🐚Duapuluhtiga🐚

9.5K 1.2K 165
                                    

Saya senang dan ngucapin makasih sama teman2 semua karena udah menunjukan apresiasi kalian di bab kemarin, sampai komennya nembus 180.

Dan buat bab ini, saya nggak akan muluk-muluk. Cuma karena Maudy nggak lama lagi bakal tamat, makanya saya masang target kayak di cerita saya yg lainnya. Nah, buat bab ini, targetnya nggak akan setinggi apresiasi kalian di bab 22.

720 vote
145+ komentar

Udah ya, segitu aja. Selamat membaca dan sampai ketemu lagi di bab 24.

🍎🍎🍎

                                                               

Pagi hari di kediaman Danu diisi dengan canda serta senyum malu-malu dari si pemilik rumah dan istrinya yang saat ini sedang meletakan lauk di atas piringnya Kemesraan yang dilakoni pasangan yang sedang menanti kelahiran buah hati mereka itu membuat satu pendatang di rumah mereka iri melihatnya.

Pendatang yang tak lain adalah Maudy menatap kesal pasangan sejoli yang tak memandang tempat untuk bermesraan.

"Kamu pulang jam berapa, Di?"

Suara pria yang duduk di kepala meja membuat Maudy yang tengah menusuk-nusuk roti yang telah diolesi selai kacang di atas piringnya mengangkat kepala. Ditatapnya saudara sepupu yang kerap kali mengatainya dengan sebutan pengungsi tersebut.

"Aku pulangnya nggak terlalu malam kok, mas. Pas diantar mas Ryan ke sini, aku liat mobilnya mas Danu udah ada di garasi."

Danu mengangguk-angguk ringan. "Asya bilang kamu dijemput calon suamimu itu. Trus gimana, masalah kalian udah selesai, 'kan?"

"Udah." Maudy menjawab singkat.

"Kalau gitu, kamu nggak punya rencana emangnya, untuk tinggal lagi dengan si om ganteng yang udah buat kamu manyun terus selama tinggal di sini?"

"Mas Danu kekeuh ya, mau ngusir aku? Dari awal aku nginap di sini, itu terus yang mas tanyain." Maudy merenggut kesal. Kemudian ia mengalihkan tatapannya ke arah wanita yang terlihat semakin mempesona dengan perut besarnya itu dan mengadu bagaikan anak kecil, "Asya... liat tuh suami kamu, tega banget dia mau ngusir aku. Mana ada saudara yang setega dia. Coba dimarahin napa, Sya, biar dia nggak semena-mena lagi sama aku."

Mendapat aduan dari wanita cantik yang merupakan satu-satunya orang yang mau berteman dengannya di masa-masa pahitnya dulu, wanita berperut buncit itu hanya bisa mengulas senyum. Ia tahu jika suaminya hanya sedang bercanda, dasar Maudynya saja yang akhir-akhir ini moodnya kurang baik.

"Ihh... Asya mah nggak asik. Bukannya bantuin teman, malah ngebelain suaminya yang resek."

"Aku nggak ngebelain mas Danu kok, mbak. Dari tadi 'kan aku cuma diam aja, gimana bisa dibilang ngebela, coba?"

"Tapi... "

"Udah, jangan ngerengek nggak jelas gitu." Danu memangkas ucapan Maudy setelah mengelap bibirnya. "Asya itu lagi hamil besar, Di, jangan buat dia banyak pikiran cuma karena aduan nggak penting kamu itu."

Maudy mencibir terang-terangan. Tak peduli jika sang kakak sepupu menatap ia penuh peringatan.

Salahkan saja Ardhanu Ramadhan yang terlalu berlebihan memperhatikan istri semoknya. Seringkali ia melihat bagaimana pria itu kelewat berlebihan menyikapi apapun itu yang menyangkut istrinya. Maudy bahkan yakin kalau kakak sepupunya itu ingin selalu menyentuh sang istri tercinta, andai saja tidak ada dirinya diantara mereka.

Melihat kemesraan tersebut tentu saja Maudy merasa iri. Karena sudah beberapa hari ini Maudy tak lagi bisa leluasa bermanja-manja dengan calon suaminya. Ingat... Maudy sedang ngambek saat ini. Peristiwa dimana Ryan berbicara dengan mantan istrinya di teras rumah mereka menjadi alasan mengapa ia menginap di rumah si pengacara mesum.

Si Cantik, Penawan Hati [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang