Plak!!
"Kamu bodoh! Ngurus anak enggak becus!" Teriak Andra.
"Sudah, Pa. Ini bukan salah, Mama!" Olive merengkuh tubuh bergetar sang mama dan menatap nyalang Andra.
"Berani kamu nglawan Papa, Olive?"
"Maaf. Bukan maksud Olive lancang sama Papa. Tapi ini memang bukan salah, Mama."
Didepan ruang UGD keluarga itu berdebat. Menghiraukan tatap beberapa orang yang tidak sengaja lewat.
"Maafin, Mama ..." Kata Aini dibalik isak tangisnya yang mendominasi.
"Kamu patut sadar diri, Aini. Aku sudah bilang tinggalkan pekerjaanmu dan urus anak-anak. Ale tidak akan seperti ini jika kamu becus jadi seorang ibu!" Sarkas Andra memojokkan Aini.
"Aku ngaku salah, Mas. Tapi kamu juga disini salah. Kamu egois. Ale kecewa sama kita karna terus bertengkar dan kamu malah pergi dari rumah sebelum masalah kita selesai."
"Apa maksud kamu!"
"Kamu juga salah, Mas!"
"Kamu yang menyuruhku pergi malam itu!" Satu tangannya siap menampar Aini kembali jika tidak Olive sigap menahannya.
"Cukup, Pa. Benar apa kata Mama, Papa disini juga salah. Kalian berdua yang salah. Kalian memikirkan diri kalian sendiri tanpa memperdulikan Ale yang tertekan karna pertengkaran kalian berdua."
Andra mengulas senyum remeh. Mencebikkan bibirnya lalu melonggarkan sedikit dasi yang bertengger di lehernya.
"Lihat, Aini. Ck ... Dia sudah berani menasehati orang tuanya sendiri? Masih pantas kamu aku sebut sebagai seorang ibu?"
"Cukup, Mas. Aku memang salah. Kalau kamu mau buat keributan dan terus merasa benar lebih baik kamu pergi dari sini. Pulang kemana rumahmu sekarang," ucap Aini.
"Jadi ... Kamu mengusirku? Kamu berani mengusirku didepan anak kita?"
"Aku pikir dengan menghubungimu masalah kita akan terselesaikan walau hanya dengan landasan demi Ale yang sekarang tengah berjuang. Tapi nyatanya kamu malah makin memperkeruh suasana. Bahkan tanpa aku sadari kamu berani main tangan sama aku sekarang, Mas."
"Tidak peduli. Aku akan masih disini sampai Ale sadar."
"Aku mohon ... Pergi, Mas."
"Apa hakmu. Ale itu masih anak aku. Meski aku membencimu tapi aku tetap menyayangi Ale. Tidak untuk kamu Olive. Kamu sudah berani membantah, Papa."
Tajam mata Andra menusuk iris dua wanita cantik itu. Melenggang pergi, merapatkan diri pada pintu UGD yang masih tertutup rapat.
Tidak berselang lama seorang suster keluar dari dalam sana. Tampak lelah dengan napas memburu.
"Ada apa, Sus?" Tanya Andra panik.
"Pasien membutuhkan transfusi darah segera. Adakah yang bergolongan darah sama dengan pasien?"
"Saya. Saya, Papanya. Ambil darah saya saja, Sus," tawar Andra dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Hope (Tamat)
Teen FictionKetika asa sulit untuk digapai. Mungkin kematian jalan ninjanya. Re-Up! ®Sugarcofeee