14

160 15 3
                                    

*AYA POV*

Hari ini adalah hari pengesahan ku sebagai direktur. Itu berarti, sudah dua hari juga tidak ada kabar apapun mengenai keberadaan Shifan. Aku berharap, hari ini Shifan datang dan apa yang dia lakukan kemarin hanyalah lelucon semata.

Walaupun aku tau, dari apa yang di ceritakan oleh Jimmy, harapan ku ini bisa jadi hanyalah sebuah harapan kosong. Namun, aku tetap berharap di akan datang hari ini, karna aku sangat merindukannya...

"Ay, semua sudah siap, ayo masuk ke aula"

Suara dari ibu ku menyadarkan lamunan ku.

"Iya bu, Aya nyusul"

"Kamu gapapa kan sayang?"

Ibu ku mendekati ku dan mengusap kepala ku.

"Gapapa bu, Aya cuma harus sedikit ngerapihin make up Aya sebentar"

"Yasudah, ibu duluan ya"

Aku tersenyum dan memberikan anggukan kepada ibu ku.

Dua hari yang lalu, ketika aku pulang ke rumah setelah kejadian itu, aku tidak bisa menyembunyikan kesedihan ku dan terus menangis. Namun ketika ibu ku menanyakan alasannya, aku hanya bilang kalau aku gugup mengenai hari ini. Aku belum siap untuk memberitaukan apa yang sebenarnya terjadi, aku tidak mau mereka khawatir. Lagi pula aku tidak mungkin bercerita mengenai hubungan Shifan dengan Arkan kepada keluarga ku.

Setelah sedikit merapihkan make up ku, aku bergegas pergi ke aula. Sesampainya di aula, aku mengikuti semua rangkaian acara, mulai dari memberikan pidato, hingga pengesahan dan penyerahan simbolis rumah sakit ini kepada ku.

Ketika semua acara sudah selesai, banyak rekan, kerabat ku, dan bahkan sahabat ku Anin yang datang menghampiri dan memberi selamat kepada ku. Sayangnya karena Dara masih berada di London untuk pengobatan, dia tidak bisa datang untuk memberi selamat kepada ku.

Setelah semuanya telah selesai, aku bergegas menuju ruang tunggu ku untuk mengambil tas ku dan segera pulang. Aku mengambil hp ku dan membukanya untuk mengetahui apakah ada pesan masuk atau tidak. Ketika aku membuka lockscreen hp ku, layarnya menampilkan wallpaper foto ku dan Shifan yang sedang terseyum bahagia.

Aku tersenyum sedih melihatnya. Tiba-tiba, seseorang memasuki ruang tunggu ku. Seorang lelaki yang menggunakan jas berdiri di hadapan ku dengan membawa sebuah buket bunga.

"Congrats Ay!"

Aku tersenyum dan menanggapi perkataannya.

"Thank you Jimmy!"

"Wow, jadi ini ruang tunggu khusus direktur. Hmm mewah yaa hehee"

Aku hanya menanggapinya dengan senyuman kecil.

"Are you okey Ay?"

"Apa lu akan percaya kalo gue bilang kalau gue baik-baik aja?"

Jimmy terlihat menggelengkan kepalanya.

"Ga ada kabar tentang Shifan Jim?"

Aku bertanya pada Jimmy dengan nada yang getir.

"Ga ada Ay. Gue ga habis pikir kenapa dia sampe punya pemikiran kayak gitu"

"Sudah terlalu banyak Jim, beban dan rasa bersalah yang dia pendam sendiri. Sampai dia lupa bahwa banyak orang yang peduli dan sayang sama dia yang bersedia berjuang sama dia. I can understand him but I just... miss him so bad"

Air mata ku menetes memikirkan semua hal itu...

-
-
-

Setelah menyelesaikan acara pengesahan ku sebagai direktur baru, aku terus menyibukan diri ku dengan semua tugas-tugas ku. Sampai saat ini, sudah terhitung satu bulan semenjak aku resmi menjadi direktur baru di rumah sakit.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Believe In You [ WENGA ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang