6

171 33 2
                                    

Sesuai janji, hari ini aku update part berikutnya yaa 😊

This is not related to story but, I wanna say that I really worry about Indonesia condition this time. I hope it will get better soon.

Keep safe ya readers-nim... 😟 #PEACE
Luv Yaa All 💜🤘💜

~ ~ ~ Happy Reading ~ ~ ~

.
.
.
.
.

*SHIFAN POV*

Melihat Aya tidak sadarkan diri, aku langsung menggendongnya dan membawanya ke mobil ku. Saat aku keluar ruangan, ada Jimmy yang menatap ku dengan tatapan terkejut.

"Fan.... itu ko Aya..?"

"Arkan Jim, tolong lu beresin ruangan gue. Gue pulang duluan, nanti panggilin dokter ke rumah gue. Soal Aya, gue jelasin nanti"

Jimmy hanya mengganggukan kepalanya tanda mengerti. Aku pun langsung menuju mobil ku dan membawa Aya ke rumah ku.

Sesampainya di rumah, aku membaringkan Aya di kamar tamu. Aku bergegas menyuruh asisten rumah tangga ku untuk menggantikan pakaian Aya. Sementara itu, aku pun membersihkan diri ku yang penuh dengan darah.

Tidak berselang lama setelah aku selesai membersihkan diri, aku melihat Jimmy yang datang bersama seorang dokter untuk memeriksa Aya.

Aku mempersilahkan dokter itu untuk masuk dan memeriksa Aya, sementara aku dan Jimmy menunggu diluar. Setelah selesai memeriksa Aya, dokter itu pun keluar dari kamar.

"Bagaimana keadaannya dok?"

"Ahh dia baik-baik saja. Dia hanya shock dan sepertinya dia kelelahan. Tekanan darahnya rendah. Saya sudah beri vitamin di infusannya, ga usah khawatir, dia akan segera membaik"

"Oke, terimakasih dok"

"Yasudah, kalau begitu saya pamit"

Setelah berjabat tangan dengan aku dan Jimmy, dokter itu pun bergegas pulang. Aku dan Jimmy masih berada di luar ruangan kamar Aya.

"Fan, kalo masalah Arkan sih gue ga akan nanya ke lu. Tapi Aya? Ko bisa?"

"Gue juga gatau Jim, pas gue mau manggil lu, gue udah liat Aya di deket pintu ruang kerja gue. Gue juga kaget, gue kira dia udah pulang"

"Terus lu mau gimana sekarang Fan? Alasan apa yang akan lu kasih ke Aya"

"Gue juga masih ga tau. Kita liat aja gimana nanti. Tapi gue rasa, gue harus ngeluarin dia dari perusahaan Jim"

"What? Ngeluarin? Ga salah lu Fan? Dia baru sebulan kerja dan lu mau ngeluarin dia? Apa kata orang nanti Fan?"

"Yaa abis mau gimana lagi? Selama ini belum ada satupun karyawan di perusahaan yang tau tentang ulah Arkan, dan sekarang Aya tau. Mungkin kalau orang lain masih bisa di handle, tapi ini Aya Jim. Gue ga bisa ngebayangin bahaya apa yang akan menimpa Aya kalau dia masih di perusahaan"

"Terserah lu deh, tapi gue ga yakin Aya bakal terima begitu aja. Good luck then. Gue balik"

"Huhh oke. Thanks Jim"

"Yooo"

Setelah Jimmy pergi, aku masuk ke dalam ruangan Aya untuk memeriksanya. Wajahnya pucat, sepertinya dia sangat terkejut tadi. Aku merasa, setelah kejadian ini, Aya akan takut kepada ku.

Sedih memikirkannya, tapi jika hal itu terjadi, aku akan bersyukur. Setidaknya dengan begitu, bisa sedikit memudahkan ku untuk memperbaiki tembok ku yang retak karenanya.

Aku mendekat ke arahnya dan duduk disamping ranjang dimana Aya berbaring.

Dengan suara yang sangat pelan aku berkata,

Believe In You [ WENGA ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang