenangan buruk baginya itu, Ryan pun memutuskan masuk tanpa harus menunjukkan sopan santun dengan mengucapkan salam.

Apa yang Ryan lakukan itu tentu saja membuat kedua orang yang berada di ruang tamu yang tampak berantakan tersebut terkejut. Begitu melihat kedua orang yang tadinya bertengkar kini diam membisu dengan mata membelalak menatap ke arahnya, Ryan menyeringai sinis. Sekarang baru ia tahu darimana Ayuni mendapatkan foto mereka di masa lalu.

Si Cantik, Penawan Hati [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang