🐚Delapan🐚

14.5K 1.4K 153
                                    

Krna  targetnya sudah terpenuhi, saya update satu bab lagi.

Dan buat cerita yg lain, harap bersabar, soalnya ide saya lagi ada di cerita Maudy ini. Yang mau nunggu, saya ucapkan terima kasih. Tapi yang nggak sabar dan pengen cari cerita lain yang update'annya cepat, saya nggak apa2. Karena jujur aja, buat beberapa waktu ke depan kayaknya saya bakalan konsen ke cerita ini. Tp semua tergantung respon dari teman2 semua.

Udah ya, segitu aja. Selamat membaca dan semoga Ryan-Maudy bisa diterima di hati kalian semua.

🍎🍎🍎

                                               

Sudah sedari belasan menit yang lalu Maudy terus berada di posisi yang sama yaitu memperhatikan sosok pria tampan dan pastinya gagah yang sedang tertidur pulas sambil memeluknya itu.

Walau harus mendongak demi menatap pria yang selalu bertutur kata lembut padanya itu, bagi Maudy tak masalah. Sebab, memandang wajah tampan prianya akan menjadi salah satu rutinitas yang pastinya  menjadi salah satu hal yang akan ia senangi.

Tangan Maudy bergerak untuk membelai rahang kokoh milik pria yang membuat ia rela disebut jalang oleh siapapun juga.

"Gantengnya pacarku ini." gumam Maudy sepelan mungkin, lalu terkikik sendiri saat rahang kokoh tersebut terasa kasar di bawah sentuhan jemarinya.

Beberapa detik yang berlalu dengan cepat masih digunakan Maudy untuk mengagumi wajah kekasihnya. Maudy tidak akan munafik, dengan jujur ia mengatakan bahwa wajah tampan seorang Ryan Permadi merupakan salah satu faktor yang membuatnya tertarik kepada pria yang berusia jauh lebih dewasa darinya itu. Namun, jika ada yang mengatakan karena ketampanan itu pula hingga Maudy menjadi hilang akal hingga suka rela menyerahkan keperawanannya, maka dengan tegas Maudy akan menampiknya.

Alasan utama mengapa Maudy tanpa perlu berpikir panjang dan melemparkan dirinya begitu saja dalam pelukan pria ini adalah karena ia merasa sudah menemukan orang yang tepat. Terdengar tidak masuk akal memang, tetapi itulah yang Maudy rasakan.

Saat sedang asyik memandangi wajah tampan nan menawan milik prianya, tiba-tiba Maudy merasakan tangan kokoh yang melingkari pinggangnya mengerat, hingga membawa tubuhnya semakin merapat ke tubuh pria yang siang tadi sudah menjadikannya seorang wanita yang sesungguhnya.

                                                           
"Masih sakit?"

Pertanyaan yang berasal dari suara serak tersebut membuat Maudy merona kala bayangan adegan penyatuan tubuh antara dirinya dan pria di depannya itu berputar di benaknya.

Saat rona merah mulai menjalar tak hanya di wajah tetapi juga ke seluruh tubuh, mata sayu khas orang yang baru bangun tidur tersebut menyita perhatian Maudy.

Namun, jika kebanyakan wanita yang baru pertama kalinya bercinta akan bersikap malu-malu saat membalas tatapan pria yang sudah mengenalkan mereka akan nikmatnya surga dunia, maka Maudy justru sebaliknya.

Dengan berani gadis yang telah menjadi wanita itu membalas tatapan kekasihnya. Tak malu menunjukan warna merah muda nan cantik yang tampak jelas di pipinya. Tahu jika si om ganteng sedang menunggu jawabannya, maka dengan blak-blakan Maudy pun berkata, "Sedikit... "

Ryan memberikan anggukan penuh pemakluman. Masih dengan kepala menunduk, tatapannya kini beralih dengan sendirinya ke arah dada Maudy yang menekan dadanya. Ia suka melihat saat melihat tubuh mereka yang merapat seperti ini.

"Tapi om, aku kok ngerasa di bagian bawah sana ada yang janggal, ya?"

Kekehan Ryan terdengar sedetik setelah Maudy menanyakan pertanyaan yang terdengar menyenangkan di telingannya.

Si Cantik, Penawan Hati [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang