🐚Empat🐚

15.3K 1.4K 105
                                    

550 vote
120+ komentar

Kalau ada yg nanya targetnya besar amat tuh? Ya nggak apa-apa, biar saya bisa rehat dulu sambil nunggu target terpenuhi😊

Udah sih, dikit aja cuap-cuap dari saya. Selamat membaca, dan semoga Didi-Ryan bisa menempati hati teman-teman semua.

🍎🍎🍎

                                               

Sudah lebih dari 5 menit yang lalu Maudy duduk di sini. Di ruang tamu sebuah apartemen, tempat dimana ia pernah melewati momen paling memalukan seumur hidupnya.

Kini, saat Maudy kembali menginjakan kaki di tempat ini, kenangan paling memalukan tersebut kembali berputar di benaknya, hingga ia merasa malu dan ingin menyembunyikan diri ke dalam lubang semut, andai saja tubuhnya muat di sana.

Kemudian, saat suara si pemilik apartemen juga ikut terngiang kala mengucapkan kata mengenai warna celana dalam yang Maudy kenakan pada malam itu membuatnya semakin bertambah malu. Rasa panas merambati pipi hingga ke telinga.

"Ya ampun, mikir apa sih aku ini?" Maudy menepuk-nepuk pelan kedua pipinya saat pikiran tak senonoh terangkai di pikirannya yang memaksa ia untuk membayangkan adegan percintaan pria dan wanita di atas ranjang. Yang lebih parahnya lagi, pelakon dalam adegan panas tersebut adalah ia dan si pemilik apartemen yang ganteng itu.

"Nggak boleh, nggak boleh. Didi yang cantik dan bohai, nggak boleh jadi cewek gampangan." ucapnya seorang diri kala dewi jalang di dalam dirinya menyarankan ia untuk untuk menggoda pria tampan itu dan segera menyeretnya ke atas ranjang.

Saat Maudy terus menggelengkan kepalanya demi mengusir sang dewi jalang agar tak membisikan rayuan mautnya, sosok pria yang berada dalam angannya tersebut ternyata telah berdiri di belakang sofa yang ia duduki. Hingga kemudian, begitu suara menyenangkan tersebut terdengar, Maudy tersentak kaget dibuatnya.

"Ngapain kamu geleng-geleng kepala gitu, Di?"

Maudy menoleh seraya menampilkan senyum kikuk. Pria dewasa nan tampan bernama Ryan itu selalu berhasil membikin ia salah tingkah saat menatap sepasang telaganya yang menenangkan.

"Di... " Ryan memutar langkah seraya memanggil gadis yang akhirnya ia ketahui nama serta alamat dimana gadis itu tinggal.

Senyum Ryan seketika mengembang melihat wajah Maudy yang terpesona setelah ia mendudukan dirinya di samping gadis cantik nan menawan itu. "Saya ini sudah tua, Di, bukan artis pula, masa kamu mandang saya kayak mandangin idola begitu."

"Mulai sekarang, om ganteng adalah idolanya aku." Maudy mengangguk-angguk untuk menegaskan perkataannya. "Soalnya, selain ganteng banget, om itu punya mata yang bikin adem pas natapnya."

"Masa?" Ryan mengubah posisi duduknya menjadi miring hingga bisa berhadapan langsung dengan gadis yang baru beberapa jam lalu menjadi kekasihnya. Ya, mereka memutuskan meningkatkan hubungan mereka demi untuk menelaah perasaan yang ada diantara mereka. "Setahu saya, biasanya anak gadis itu selalu menjadikan ayah mereka sebagai idola." tambah Ryan sambil lalu.

Mendung tiba-tiba saja menggayuti wajah Maudy. Matanya yang tadi berbinar kini tampak meredup kala perihal ayahnya dibawa-bawa.

Kenangan yang terjalin antara Maudy dan mendiang ayahnya masih terekam jelas di ingatannya. Sang ayah adalah sosok yang sangat ia kagumi. Entah itu senyuman lebarnya ataupun bahkan hanya sekadar usapan di rambutnya.

Meskipun takdir yang memisahkan dunia mereka sudah melewati belasan tahun lamanya, Maudy tidak akan pernah lupa bagaimana pelukan sang ayah yang terasa hangat saat menemaninya tidur.

Si Cantik, Penawan Hati [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang