2. Moody

16 6 3
                                    

Risky memang bukan remaja yang terlampau jago olahraga lapangan, tapi keahliannya bermain sepak bola seringkali membuat Minara tersinyum bangga ketika Risky mencetak angka dengan kaki jenjangnya. Ya, sesederhana itu.

Risky memang bukan lelaki yang terlampau tampan hingga seluruh kaum hawa memujanya. Tapi melihat Risky menghampirinya dengan keringat membasahi tubuh dan wajahnya, membuat Minara ingin mengarunginya dan membawanya pulang untuk dirinya sendiri. Ya, sesederhana itu.

Risky memang bukan lelaki yang terlampau pintar hingga gurunya berdecak kagum, ataupun membuat banyak kaum hawa membicarakan kepintarannya, dan menjadikannya idola urutan pertama mereka di sekolah. Tapi, mengingat Risky yang memiliki banyak cara untuk membahagiakan Minara, membuat Minara suka mengerjai Risky dengan berkata kalau Minara memiliki tugas sekolah yang menyulitkan dan meminta bantuan Risky hanya demi menghabiskan waktu bersama dengan Risky, menatap wajah kesulitan dan wajah kebingungan Risky. Padahal Minara sudah menyelesaikan tugasnya di buku lain. Hal itu berakhir dengan Risky yang mengoceh panjang lebar, menggerutu sana sini dengan wajah cemberutnya belagak merajuk, membuat Minara gemas sendiri.

Ya, sesederhana itu.

"Nih, minum dulu! "Ucap Minara sembari menyodorkan minuman isotonik pada Risky.

Risky mengambil botol itu dan meminumnya sembari mengelap keringatnya dengan handuk kecil. Hal kesukaan Minara adalah jakun Risky yang menonjol, melihatnya naik turun seperti itu membuat Minara harus menahan hasratnya agar tidak menyentuh dan menahan jakun Risky agar tetap tak bergerak ketika Risky meneguk minumannya, seperti seekor kucing yang bermain dengan ujung tali sepatu agar tali sepatu itu tetap diam.

"Gausah terpesona gitu, aku tau aku lebih ganteng dari mantan kamu, tapi gausah gitu juga liatnya. Kamu lupa cara kedip, ya? "Goda Risky sembari menutup botol minumannya lalu terkekeh.

"Apa sih? Nara ga punya mantan, sok tau kamu! "Ucap Minara menolak tuduhan Risky yang tak sepenuhnya salah. Minara memang terpesona, untuk ke sekian kalinya. Pada sosok Risky yang kalau dibandingkan Shawn Mendes jelas sudah tertebak siapa pemenangnya. 

Shawn Mendes-lah pemenangnya.

"Oh, bagus. Aku kira di masa depan kita nanti akan ada cerita mantan yang gagal move on dan ga terima kalo udah putus. Syukur deh! "Ucap Risky sembari tersenyum lega.

Minara terkekeh mendengarnya.

"Akhirnya aku bisa tidur nyenyak malam ini. "Ucap Risky sembari menghela nafas lega.

"Kenapa? Setelah tahu ga akan ada momen mantan CLBK sama Nara? "Goda Minara masih sembari terkikik.

"Bukan, tadi aku udah bayar hutang bakso ke mas Kubil yang lupa aku bayar karena sudah ketahuan pak Galang kabur dari kelas. "Ucap Risky yang gantian terkekeh, sedangkan Minara mendengus kasar.

"Ish! Ayo pulang! "Ucap Minara kesal, setidaknya bisakah Risky bilang iya agar dia tak menahan malu seperti ini?

Tawa Risky sedikit lebih kencang dari sebelumnya karena melihat wajah cemberut Minara dan rasa puasnya membuat mood Minara turun sedalam-dalamnya. Lalu kaki Risky melangkah menyusul Minara yang sudah mulai pergi meninggalkan lapangan.

"Kesel ya? Lagian pede banget..  "ucap Risky yang makin membuat Minara kesal pada Risky.

Melihat Minara yang hanya merespon dengan tatapan tajam dan dengusan kasar, terlebih dengan langkah kaki yang menghentak itu, membuat Risky memutuskan untuk membuat mood Minara kembali naik. Ternyata melihat wajah kesal Minara bukan suatu hal yang menyenangkan bagi Risky.

Entah, naluri Risky sebagai pacar Minara berkata agar senantiasa membuat Minara bahagia. Bukan sebaliknya. Dan ketika melihat Minara kesal, itu terasa sedikit mengganggu.

I AM MINARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang