Ayana Salvina

303 43 0
                                    

Ayana Salvina (21)

Aku Ayana Salvina, kalian bisa memanggil ku Aya. Aku gadis yang dikenal ramah oleh orang lain. Hal itu tidak terlepas karena senyum ku yang selalu mengembang ketika bertemu dengan orang di sekitar ku. Orang-orang juga banyak memujiku karena otak ku yang pandai. Bukan bermaksud sombong, tapi aku rasa mereka ada benarnya. Di umur 7 tahun aku sudah belajar tentang medis dengan kakek ku. Kakek ku adalah seorang dokter hebat, aku sangat mengaguminya dan ia pun memiliki sebuah rumah sakit yang terletak di kawasan daerah Jakarta Selatan. Ketertarikan ku dengan medis membuat kakek ku merasa sangat senang dan ia pun mengajari berbagai hal tentang medis kepada ku.

Di usia 15 tahun, aku sudah bisa membantu kakek ku dalam mengobati pasien. Aku pun sudah hafal dengan berbagai macam obat-obatan yang digunakan dalam penanganan medis. Melihat potensi yang ada pada diriku membuat kakek ku berencana ingin mewariskan rumah sakit nya untuk ku. Awalnya aku menolak, tapi semua keluarga ku mendukung ku dan mengatakan bahwa aku pasti bisa menjalankan rumah sakit itu dengan baik. Aku pun menyetujuinya tapi dengan satu syarat, aku ingin mengambil jurusan IPS di SMA dan mengambil kuliah bisnis. Bukannya aku merasa sudah bisa, itu semua ku lakukan agar saat aku menjalankan rumah sakit nanti, aku tidak hanya mengetahui tentang medis, tetapi aku juga bisa mengontrol tentang kinerja rumah sakit. Karena aku tau, di rumah sakit bukan hanya tentang medis, bisnis pun ikut andil dalam oprasional sebuah rumah sakit. Kakek ku setuju dengan syarat yang ku buat dan pada akhirnya aku masuk jurusan IPS di SMA dan melanjutkan pendidikan ku di universitas dengan mengambil jurusan bisnis.

Menyelesaikan kuliah dalam jangka 3,5 tahun bukanlah hal yang mudah. Tapi berkat dukungan dari keluarga dan teman-teman ku, aku sanggup melewatinya. Hidup sebagai Aya selama hampir 22 tahun membuatku sadar akan pentingnya kehadiran orang-orang terdekat untuk berbagi suka dan duka. Aku sangat bersyukur memiliki banyak keluarga dan teman yang menyayangiku.

"Ay, bengong aja. Makan sana, kita ke restoran kan buat ngerayain 'kelulusan' kamu menghadapi sidang skripsi, kamu nya malah bengong. Abis skripsi rasanya gimana?" Perempuan yang berada tepat disamping ku itu menyadarkan lamunan ku. Perempuan itu adalah Unindra Alvaira, kakak ku.

"Lega banget lah kak, kan kak Uni udah pernah ngerasain juga. Ya yang pasti seneng plus lega banget sih kak"

Tiba-tiba seorang pria dan wanita menghampiri kami "Ngomongin apa sih dua anak ayah yang cantik ini?". Pria itu adalah ayah ku, sosok lelaki yang sangat aku sayangi dan wanita yang duduk tepat di sebelahnnya adalah ibu ku, malaikat tanpa sayap yang selalu ada untuk ku.

"Nggak yah, kakak cuma nanya tentang sidang aku tadi"

"Ay, ngomong-ngomong tentang sidang, kamu kan ada waktu luang banyak sampai wisuda nanti. Ibu sama ayah udah nyiapin hadiah buat kamu"

"Hadiah apa bu? Aku ga minta loh tapi kalo dikasih sih ga nolak" kataku dengan senyuman lebar di pipi ku.

"Sebetulnya hadiah ini ga dari ayah sama ibu aja, tapi kakak dan kakek kamu juga ikut andil dalam perencanaan hadiah ini"

"Emang hadiah apa sih bu? Kok aku jadi kepo, sampe direncanain segala hadiahnya"

Tiba-tiba aku merasakan ada sentakan kertas di kepala ku. "Nih... buka sana"

"Ihh kak sakit tau! Main di pukul aja sih" . Wajah ku yang semula cemberut, berubah 180° menjadi senyuman lebar ketika aku melihat isi dari amplop yang di berikan kakak ku, isinya tiket pesawat dan hotel untuk ke Paris. Hal itu membuat kedua orang tua dan kakak ku tertawa.

"Ini seriusan? Aku liburan ke Paris? Tapi.... sendiri?" tanya ku dengan perasaan sedikit kecewa.

"Tadinya kakak pengen nemenin kamu tapi kakak ga bisa ninggalin kerjaan kakak, jadi kamu sendiri aja ya, gapapa kan?"

"Hmm sedih sih jalan-jalan sendiri tapi yaa gapapa deh. Makasih banget yah, bu, kak. Dan bu, tolong sampaiin makasih aku buat kakek juga, sayang banget kakek gabisa ikut sama kita hari ini"

"Yaudah Ay jangan sedih gitu dong. Nanti ibu sampaiin kok ke kakek"

Aku membalas perkataan ibu ku dengan sebuah anggukan kepala dan senyuman. Betapa bahagianya aku memiliki keluarga seperti mereka. Aku janji tidak akan pernah mengecewakan mereka dan akan selalu berbuat baik dan menolong orang lain tanpa pamrih, persis seperti pesan yang seringkali kakek sampaikan kepada ku.

Believe In You [ WENGA ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang