🐚Duabelas🐚

11K 1.2K 97
                                    

Dengan mata yang berbinar oleh kekaguman, remaja cantik itu terus menatap lekat sosok wanita cantik yang tadi dikenalkan sebagai kekasih oleh ayahnya yang super tampan.

Bak melihat seorang idola yang hadir di depan mata, Kiana tak bosan memaku atensinya ke arah wanita yang saat ini duduk di sisi kanannya. Sedangkan di sisi kiri, duduk sang ayah yang tersenyum geli melihat tingkahnya.

"Mulutnya dikatupin, Ki. Ntar kalau air liurnya netes, 'kan malu sama tante cantiknya." ucap Ryan dengan nada bercanda.

Sedangkan Maudy yang duduk di sisi kanan hanya mengulum senyum mendapati tatapan putri bungsu Ryan Permadi yang terus terarah padanya. Walau pada dasarnya Maudy adalah tipe orang yang akan risih jika dipandangi lama-lama oleh orang yang baru dikenal, tetapi khusus untuk Kiana, ia membuat pengecualian.

Lagi pula, tidak seperti sang kakak yang kelakuannya tidak ada manis-manisnya, di penglihatan Maudy, gadis remaja yang menatapnya dengan mata berbinar itu tampak sangat manis, cantik dan sepertinya sangat disayang oleh si om ganteng kesayangannya.

Semua itu terlihat jelas dari senyum yang terus terpatri di bibir sang duda beranak dua tersebut.

"Di... Kiana ini pernah loh ngeliat kamu sebelumnya. Waktu itu, pas kami lagi ada di pusat perbelanjaan, dia nggak sengaja ngeliat kamu, trus muji kamu cantik."

Si gadis remaja yang sedang dibicarakan oleh ayahnya tersebut langsung menoleh ke arah sang ayah dengan wajah tertekuk kesal. "Papa ihh... ngeselin. Kan Kia jadi malu." ucapnya seraya menyedekapkan kedua tangan di dada.

Menyaksikan interaksi antara ayah dan anak yang ada di hadapannya membuat Maudy tersenyum. Kekesalan yang tadi sempat menghinggapinya karena pembicaraan antara dirinya dengan sang kekasih harus terputus karena tamu yang datang di waktu yang tidak tepat menghilang begitu saja.

Mustahil rasanya bisa menyimpan rasa kesal terlalu lama kepada gadis semanis Kiana. Tak hanya cantik, remaja itu juga memiliki aura yang menyenangkan, membikin Maudy merasa nyaman di dekatnya.

"Tante cantik benaran pacarnya papa?"

Suara kecil nan merdu tersebut membuat Maudy langsung memfokuskan tatapan ke arah Kiana yang sudah menatap dirinya lagi. Tanpa berucap Maudy memberikan anggukan mantap.

"Kok mau sih sama papa? Udah tua gitu, mana juga udah ada ubanan. Bentar lagi juga bakal kena penyakit en... "

"Eh... eh, Kiana udah berani ya ngatain papa." Ryan memotong sewot. Tatapannya dibuat segalak mungkin saat berkata, "Nanti uang jajannya papa potong loh sebagai hukuman karena udah berani ngejekkin papanya sendiri."

"Tapi 'kan Kia benar, pa." Kiana menyahut dengan nada ngotot. "Tante Didi 'kan cantik banget orangnya, nggak cocok deh sama papa yang udah tua." ujarnya tak mau mengalah.

"Tapi, tante Didi 'kan cinta sama papa." Ryan masih ingin meladeni omongan anaknya. Meski dari sudut matanya ia bisa melihat Maudy yang tengah tersenyum geli menatapnya, Ryan tak merasa malu menunjukan sisi kekanakannya. "Lagian, biar udah tua dan ubanan, papa ini masih ganteng. Jadi masih pantas disandingkan dengan tante Didi di pelaminan. Benar nggak, tante Didi sayang?" imbuhnya dengan nada bercanda, walau saat menatap Maudy matanya menunjukan keseriusan.

Maudy sendiri langsung gelagapan. Ditodong dengan pertanyaan seperti itu membuat ia bingung harus memberikan jawaban apa. Maudy tak mengerti apakah kekasihnya itu benar-benar serius melamarnya ataukah hanya sekadar bercanda?

Seakan tahu apa yang sedang dipikirkan oleh kekasihnya, Ryan kembali berkata dengan tatapan serius yang langsung mengarah ke wanita yang kini juga tengah membalas tatapannya. "Coba tanya sama tante Didi, mau nggak dia jadi istrinya papa?"

Si Cantik, Penawan Hati [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang