9. Tak Sekenal Itu

3 2 0
                                    

Biasanya, masa-masa liburan akan menjadi hari yang paling menyenangkan. Pergi piknik, atau hanya sekedar malas-malasan diatas kasur bergelung selimut dengan rambut berantakan, wajah lusuh, dan bau badan yang masih menempel karena malas mandi. Yang biasanya mandi sehari dua kali, jika masa liburan tidak berlaku lagi. Paling tidak sehari mandi sekali itu sudah merasa dirinya seseorang yang paling hebat sampai rela keluar dari zona nyamannya, daerah kekuasaannya, dan zona teritorialnya, yang disebut kasur.

Kalau kata iklan detergen, berani kotor itu baik. Maka para pemalas tak akan pikir panjang dan bilang, setuju. Lalu kembali bermalas-malasan.

Termasuk Minara, yang pergi ke GG-Cafe setelah selesai sarapan tanpa repot-repot mandi dan berganti pakaian. Minara masih memakai piyama, dengan sweater hitam yang ia ambil dari lemari Arys, dan sandal bulu berwarna putih melekat pada tubuhnya. Minara duduk tenang di sudut kafe, dengan buku yang ia ambil dari rak buku di kamar Arys dan segelas milkshake strawberry yang nyaris habis, tersisa buah strawberry di bibir gelas.

Selama 2 jam, Minara telah duduk di salah satu meja pojok kafe yang paling dekat dengan meja bar. Pergerakannya tak terlalu mencolok, ketika yang dia lakukan hanya membalikkan halaman bukunya, menyesap milkshake, dan merubah posisi nyamannya ketika bokongnya
terasa kebas.

Minara sangat suka hobi barunya kali ini. Membaca buku misteri milik abangnya, bukan lagi novel-novel bergenre romansa. Entah, ia suka sensasi ketika kepalanya tiba-tiba pening setelah membaca berulang kali sebuah paragraf dalam buku yang membuatnya memutar otak lebih keras, entah itu narasi atau sebuah dialog dalam buku tersebut. Selama ini ia tak bisa melepaskan buku itu selama lebih dari sejam, seakan ada magnet yang menariknya kuat untuk terus membaca dan membayar rasa penasarannya.

Kecuali saat tidur tentunya.

"Ekhem! "Seseorang berdehem di dekat meja Minara.

Minara menoleh.

"Boleh saya duduk? "Tanyanya formal, tapi terdengar santai.

Dia Argus. Minara berkedip dua kali melihat Argus yang terbalut pakaian santainya.

Satu kata langsung terlintas di benaknya dengan seenak jidat.

'

Mempesona, '


Minara tersedak setelah mendengar suara itu dari pikirannya. Minara memukul-mukul kecil dadanya. Argus malah tersenyum kecil dan duduk di hadapan Minara tanpa menunggu jawaban dari gadis itu.

"Terserah deh! "Ucap Minara pasrah, toh Argus sudah duduk di hadapannya.

Minara meminum milkshake-nya lalu kembali membaca buku dengan tenang. Sampai akhirnya ada yang mengganggunya lagi, membuat Minara menggeram kecil dan meraih ponsel diatas meja.

Ponselnya itu bergetar. Cukup untuk mengganggu kegiatan Minara.

"Halo halo Bandung dengan siapa dimana? Apa password-nya? "

"Luwak black coffee, kopi hitam yang saya besarkan seperti anak sendiri. Dengan Arys yang tampannya melebihi raja Inggris sedang di perpustakaan kampus. Benar dengan nona Minara? Dimana anda sekarang? "

Minara terkekeh kecil mendapat jawaban seperti itu dari Arys, karena abangnya- lah yang menelepon. Membuat rasa kesalnya sirna karena sempat membuat kegiatan membacanya kembali terganggu.

I AM MINARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang